Akibat Hukum Perkawinan Anak di Bawah Umur

80 KUA setempat akan terlebih dahulu memeriksa syarat-syarat perkawinan. Apabila calon mempelai kurang dari usia yang ditentukan UU yakni 19 tahun untuk laki-laki dan 16 tahun untuk perempuan maka para pihak harus meminta izin dari pengadilan agama yang berupa penetapan permohonan usia kawin. Apabila dispensasi tersebut diterima oleh pengadilan agama dari daerah hukum yang bersangkutan, maka perkawinan tersebut dapat dilaksanakan, tapi apabila dispensasi tersebut ditolak tetapi para pihak tetap melaksanakan perkawinan maka hal tersebut sudah melanggar hukum negara. 116

C. Akibat Hukum Perkawinan Anak di Bawah Umur

Undang-undang Perkawinan membatasi usia minimal perkawinan, yaitu 16 tahun bagi perempuan dan 19 tahun bagi laki-laki. Ketentuan ini diatur dalam Pasal 7 ayat 1 UU No. 1 Tahun 1974. Batasan usia perkawinan tersebut juga diatur dalam Kompilasi Hukum Islam dan dijadikan sebagai syarat perkawinan yang terdapat dalam Pasal 15 ayat 1. Adapun dispensasi nikah diberlakukan bagi calon mempelai yang berumur di bawah 19 tahun untuk laki-laki dan 16 tahun untuk perempuan. Maka apabila dispensasi tersebut dikabulkan oleh pengadilan maka tinggal menunggu pencatatan perkawinan tersebut di Kantor KUA setempat maka perkawinan tersebut sah secara hukum dan secara agama. Adapun akibat hukum dari suatu perkawinan yang sah antara lain : 116 Wawancara dengan Ahmad Syafruddin,S.H, MH, hakim Pengadilan Agama Kabanjahe, Kabupaten Karo, Sumatera Utara, tanggal 30 April 2013. Universitas Sumatera Utara 81 1. Menjadi halal melakukan hubungan seksual dan bersenang-senang antara suami istri. 2. Mahar mas kawin yang diberikan menjadi milik sang istri. 3. Timbulnya hak-hak dan kewajiban antara suami istri, suami menjadi kepala rumah tangga dan istri sebagai ibu rumah tangga. 4. Anak-anak yang dilahirkan dari perkawinan itu menjadi anak sah. 5. Timbulnya kewajiban suami untuk membiayai dan mendidik anak-anak dan istrinya serta mengusahakan tempat tinggal bersama. 6. Berhak saling mewarisi antara suami itri dan anak-anak dengan orang tua. 7. Timbulnya larangan perkawinan karena hubungan semenda. 8. Bapak berhak menjadi wali nikah bagi anak perempuannya. 9. Bila di antara suami istri meninggal salah satunya, maka yang lainnya berhak menjadi pengawas terhadap anak-anak dan hartanya. 117 Tapi apabila dispensasi tersebut ditolak oleh pengadilan , apabila pasangan tersebut tetap melaksanakan nikah maka pernikahan tersebut tidak diakui secara hukum hukum nasional dan hanya sah secara agama apabila sudah menenuhi syarat dan rukum secara hukum Islam yang lebih dikenal dengan perkawinan sirri. Perkawinan siri adalah perkawinan yang hanya dilakukan sesuai dan menurut ketentuan agama dan kepercayaan masing-masing pengantin, jadi hanya melaksanakan perkawinan dengan menatuhi Pasal 2 ayat 1 UU Perkawinan saja. Akibatnya pasangan suami istri tersebut tidak dapat meminta atau menagih pengakuan sahnya perkawinan tersebut dari pemerintah atau dengan kata lain 117 Mohd. Idris Ramulyo, Op.cit, hal 248-249 Universitas Sumatera Utara 82 tidak bisa meminta hak-haknya sebagai pasangan suami istri kepada pemerintah, bahkan mereka tidak bisa untuk melakukan perceraian atau menggugat cerai kepada pengadilan. 118 118 Rusdi Malik, Memahami Undang-undang Perkawinan, Penerbit Universitas Trisakti, Jakarta,2009, hal.46-47 Universitas Sumatera Utara 83

BAB IV ANALISIS PERKAWINAN ANAK DI BAWAH UMUR TINJAUAN DARI

SEGI HUKUM ISLAM DAN UU PERKAWINAN NO.1 TAHUN 1974

A. Faktor Penyebab Perkawinan Anak di Bawah Umur

Pernikahan dengan tujuan membina rumah tangga yang sakinah, mawaddah dan penuh rahmah bukanlah suatu yang mudah untuk dicapai sehingga perlu kematangan fisik dan psikis yang harus dimiliki oleh calon mempelai. Akan tetapi, dalam realitanya masih banyak ditemukan pernikahan yang dilakukan di bawah umur, biasanya hal ini terjadi pada kelompok masyarakat pelosok desa rural. Keprimitifan masyarakat pelosok desa itu terjadi karena kurangnya gesekan informasi dari luar. Ini merupakan salah satu penyebab masyarakat pelosok desa tidak mengerti bagaimana seharusnya pernikahan dilakukan. 119 1. Kurangnya pencegahan dari orang tua Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan di Desa Gamber, Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo terhadap 7 orang pelaku perkawinan di bawah umur bahwa ada beberapa faktor penyebab terjadinya perkawinan di bawah umur, yakni : Berdasarkan hasil wawancara, sekitar 80 5 dari 7 orang narasumber mengakui bahwa pada waktu mereka memutuskan untuk menikah pada usia yang masih dikategorikan di bawah umur sebenarnya ada pencegahan dari orang tua mereka agar tidak menikah pada usia belia, tapi kenyataannya perkawinan 119 Ibid , hal. 35 Universitas Sumatera Utara