Pencegahan Perkawinan TINJAUAN UMUM TERHADAP HUKUM PERKAWINAN

50 d. Selama istri dalam nusyuz, kewajiban suami terhadap istri yang ditentukan dalam Pasal 80 ayat 4 huruf a dan b tidak berlaku kecuali hal-hal untuk kepentingan anaknya. e. Kewajiban suami pada huruf d di atas berlaku kembali setelah istrinya tidak nusyuz. f. Ketentuan tentang ada atau tidaknya nusyuz dari istri harus didasarkan pada bukti yang sah. 58 Demikianlah uraian tentang ketentuan hak dan kewajiban suami istri dalam perkawinan menurut UU Perkawinan dan KHI.

D. Pencegahan Perkawinan

Pencegahan perkawinan adalah usaha yang meyebabkan tidak berlangsungnya perkawinan. Berbeda dengan pembatalan perkawinan, pencegahan itu berlaku sebelum terjadinya perkawinan sedangkan pembatalan adalah usaha untuk tidak dilanjutkan hubungan perkawinan setelah sebelumnya perkawinan itu telah terjadi secara sah. 59 UU Perkawinan mengatur pencegahan perkawinan itu dalam Pasal 13 sampai dengan 21 yang secara esensial tidak menyalahi ketentuan fiqh. 60 Perkawinan dapat dicegah, apabila ada pihak yang tidak memenuhi syarat- syarat untuk melangsungkan perkawinan. Pencegahan perkawinan dapat diajukan ke pengadilan agama dalam daerah hukum di mana perkawinan tersebut akan 58 Ibid, hal.116-119 59 Amir Syarifuddin, Op.cit ,hal. 150. Universitas Sumatera Utara 51 dilangsungkan oleh pihak keluarga dalam garis keturunan lurus keatas dan kebawah, saudara, wali nikah, wali, pengampu dari salah seorang calon mempelai dan pihak-pihak yang berkepentingan. Pencegah memberitahukan juga kepada PPN yang bersangkutan tentang usaha pencegahannya tersebut dan PPN memberitahukan adanya permohonan pencegahan perkawinan kepada masing- masing calon mempelai. Pencegahan perkawinan dapat dicabut dengan keputusan pengadilan agama oleh yang mencegahnya. Selama pencegahan belum dicabut, perkawinan tidak dapat dilaksanakan. Alasan pencabutan dapat juga dilakukan dengan alasan nyata-nyata mengakibatkan kesengsaraan bagi calon mempelai yang lainnya yang mempunyai hubungan dengan orang-orang seperti dalam ayat 1 Pasal 14 UU Perkawinan No. 1 Tahun 1974. 61 Barangsiapa karena perkawinan dirinya masih terikat dengan salah satu dari kedua pihak dan atas dasar masih adanya perkawinan, dapat mencegah perkawinan yang baru, dengan tidak mengurangi ketentuan Pasal 3 Ayat 2 dan Pasal 4 UU Perkawinan. 62 Selanjutnya KHI mengatur panjang lebar pencegahan perkawinan yang secara langsung tidak merujuk kepada kitab fiqh manapun, karena dalam fiqh Pejabat yang ditunjuk berkewajiban mencegah berlangsungnya perkawinan apabila ketentuan-ketentuan Pasal 7 ayat 1, Pasal 8, Pasal 9, Pasal 10 dan Pasal 12 UU No. 1 Tahun 1974. Pasal-pasal 17, 18, 19, 20 dan 21 mengatur tata cata pelaksanaan pencegahan perkawinan. 61 Mohd, Idris Ramulyo, Op.cit, hal 175-178 62 Ibid. Universitas Sumatera Utara 52 memang tidak dibicarakan secara khusus pencegahan perkawinan itu sebagaimana yang disinggung di atas. Materi dari KHI dalam hal ini hampir sama dengan rumusan UU Perkawinan, dengan sedikit tambahan dalam bentuk penjelasan dan rincian. 63 1. Pencegahan perkawinan bertujuan menghindari perkawinan yang dilarang Hukum Islam dan peraturan perundang-undangan. 2. Pencegahan perkawinan dapat dilakukan bila calon suami atau calon istri yang akan melangsungkan perkawinan tidak memenuhi syarat-syarat untuk melangsungkan perkawinan menurut Hukum Islam dan peraturan perundang- undangan. 64 Tidak se-kufu tidak dapat dijadikan alasan untuk mencegah perkawinan, kecuali tidak se-kufu karena perbedaan agama atau ikhtilaf al-dien. 65 1. Yang dapat mencegah perkawinan ialah para kelaurga dalam garis lurus ke atas dan ke bawah, saudara, wali nikah, wali pengampu dari salah seorang calon mempelai dan pihak-pihak yang bersangkutan. 2. Ayah kandung yang tidak pernah melaksanakan fungsinya sebagai kepala keluarga tidak gugur hak kewaliannya untuk mencegah perkawinan yang akan dilakukan oleh wali nikah yang lain. 66 Pencegahan perkawinan dapat dilakukan oleh suami atau istri yang masih terikat perkawinan dengan salah seorang calon istri atau calon suami yang akan melangsungkan perkawinan . 63 Amir Syarifuddin, Loc.cit. 64 Mohd, Idris Ramulyo, Op.cit, hal 83-84 65 Ibid, hal 84. 66 Ibid. Universitas Sumatera Utara 53 Pejabat yang ditunjuk untuk mengawasi perkawinan berkewajiban mencegah perkawinan bila rukun dan syarat perkawinan tidak dipenuhi. 1. Pencegahan perkawinan dapat diajukan kepada pengadilan agama dalam daerah hukum tempat perkawinan akan dilangsungkan dengan memberitahukan juga kepada Pegawai Pencatat Nikah PPN. 2. Kepada calon-calon mempelai diberitahukan mengenai permohonan pencegahan perkawinan dimaksud dalam ayat 1 oleh PPN. 67 Perkawinan tidak dapat dilangsungkan apabila pencegahan belum dicabut. Pencegahan perkawinan dapat dicabut dengan menarik permohonan pencegahan pada pengadilan agama oleh yang mencegah atau dengan putusan pengadilan agama. Pengawai Pencatat Nikah tidak diperbolehkan melangsungkan atau membantu melangsungkan perkawinan bila ia mengetahui adanya pelanggaran dari ketentuan Pasal 7 ayat 1, Pasal 8, Pasal 9, Pasal 10 atau Pasal 12 UU N0.1 Tahun 1974 meskipun tidak ada pencegahan perkawinan . 1. Apabila PPN berpendapat bahwa terhadap perkawinan tersebut ada larangan menurut UU Perkawinan maka ia kan menolak melangsungkan perkawinan. 2. Dalam hal penolakan, maka permintaan salah satu pihak yang ingin melangsungkan perkawinan oleh PPN akan diberikan suatu keterangan tertulis dari penolakan tersebut disertai dengan alasan-alasan penolaknnya. 67 Ibid. Universitas Sumatera Utara 54 3. Para pihak yang perkawinannya ditolak berhak mengajukan permohonan kepada pengadilan agama dalam wilayah berkedudukan untuk memberikan keputusan, dengan menyerahkan surat keterangan penolakan tersebut di atas. 4. Pengadilan agama akan memeriksa perkaranya dengan acara singkat dan akan memberikan ketetapan, apakah ia akan menguatkan penolakan tersebut ataukah memerintahkan supaya perkawinan dilangsungkan. 5. Ketetapan ini hilang kekuatannya, jika rintangan-rintangan yang mengakibatkan penolakan tersebut hilang dan pada pihak yang ingin kawin dapat mengulangi pemberitahuan tentang maksud mereka. 68

E. Analisis Perbandingan antara Fiqh Munakahat, Kompilasi Hukum Islam