Zakat sebagai pengurung penghasilan kena pajak (studi terhadap pelaksanaan undang-undang zakat di kabupaten Bekasi)

(1)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Syariah (S.Sy)

Oleh : Mariah

NIM : 107044101907

K O N S E N T R A S I P E R A D I L A N A G A M A PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH J A K A R T A


(2)

(3)

(4)

iii

KATA PENGANTAR





Tiada kata selain rasa syukur yang paling dalam kehadirat Allah swt, atas hidayah dan inayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang sangat sederhana ini dengan baik dan tepat waktu. Salawat dan salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada Rasul-Nya Nabi Muhammad saw, beserta keluarga, sahabat dan pengikutnya sampai akhir zaman.

Dalam proses penyusunan skripsi ini, penulis banyak menemui hambatan dan cobaan. Walaupun harus melalui proses yang cukup sulit dan rumit, namun berkat hidayah dan inayah Allah swt sebagai manifestasi kasih sayang-Nya, penulisan skripsi ini dapat terselesaikan Penulis sadar dengan sepenuh hati bahwa skripsi ini hanyalah setitik debu untuk menuju jalan kesuksesan. Penulis juga sadar sepenuhnya bahwa diri ini berutang budi kepada banyak pihak yang telah membantu langsung maupun tidak langsung dalam penulisan skripsi ini. Penulis juga ingin mengucapkan rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada para pihak yang telah berjasa, baik berupa bimbingan, arahan serta bantuan yang diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Oleh karena itu penulis patut menghaturkan ucapan terima kasih serta penghargaan yang tinggi kepada:


(5)

iv Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Drs., H. A. Basiq Djalil, SH., selaku Ketua Jurusan dan ibu Hj. Rosdiana, MA., sebagai Sekertaris Jurusan Program Studi Ahwal Al-Syakhsyiah Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak. Dr. Abdurrahman Dahlan,M.A., Selaku Dosen Pembimbing yang telah berkenan meluangkan waktu, tenaga, fikiran dan kesabarannya untuk memberikan bimbingan dan arahan dalam penyusunan skripsi ini dari awal hingga akhir.

4. Seluruh dosen Fakultas Syariah dan Hukum yang tidak bias disebutkan satuu persatu yang telah memberikan ilmunya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan studi di kampus ini.

5. Bapak pimpinan dan staf karyawan perpustakaan utama, perpustakaan Syariah dan Hukum universitas Islam (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, dan yang telah membantu dan menyediakan bahan-bahan bacaan untuk penulis dalam penyusunan skripsi ini.

6. Ayahanda H.Maman dan Ibunda Hj.Nuryanah tercinta atas pengorbanan dan cinta kasihnya baik moril dan materill, serta doa yang tak terhingga sepanjang masa untuk keberhasilan studi Penulis. Segala hormat Penulis sembahkan. Tidak lupa kakanda Marini, S.Pd.I dan adinda Maruli, marsan Al-mudzaki,


(6)

v

Mardli As-sirajy yang telah memberikan dorongan dan semangat kepada penulis hingga penulis berhasil menyusun skripsi ini.

7. Bapak Solahudin Sebagai Kabag.Humas Direktorat Pajak dan Bapak Teten Kustiawan sebagai Wakil Bendahara BAZNAS (Badan Amil Zakat Nasional) yang telah bersedia memberikan waktunya untuk diwawancarai.

8. Teman-temanku tercinta, teman-teman seperjuangan di Peradilan Agama A dan B angkatan 2007, semuanya yang tidak biasa disebutkan satu persatu, yang senantiasa menebarkan benih-benih keceriaan dalam bingkai kebersamaan. Semoga ukhuwah dan pertemanan yang kita jalin berjalan dengan baik selamanya

9. Sahabat Delimaku, Astrian Widiyantri, Desi Amalia, Tajul Mutaqin, Laila Wahdah dan Mariam Mahdalina, yang selalu berbagi dalam suka dan duka, yang setia mendengarkan keluh kesah penulis dan selalu siap membantu penulis ketika penulis mengalami kesulitan. Terimakasih atas persahabatan dan dukungan yang kalian berikan. Semoga persahabatan kita abadi selamanya sampai tua nanti.

10. Rekan-rekan Pondok Pesantren Daar el-Hikam: Abi-Umi, teh ai oweng, njenk,teh imas, dinah, eva, Khususnya orang-orang yang menyayangiku dan masih banyak lagi yang tidak dapat disebut satu persatu, sehingga menimbulkan kesan tertentu kepada penulis.

Hanya kepada Allah-lah penulis berharap dan berdo’a agar beliau-beliau mendapat balasan dari Allah dengan sebaik-baik balasan. Amin……..


(7)

vi

dan saran konstruktif selalu Penulis harapkan untuk perbaikan di masa yang akan datang.

Akhirnya hanya kepada Allah Penulis memohon dan berharap, semoga skripsi yang sederhana ini ada guna dan manfaatnya, baik untuk pribadi Penulis maupun bagi mereka yang mencintai ilmu pengetahuan, serta bagi generasi penerus. Amin ya

Rabbal ‘Alamin

Sebagai kata akhir, penulis panjatkan doa semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca umumnya. Amin.

Jakarta, 04 Juli 2011


(8)

vii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

LEMBAR PERNYATAAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... v

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 8

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 9

D. Review Studi Terdahulu ... 10

E. Kerangka Teori ... 11

F. Metodologi Penelitian ... 13

G. Sistematika Penulisan ... 15

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG ZAKAT A. Pengertian ... 18

B. Dasar Hukum ... 19

C. Tujuan, Hikmah dan Hakikat ... 23

D. Harta yang Wajib Dizakati ... 26


(9)

viii

B. Dasar Hukum ... 33

C. Jenis-jenis ... 35

D. Fungsi dan Pengaruhnya di Masyarakat ... 37

E. Syarat-syarat Pemungutan ... 39

F. Perbandingan antara Zakat dan Pajak ... 41

BAB IV ZAKAT SEBAGAI PENGURANG PENGHASILAN KENA PAJAK A. Zakat dalam Yurisdiksi Pajak Penghasilan ... 45

B. Zakat sebagai Pengurang Penghasilan Kena Pajak (PKP) ... 48

C. Penghitungan Zakat dan Pajak Penghasilan ... 52

D. Analisis Penulis ... 57

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 64

B. Saran-saran ... 64

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN

1. Surat Kesedian menjadi Pembimbing Skripsi

2. Surat Mohon Data atau Wawancara kepada Pimpinan BAZNAS Jakarta Pusat atau wawancara Kepada Bagian Humas Direktorat jendral Pajak


(10)

ix

4. Surat keterangan wawancara Kantor Direktorat jendral Pajak 5. Hasil wawancara Kantor Direktorat jendral Pajak

6. Surat Keterangan Wawancara BAZNAS ( Badan Zakat Nasional ) 7. Hasil Wawancara BAZNAS ( Badan Zakat Nasional )

8. Contoh Lembar SPT Tahunan Pajak Penghasilan Wajib PajakPribadi

9. Contoh Lembar Bukti Setor Zakat BAZNAS ( Badan Amil Zakat NAsional) 10.Contoh KArtu Nomor Pokok Wajib Zakat

11.Undang-undang Nomor 17 Tahun 2000 12.Undang-undang Nomor 38 Tahun 1999

13.Peraturan Mentri Keuangan Nomor 254 /PMK.03/2010 14.Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2010


(11)

1

A. Latar Belakang Masalah 1. Pengertian Zakat

Zakat berasal dari Bahasa Arab kata ini bersumber dari fi’il kata kerja yang berarti tumbuh,berkembang,suci atau bersih.Imam Abu bakar bin Muhamad Al-Husainiy mengatakan:

! " #$%& '( )

*+ ,-. /0 1 2 34 ! 56 7 84 9: ( . ;< 4 2

1 !

=

Zakat menurut pengertian syara’(terminology)adalah suatu nama yang khusus untuk menentukan kadar harta benda yang akan diserahkan kepada ashnaf (golongan) tertentu dengan syarat-syarat ( yang tertentu pula ) dinamakan zakat karena harta benda itu tumbuh dan mengandung barakah ketika dikeluarkan dan ketika didoakan oleh orang-orang yang menerimanya.

Sayyid Sabiq mengatakan :

9: (. *+ &>! ?@ ? AB *C DEF " 6 GHI! J0

'(

K

L : ! 4 /: B. M!> 2: B . 2 3! *+ 0$ " /:N 6 O P Q

" RS 1! /HIN

T

2 3! $ /UV . W+ X.

=

11

Bakar,Abu bin Muhamad Al-Husainy, Kifayatul Akhyar fii-halli Ghaayatil Ikhtishaar,

(Semarang: Thaha Putra, 2001) h.172 2


(12)

2

Zakat merupakan suatu nama ( yang ditetapkan ) kepada sesuatu benda yang dikeluarkan oleh manusia dari hak Allah kepada fakir miskin.dinamakn zakat karena keberadaannya mengandung harapan barakah,kebersihan jiwa dan pertumbuhan kebaikan.maka hal tersebut dinamakan zakat karena mengandung pengertian tumbuh,bersih dan berakah. yang cukup senisab dan berkewajiban agar mengeluarkannya karena hal itu termasuk salah satu rukun Islam yang kelima.

kelebihan ajaran zakat poin-poin lain dari rukun Islam diatas bahwa hanya zakat lah yang memiliki dimensi sosial yang kental.oleh sebab itu zakat dalam mata rantai peningkatan kesejahteraan umat Islam tidak akan mungkin diremehkan.dalam fikih masalah zakat ditempatkan pada kitab kedua dari

Rubb al-ibadah,dengan demikian ibadah zakat mudah diketahui secara

otomatis adanya dan merupakan bagian mutlak dari keIslaman seseorang (

ma’lum min al-din bi al-darurah).3

Namun dalam perjalanan sejarah masyarakat Islam ajaran zakat dengan dimensi yang dimiliki sepertinya tercecer dari perhatian umat Islam.zakat menjadi apa yang di sebut sebagai ibadah mahdhah pribadi-pribadi kaum muslimin dari suatu ajaran yang luas dan mendalam yang

3

Ali yafie, Menggagas Fikih Sosial dari Soal Lingkungan Hidup Asuransi Hingga Ukhuwah,(


(13)

dikembangkan Rosul dan sahabat,zakat menjadi ajaran yang sempit bersama mundurnya umat Islam dan menurunnya kemauan berpikir4

2. Pengertian Pajak

Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara( peralihan kekayaan partikelir kesektor) berdasarkan undang-undang(dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbalik (tegen prestatie) yang langsung dapat ditunjukan dan yang digunakan untuk membiayai pengeluaran umum(publieke

uitgaven).5

Pajak menurut ahli keuangan ialah kewajiaban yang ditetapkan terhadap wajib pajak, yang harus disetorkan kepada Negara sesuai dengan ketentuan, tanpa mendapat prestasi kembali dari Negara dan hasilnya untuk membiayai pengeluaran umum di satu pihak untuk merealisir sebagian tujuan ekonomi, sosial, politik, dan tujuan- tujuan lain6.

Akan tetapi Undang-undang perpajakan No.36 tahun 2008 merumuskan pengertian pajak bab I pasal I sebagai berikut:“Pajak penghasilan dikenakan terhadap orang pribadi atau perseorang dan badan

4

Sofyan Idris, Gerakan Zakat dalam Pemberdayaan Ekonomi Umat Pendekatan

Transformati,( Jakarta: PT.Citra Putra bangsa,1997), cet.Ke-I h.76 5

Rahmat Soemitro, Dasar-dasar Hukum Pajak dan Pajak Pendapatan th 1944,seperti dalam

Munawir, Perpajakan (Yogyakarta: liberty 1992)h.57 6


(14)

4

berkenaan dengan penghasilan yang diterima atau diperoleh selama satu

tahun.”7

Dari pemaparan diatas maka zakat dan pajak sama-sama kewajiban yang harus dilaksanakan namun Dualisme pemungutan ini pada gilirannya tentu akan menyulitkan pemilik harta atau pemilik penghasilan. Kontraksi dana dengan dualisme sistem ini potensial menimbulkan efek yang kontra produktif dalam konteks mensejahtarakan rakyat.

Dengan diberlakukannya undang No.38 Tahun 1999 dan Undang-undang Nomor 17 Tahun 2000, secara eksplisit diakui adanya perbedaan antara zakat dengan pajak. Pemberlakuan dua undang-undang tersebut memisahkan dengan tegas antara kewajiban menunaikan zakat bagi umat Islam dan kewajiban pajak bagi wajib pajak. Namun aspek efektivitas penarikannya bagi perekonomian, pengakuan pengeluaran zakat dalam akuntansi pajak dan metode pengkreditan zakat atas pajak atau metode pengkreditan pajak atas zakat. Cita-cita paling mendasar dari pembentukan negara adalah agar negara mampu melindungi dan mensejahterakan warga dan rakyatnya. Zakat dan pajak memiliki peluang yang sama sebagai alat negara untuk mewujudkan cita-citanya

Memperbincangkan relasi zakat dan pajak di Indonesia adalah sebuah hal penting, karena beberapa hal berikut ini :

7

Redaksi PT.Ichtiar baru-van heove, Himpunan Peraturan PerUndang-undangan RI,(Jakarta:


(15)

a. Keduanya merupakan hal yang signifikan di dalam upaya pensejahteraan rakyat, karena kenyataan mayoritas penduduk Indonesia beragama Islam dan kenyataan lain bahwa pajak adalah primadona penerimaan negara.

b. Keduanya memiliki kesamaan. Qardhawi mengungkapkan persamaan antara zakat dan pajak dalam beberapa hal ; (a) keduanya memiliki unsur paksaan, (b) keduanya harus di setorkan kepada lembaga masyarakat (negara), (c) keduanya tidak menyediakan imbalan tertentu, (d) keduanya memiliki tujuan ke masyarakatan, ekonomi, politik di samping tujuan keuangan.

c. Keduanya memiliki perbedaan. Masih menurut Qardhawi, keduanya memiliki perbedaan dalam beberapa hal yakni dalam hal nama dan etikatnya, dalam hal hakikat dan tujuannya, dalam hal nisab dan ketentuannya, dalam hal kelestarian dan kelangsungannya, dalam hal pengeluarannya, dalam hal hubungan dengan penguasa dan dalam hal maksud dan tujuannya.8

Pada saat di undangkan, namun terdapat kendala pelaksanaan UU No 38 tahun 1999 yang menyebutkan bahwa Zakat yang telah di bayarkan kepada Badan Amil Zakat atau Lembaga Amil Zakat di kurangkan dari laba / pendapatan sisa kena pajak dari wajib pajak yang bersangkutan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Karena UU pajak penghasilan yang berlaku saat itu belum terdapat ketentuan yang mengatur perihal zakat.Oleh sebab itu di tetapkan UU Nomor 17 tahun 2000 yang di berlakukan mulai tahun 2001 tentang perubahan Ketiga atas UU Nomor 7 tahun 1983 tentang pajak penghasilan,

8


(16)

6

menegaskan bahwa zakat atas penghasilan yang nyata-nyata di bayarkan kepada Badan Amil Zakat atau Lembaga Amil Zakat yang di bentuk dan di sahkan oleh pemerintah dapat di kurangkan atas penghasilan kena pajak dalam perhitungan pajak penghasilan orang pribadi maupun badan dan zakat bukan merupakan objek pajak bagi si penerima zakat.

Dalam kaitan ini, penetapan UU No 38 tahun 1999 tentang pengelolaan zakat dan UU No 17 tahun 2000 (sebagai perubahan atas UU No 7 tahun 1983) tentang pajak penghasilan dapat di pandang sebagai langkah maju menuju sinergi zakat dengan pajak.

Pertama, UU No 38 / 1999 telah mengakui bahwa sesungguhnya zakat adalah

kewajiban yang harus di tunaikan oleh setiap muslim warga negara Indonesia yang mampu. UU ini memang tidak menyebut hukuman bagi yang melanggar kewajiban zakat, tetapi setidaknya pemerintah telah eksplisit bertanggung jawab memberikan perlindungan, pembinaan, dan pelayanan kepada muzakki, mustahik dan amil zakat.

Kedua, pemerintah telah melibatkan diri lebih jauh dalam pengelolaan zakat

dengan membentuk Badan Amil Zakat (BAZ) di berbagai tingkat kewilayahan dari kecamatan hingga nasional. Pemerintah juga mengukuhkan dan mengawasi Lembaga Amil Zakat (LAZ) yang di bentuk secara swadaya oleh masyarakat sehingga pengelolaan dana zakat dapat lebih di pertanggungjawabkan.

Ketiga, seperti di sebutkan dalam UU No 38/1999 bahwa zakat yang telah di


(17)

sisa kena pajak dari wajib pajak yang bersangkutan. Di dalam UU No 17/2000 juga ditetapkan bahwa zakat atas penghasilan yang nyata- nyata di bayarkan secara resmi oleh wajib pajak Orang Pribadi pemeluk Islam atau wajib Pajak badan dalam Negeri yang di miliki kaum muslimin, dapat di kurangkan atas penghasilan kena pajak. Dengan kata lain, sebagaimana yang di atur dalam keputusan Dirjen Pajak No KEP- 542/PJ/2001 bahwa zakat atas penghasilan dapat di kurangkan atas penghasilan netto.

Dengan demikian dalam rangka meningkatkan semangat berzakat dikalangan umat Islam khususnya berkaitan dengan posisi zakat dalam kehidupan bernegara, ijtihad bahwa zakat bisa menjadi pengurang penghasilan kena pajak merupakan sebuah keberanian sendiri,adanya kenyataan di Malaysia bahwa zakat bisa menguranhi pajak menjadi sebuah inspirasi Indonesia untuk membuat Undang-undang penglolaan zakat No.38 tahun1999 pasal 14 ayat 3 yang berbunyi:

“Zakat yang telah dibayarkan kpada Badan Zakat nasional atau Lembaga Amil Zakat dikurangkan dari laba atau pendapatan sisa kena pajak dari wajib pajak yang bersangkutan sesua dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku”. yang kemudian juga dikuatkan dengan undang-undang No.36 tahun 2008 tentang Pajak penghasilan terutaman pasal 9 ayat 1 huruf g yang berbunyi:

“Harta yang dihibahkan, bantuan atau sumbangan, dan warisan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3) huruf a dan huruf b, kecuali sumbangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) huruf i sampai dengan huruf m serta zakat yang diterima oleh badan amil zakat atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah atau sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib bagi pemeluk agama yang diakui di Indonesia, yang diterima oleh lembaga keagamaan yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah, yang ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Pemerintah”.


(18)

8

Dengan demikian penelitian posisi zakat yang dikaitkan dengan pajak dalam kasus Indonesia yang memberikan peluang bagi umat Islam yang menunaikan zakat untuk dapat mengurangkan zakat yang dibayar itu kepada penghasilan kena pajak kiranya sangat penting untuk ditelaah lebih lanjut sehingga dapat memberikan pemahaman yang utuh dan akurat kepada masyarakat.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah

Agar penelitian ini lebih akurat dan terarah sehingga tidak menimbulkan masalah baru serta pelebaran secara meluas maka penulis akan membatasi permasalahan ini sebagai berikut:

a. Zakat dalam skripsi ini dibatasi pada zakat mal

b. Penghasilan kena pajak dalam skripsi ini dibatasipada pajak penghasilan c. Undang-undang di Indonesia dibatasi pada Undang-Undang No.38 Tahun

1999 dan Undang-undang No.17 tahun 2000 serta Peraturan Menteri Keuangan No.254/PMK.03/2010 dan Peraturan Pemerintah No.60tahun 2010.

2. Perumusan Masalah

Umat Islam diwajibkan membayar dua hal dari kewajibannya, yaitu pajak untuk Negara, dan zakat untuk mustahiq dalam Agama Islam. Masalahnya dapatkah zakat mengurangi kewajiban penghasilan kena pajak.


(19)

Hal ini sangatlah penting untuk ditelaah lebih lanjut sehingga dapat memberikan pemahaman yang utuh dan akurat kepada masyarakat.

Untuk memperjelas masalah ini, maka penulis merumuskan penelitian ini sebagai berikut:

a. Dapatkah Zakat Menjadi Pengurang Pajak ?

b. Bagaimana Pelaksanaan Kebijakan Zakat sebagai Pengurang Penghasilan Kena Pajak di Indonesia ?

c. Bagaimana Pelaksanaan Administratif Zakat sebagai Pengurang Penghasilan Kena Pajak di Indonesia Khususnya Kabupaten Bekasi ?

Dengan pembatasan dan perumusan masalah di atas, diharapkan skripsi ini dapat menjelaskan sesuai dengan tema yang penulis ambil, yaitu“Zakat Sebagai Pengurang Penghasilan Kena Pajak (Studi Terhadap Pelaksanaan Undang-undang Zakat di Kabupaten Bekasi”.

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Seiring dengan pembatasan dan perumusan masalah di atas, maka yang akan menjadi tujuan dari penelitian skripsi ini adalah:

a. Untuk mengetahui dapatkah zakat menjadi pengurang pajak

b. Untuk mengetahui pelaksanaan kebijakan zakat sebagai pengurang penghasilan kena pajak di Indonesia.

c. Untuk mengetahui pelaksanaan administratif zakat sebagai pengurang penghasilan kena pajak.


(20)

10

2. Manfaat Penelitian

Adapun kegunaan dari pembahasan skripsi ini adalah sebagai berikut: a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi positif bagi

pembaca pada umumnya dan mahasiswa UIN pada khususnya.

b. Untuk memperkaya khazanah ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang hukum yang menyangkut hal zakat dan pajak.

c. Sebagai bahan referensi bagi masyarakat yang ingin tahu kewajiban-kewajibannya dalam mentaati hukum tanpa ada salah satu yang ditinggalkan.

D. Review Studi Terdahulu

Penulis menemukan beberapa judul skripsi yang pernah ditulis oleh mahasiswa sebelumnya dan buku-buku yang berkaitan dengan judul skripsi yang akan diteliti oleh penulis yang sekiranya dapat dijadikan sebagai studi review, yaitu:

1. Judul : “Pemberdayaan Zakat Modern Pada Yayasan Baitul Maal Bank

Rakyat Indonesia.” Penulis : Abdul Barri/fakultas Syariah dan

Hukum/jurusan keadministrasian Islam/tahun 2007.

Skripsi ini membahas seputar bagaiman pemberdayaan zakat modern pada yayasan Baitul Maal Bank Rakyat Indonesia.

2. Buku hasil karya Masdar F Mas’udi yang berjudul”Agama,Keadilan,Risalah

Zakat (Pajak) dalam Islam”Inti dari tulisan ini adalah pejabaran posisi zakat


(21)

menyatakan bahwa ajaran zakat telah ”kehilangan hampir segala-galanya”sejak munculnya pandangan formalistik meskipun sudah ada upaya untuk menyelesaikan gejala ini,namun Masdar masih menganggapnya awet dan tak kunjung selesai.

3. Buku Hasil karya M.Djamal “Membangun Ekonomi Umat Melalui

Pengelolaan Zakat”.ini merupakan doa yang menginginkan pengumpulan

zakat dengan sistem administrasi pajak dan upaya untuk melepas umat Islam dari kewajiban ganda yakni kewajiban membayar zakat disamping pajak

Studi review yang diambil dari dua buku diatas dapat diambil benang merah oleh penulis setelah adanya Undanng-undang kebijakan pengurang penghasilan kena pajak karena telah membayar zakat,kenyatan ini merupakan prestasi yang hendaknya ditindak lanjuti hingga mencapai harapan ideal seperti Negara Malalysia yang dijadikan sebagai tolak ukurnya yakni zakat bisa mengurangi pajak bukan penghasilan kena pajak saja.

E. Kerangka Teori

Zakat adalah hak tertentu yang diwajibkan oleh Allah pada harta orang Islam untuk diberikan kepada pihak-pihak yang telah ditentukan oleh Allah. Dan pajak sebagai fungsi alat Negara untuk melakukan retribusi pendapatan kekayaan berhadap-hadapan dengan fungsi zakat yang secara subtansi terdapat beberapa kemiripan. maka timbul Undang-undang pengelolaan zakat No.38 tahun 1999.

Akan tetapi pelaksanaan Undang-undang No.38 tahun 1999 belum terealisasikan karena Undang-undang pajak penghasilan yang berlaku saat itu


(22)

12

belum terdapat ketentuan yang mengatur perihal zakat. oleh sebab itu kemudian ditetapkan undang-undang No.36 tahun 2008 tentang perubahan ke-4 atas Undang-undang No.7 tahun 1983 tentang pajak penghasilan yang berbunyi : “harta yang dihibahkan,bantuan atau sumbangan dan warisan sebagaimana dimaksud pasal 4 ayat 3 huruf a dan huruf b kecuali zakat penghasilan yang nyata-nyata dibayarkan oleh wajib pajak orang pribadi pemeluk agama Islam kepada badan Zakat nasional dan lembaga amil Zakat orang yang disahin oleh pemetrintah.”9

Mulai tahun 2001 sebenarnya para pembayar zakat penghasilan sudah dapat menjadikan jumlah zakat yang dibayar sebagai faktor pengurang atas Penghasilan Kena Pajak (PKP) dari Pajak Penghasilan. Ini adalah langkah awal yang baik, walaupun langkah ini belumlah cukup karena zakat bukan hanya ada pada penghasilan kena pajak tapi meliputi banyak hal yang justru oleh pemerintah tidak dikenakan pajak, tapi merupakan sesuatu yang sangat ditekankan dalam Agama. Sebagai misal adalah zakat hasil pertanian, dan zakat hewan ternak. Namun demikian, Pemerintah secara tidak langsung menghargai zakat sebagai salah satu kewajiban (rukun) bagi yang beragama Islam untuk mendorong sekaligus mengingatkan bahwa zakat adalah suatu kewajiban yang harus ditaati dan dilaksanakan.

Yang kemudian menjadi persoalan adalah adanya anggapan bahwa umat Islam di Indonesia yang membayar zakat seolah-olah terkena pengeluaran berganda, selain membayar pajak juga membayar zakat dari penghasilan yang

9


(23)

diperolehnya. Oleh karena itu untuk keadilan sudah selayaknya dipikirkan bagaimana agar umat Islam yang merupakan mayoritas penduduk Indonesia ini bisa menjadi warga Negara yang baik sekaligus menjadi umat Islam yang taat. Dan salah satu cara yang telah ditempuh adalah ditetapkannya zakat sebagai faktor pengurang dalam perhitungan penghasilan kena pajak (PKP).10

Dan permasalan zakat sebagai pengurang penghasilan kena pajak baru-baru ini dikuatkan oleh Peraturan Menteri Keuangan NO.254/PMK.03/2010 pada Tanggal 28 Desember 2010 dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.60 Tahun 2010 Tentang Zakatatau Sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib yang dapat dikurangkan dari Penghasilan kena pajak pada pasal 1 ayat 1 (a):

”Zakat atas penghasilan yang dibayarkan oleh wajib pajak orang pribadi pemeluk agama Islam atau oleh wajib pajak badan dalam negeri yang dimiliki oleh pemeluk agama Islam kepada badan amil zakat atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah akan tetapi jika pembayaran zakatnya tidak melalui badan atau lembaga yang disahkan oleh Negara maka pengurangan terhadap penghasilan kena pajak tidak berlaku”.

F. Metodologi Penelitian

Untuk menghasilkan data yang valid, maka metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Jenis Penelitian

Pendekatan masalah dalam penelitian ini adalah dengan cara menggunakan pendekatan kualitatif, yaitu dengan memusatkan perhatian pada

10

sofyan idris, gerakan zakat dalam pemberdayaan ekonomi umat pendekatan transformati,


(24)

14

prinsip-prinsip umum yang mendasari perwujudan satuan-satuan gejala dalam kehidupan manusia.11

Adapun jenis penelitian yang digunakan adalah studi kasus, yaitu penelitian yang pada umumnya bertujuan untuk mempelajari secara mendalam suatu individu, kelompok, institusi atau masyarakat tertentu tentang latar belakang, keadaan/kondisi, faktor-faktor atau interaksi-interaksi social atau hukum yang terjadi di dalamnya.12

2. Kriteria Data a. Data Primer

1) Al-Qur’an dan Hadist

2) Undang-Undang No.38 Tahun 1999 tentang pengelolaan zakat dan Undang-undang No.36. Tahun 2008 tentang pajak

3) Peraturan Menteri Keuangan NO.254/PMK.03/2010 dan Peraturan Pemerintah No.60 Tahun 2010 tentang zakat yang dapat dikirangi dari penghasilan Netto

4) Wawancara tambahan dari BAZNAS, kantor Direktorat Pajak dan KPP ( Kantor Pelayanan Pajak) Pratama Bekasi

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dengan cara membandingkan atas dokumen-dokumen yang berhubungan dengan

11

Burhan Ashshofa, Metode Penelitian Hukum (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), hl. 20 12

Bambang Sanggona, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada,


(25)

masalah yang diajukan, dokumen-dokumen yang dimaksud adalah Al-Qur’an, Hadis, buku-buku ilmiah, Undang-undang , serta peraturan-peraturan lainnya yang erat kaitannya dengan masalah yang diajukan.

3. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data/informasi tersebut digunakan tehnik penelitian sebagai berikut :

a. Penelitian Kepustakaan

Penelitian ini dilakukan guna memperoleh data sekunder yaitu melalui pengkajian perundang-undangan, buku-buku serta tulisan para pakar hukum yang ada hubunganya dengan penelitian ini.

b. Penelitian lapangan

Penelitian lapangan dilakukan guna mempeoleh data primer tentang implementasi pembayaran zakat sebagai pengurang penghasilan kena pajak, dengan metode wawancara di Kantor Direktorat Jendral Pajak dan Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) karena dua lembaga ini adalah lembaga yang berkaitan dengan karyatulis dalam penelitian penulis.

4. Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif, yaitu menganalisa dengan cara menguraikan dan mendeskripsikan hasil wawancara yang diperoleh. Sehingga didapat suatu kesimpulan yang objektif, logis, konsisten dan sistematis sesuai dengan tujuan yang dilakukan penulis dalam penelitian ini.


(26)

16

G. Sistematika Penulisan

Di dalam melakukan penyusunan proposal ini penulis memberikan gambaran guna mempermudah pembaca dalam memahami proposal ini, dalam hal ini penulis menyusunnya dalam lima bab. Isi dari proposal ini secara singkat adalah sebagai berikut:

Bab Pertama : Pendahuluan yang diawali dengan Latar belakang masalah yang didalamnya menjelaskan awal mulanya masalah yang diangkat oleh peneliti untuk dijadikan bahan penelitian dan masalah yang diteliti dibatasi dengan pembatasan dan perumusan masalah agar pembahasan permasalah yang diteliti tidak bercabang kemana-mana sehingga fokus dengan apa yang peneliti saja dan masalah yang diteliti ada tujuan dan manfaat penelitian agar penelitian yang diteliti mendapat manfaat khususnya untuk pribadi umumnya untuk maasyarakat luas, review studi terdahulu, metode penelitian serta sistematika penulisan.

Bab Kedua :Menyajikan Kajian kepustakaan.Pertama yang membahas tentang Landasan (kerangka) Teori (untuk studi empiris yang bersifat eksplanatoris dan verifikatif atau kerangka konseptual dan landasan teorotis harus didasarkan pada teori-teori yang relevan. khususnya pada masalah tetang konsep hukum zakat dan pajak menurut fikih dan Undang-undang

Bab Ketiga :Menyajikan data hasil penelitian, berupa deskripsi data berkenan dengan variabel yang ditelti secara objektif dalam arti tidak dicampur dengan opini penelitian.deskripsi data penelitian harus ditampilkan secara jelas dan lengkap khususnya tentang profil Badan Zakat Nasional dan Badan Perpajakan


(27)

terdiri atas sejarah berdirinya, tujuan, visi dan misi sturtur organisasi dan program kegiatan.

Bab Keempat :Analisis terhadap data penelitian yang telah didapatkan

dideskripsikan guna menjawab masalah penelitian.dalam kasus analisis kita juga penafsirkan dan menginprestasikan temuan penelitian kedalam bingkai pengetahuan yang telah mapan,memodifikasikan teori yang ada atau menyusun teori yang ada yang pada tulisan Membahas tentang kondisi zakat dan pajak di Indonesia setelah pengesahan Undang-undang NO.38 Tahun 1999 tentang pengelolaan zakat dan Undang-undang No.17 tahun 2000 tentang pajak penghasilan yang lebih khusus menyoroti zakat sebagai pengurang penghalian kena pajak

Bab Kelima :Penutup dengan usainya pembahasan diatas dalam bab terakhir ini disampaikan beberapa butir kesimpulan sekaligus berfungsi sebagai jawaban konkret atas masalah yang telah dirumuskan dalam bab pendahuluan.berikut dengan saran-saran yang ditunjukan kepada para cendikiawan muslim untuk lebih gigih dan giat dalam mengembangkan dunia ilmu khususnya yang berkaitan dengan hukum islam konteporer.


(28)

18

BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG ZAKAT A. Pengertian

Zakat menurut bahasa adalah merupakan kata masdar dari zaka’yang berarti suci, berkah, tumbuh, dan terpuji yang semua arti ini sangat populer dalam menterjemahkan baik al-qur’an dan hadist.1 Imam Abu Bakar bin Muhamad Al-Husainiy Mengatakan

2

! " #$%& '( )

1 ! *+ ,-. /0 1 2 34 ! 56 7 84 9: ( . ;< 4

=

“Zakat menurut pengertian Syara’ (terminologi) adalah suatu nama yang khusus untuk menentukan kadar-harta benda yang akan diserahkan kepada ashnaf (golongan) tertentu dengan syarat-syarat (yang tertentu pula) dinamakan zakat karena harta-benda itu tumbuh dan mengadung barakah ketika dikeluarkan dan ketika didoakan oleh orang-arang yang menerimannya”.Sayyid Sabiq mengatakan

P Q 9: (. *+ &>! ?@ ? AB *C DEF " 6 GHI! J0

'(

K

/HIN L : ! 4 /: B. M!> 2: B . 2 3! *+ 0$ " /:N 6 O

" RS 1!

T

2 3! $ /UV . W+ X.

=

1

Muhammad, Zakat Profesi Wacana Pemikiran dalam Fikih Konteforer, (Jakarta: salemba diniyah ) cet.1 h.10

2

Muhammad, Zakat Profesi Wacana Pemikiran dalam Fikih Konteforer, (Jakarta: salemba diniyah ) cet.1 h.10

3


(29)

“Zakat merupakan suatu nama (yang ditetapkan)kepada sesuatu benda yang dikeluarkan oleh manusia dari hak Allah kepada fakir miskin.Dinamakan zakat karena keberadaannya mengandung harapan barakah,kebersihan jiwa dan pertumbuhan kebaikan.maka hal tersebut dinamakan zakat karena mengandung pengertian tumbuh,bersih dan barakah.

Arti tumbuh dan suci sebenarnya tidak hanya digunakan untuk harta kekayaan tetapi kata itu bisa juga dipakai untuk menerangkan jiwa orang yang mengeluarkan zakat(muzzaki) dalam pandangan yusuf qardawi kata zakat dalam bentuk ma’rifat definisi disebutkan tiga puluh kali dalam al-quran diantaranya duapuluh tujuh kali disebutkan dalam satu ayat bersama shalat dan hanya satu kali disebut dalam kontek yang sama dengan shalat tetapi tidak dalam satu ayat surat al-mu’minun 1-4 menurut penelitiannya dalam Al-Qur’an tiga puluh kali kata zakat disebutkan delapan kali terdapat dalam surat –surat yang diturunkan dimakkah(makkiyah) sedangkan lainnya diturunkan dimadinah(madaniyah).4

B. Dasar Hukum

1. Al-Qur’an

Meskipun sudah disinggung secara umum tentang dasar hukum zakat pada halaman-halaman sebelumnya penulis merasa perlu untuk mengelompokan sumber pijakan zakat. Karena zakat merupakan sesuatu yang diberikan untuk harta yang dikeluarkan oleh seorang manusia sebagai hak Allah Ta’ala yang diserahkan pada orang fakir. Adapun makna zakat itu

4


(30)

20

sendiri adalah harapan akan adanya keberkahaan, kesucian jiwa, dan terdapat didalamnya kebaikan sebagaimana firman Allah SWT dalam surah At-Taubah 10

Y

24 Z

[

\

]

^_`

a

Artinya: Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. dan Allah Maha mendengar lagi Maha Mengetahui.

(QS. 9: At-Taubah :103 )

Setelah turunnya ayat yang mewajibkan zakat dan makna dari zakat itu sendiri untuk diri kita pribadi zakat pun mempunyai makna dalam kehidupan sosial bahwa apabila zakat itu berjalan maka zakat itu sendiri akan menimbul sifat rasa tolong menolong antara sikaya dan simiskin jadi tidak ada perbedaan umat dimata Allah karena dengan zakat kita saling mengisi, menjaga pertolongan, saling kasih sayang sekaligus mempererat hubungan antara sesama melalui zakat.Surah At-Taubah 71

!"

#

$ % &

'

&

$

!

(&

)

"

$ &

)

$

&

#

*

+!

$

,

-%

&

&

.

Y

24 Z

[

\

]

b^

a

Artinya: Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. mereka


(31)

menyuruh (mengerjakan) yang ma'ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya. mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; Sesungguhnya

Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (QS.9: At-Taubah: 71 )

Adapun ayat selanjutnya menerangkan bahwa zakat yang sudah dikeluarkan oleh seorang Muzaki di berikan kepada orang-orang yang berhak mendapatkan zakat tersebut dan yang dimaksud orang yang berhak menerima zakat disini ialah 8 ( delapan ) golongan yang dijelaskan dalam Surah At-Taubah ayat 60:'

(

)

/

!

"

# (

01 !

!

0 !

*

+ ,

"

!

#

-01

!

$

"

%

02

%

.

!

&

&

3

/

&

4

5

Y

24 Z

[

\

]

c_

a

Artinya: “Sesungguhnya zakat itu hanyalah untuk orang-orang fakir, orang

miskin, amil zakat, yang dilunakkan hatinya(mualaf), untuk

memerdekakan hamba sahaya, untuk membebaskan orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk orang yang sedang dalam perjalanan, sebagai kewajiban dari Allah. Allah Maha Mengetahui,

Maha Bijaksana.” (QS.9: At-Taubah: 60)

Imam Bukhari dan Muslim telah menghimpun Hadist-hadist yang berkaitan dengan zakat sekitar 800 hadist, termasuk beberapa atsar diantara hadist yang paling popular mengenai zakat adalah


(32)

22

d / , *C ef$ , "4 ",

]

'5g(. J:g, WC hg *C ($ d

=

e 4

#M 1 hg, ij(I!

]

i d . *C ($ k% l 56m. WC Un J n !6m - /o

.

*+ Z . j

6 p $ i . Uql!

=

Dari Umar ra Rasullah SAW bersabda Islam dibangun atas lima pondasi pokok

yakni kesaksian bahwa tiada tuhan selain Allah dan bahwa Muhamad itu utusan Allah mendirikan shalat melaksanakan haji menunaikan zakat dan berpuasa dibulan ramadan

Hadist tersebut adalah sebagian dari nash yang bersifat umum yang menegaskan tentang kewajiban Zakat Mal dan Zakat Fitrah.sedangkan beberapa hadist lainya bersifat umum menjelaskan sub-sub masalah zakat seperti jenis harta yang dizakati, nisab, haul, asnaf ( golongan ) yang terkait dengannya.

Hadist berikutnya dari ibnu abbas bahwa ketika Nabi SAW mengutus Muadz bin Jabal RA ke yaman beliau bersabda:

" :! ? J , WC ef$ S A rA4 e3 56m J , WC ef$ #s53, "4 ",

T

&N

]

? '/,-m

]

, tm 'X !6 N *C ($ eDH. WC 5n J n !6m - /o

uC 56m '/ g, N 7 8

!6 N 2g: . #i vw x L g M 1 '/:g, y Z!N %d

" 81zB '/ m x P2d% '/:g, y Z!N uC 56m '/ g, N 7 8 , tm

'/< &N hg, {- B. '/< !|m

Y =

J:g, E>Z

a

“Dari ibnu Abbas ra berkata Rosul SAW bersabda kepada Muadz bin Jabal ketika diutus keyaman:sesungguhnya engkau akan mendatangi sebuah komunitas ahli kitab maka ketika kau sampai disana ajaklah mereka untuk bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah dan Muhamad adalah utusannya jika mereka mematuhi

5

Muhamad Musthafa Diba al-Bagho, Mukhtashor Shahih al-Bukhari, cet al-Yamama

Univ.Damaskus Tahun 1999 hal.7 6


(33)

mu maka informasikan bahwa Allah telah mewajibkan shadaqah yang akan diambil dari golongan yang kaya diantara mereka dan akan didistribusikan kepada golongan yang fakir. HR.Bukhori dan Muslim)

Hadist ini menjelaskan bahwa kewajiban zakat adalah sebuah salah satu perkembangan Islam di Mekkah secara mutlak tidak dibatasi berapa besar harta yang wajib dikeluarkan zakatnya, tidak pula jumlah yang harud dizakatkan. Semua itu diserahkan kepada kesadaran dan kemurahan kaum Muslimin belaka.dan pada tahun kedua setelah hijrah menurut keterangan yang mashur ditetepkan besar dan jumlah jenis harta yang dijelaskan secara terperinci.7

C. Tujuan, Hikmah, serta hakikat Zakat

Banyak sekali hikmah yang terkandung dalam melaksanakan ibadah zakat. Zakat merupakan ibadah yang memiliki dimensi ganda, vertikal dan horizontal.8Artinya secara vertikal, zakat sebagai ibadah dan wujud ketakwaan dan kesyukuran seorang hamba kepada Allah atas nikmat berupa harta yang diberikan kepadanya serta untuk membersihkan dan mensucikan diri dan hartanya itu.Dalam konteks inilah zakat betujuan untuk menata hubungan seorang hamba dengan Tuhannya sebagai pemberi rezeki.

Sedangkan secara horizontal zakat bertujuan mewujudkan rasa keadilan sosial dan kasih sayang diantara pihak yang mampu dengan pihak yang tidak mampu dan memperkecil problema dan kesenjangan sosial serta ekonomi umat

7

Al-Sayyid Sabiq, Fikih al-Sunnah 3, ( Bandung : Al-ma’arif, 1990) h.7 8

Asnaini, Zakat Produktif dalam Persfektif Hukum Islam (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2008), h. 42


(34)

24

dalam kontek ini diharapakan dapat mewujudkan pemerataan dan keadilan sosial diantara sesama manusia.Oleh sebab itu zakat memiliki banyak arti dalam kehidupan ummat manusia, terutama Islam.

Dalam hal ini, para ulama telah membahas mengenai apa hikmah dan tujuan dari adanya zakat. Diantaranya, menurut Yusuf Qardhawi9, secara umum terdapat dua tujuan dari ajaran zakat, yaitu untuk kehudupan individu dan untuk kehidupan sosial kemasyarakat. Tujuan yang pertama meliputi pensucian jiwa dari sifat kikir, mengembang sifat suka berinfak atau memberi, mengobati dari cinta dunia, mengembangkan kekayaan batin dan menumbuhkan rasa simpati dan cinta sesama manusia, dengan ungkapan lain, esensi dari semua tujuan ini adalah pendidikan yang bertujuan untuk memperkaya jiwa manusia dengan nilai-nilai spiritual yang dapat meningkatkan harkat dan martabat manusia.

Tujuan kedua zakat dilihat dari keseimbangan sosial, zakat mendorong umat Islam untuk selalu menghindari kemudbaziran, bakhil dan tamak. Dengan zakat pula dapat memperbaiki perasaan-perasaan yang buruk yang timbul diantara orang-orang kaya dan miskin, dan memperbaiki hubungan antara mereka yang mengeluarkan zakat dengan kelompok-kelompok yang menerima zakat.10

Tujuan zakat dalam hubungan ini secara praktisnya tersebut adalah sebagai berikut: 11

9

Yusuf Qardhawi, Hukum Zakat, ( Jakarta: Lentera, 1991), h. 848 10

Abdul Al-Hamid Mahmud Al-Ba’ly, Ekonomi Zakat, ( Jakarta: PT.Grafindo Persada.2006 )

h.133 11


(35)

1. Menjembatani jurang pemisah antara yang kaya dengan yang miskin. 2. Mengembangkan rasa tanggung jawab sosial pada diri seseorang.

3. Mengangkat derajat dan membantunya keluar dari kesulitan hidup mustahik. 4. Sarana pemerataan pendapatan (rezeki) untuk mencapai keadilan sosial.

Adapun hakikat zakat, berdasarkan dalil-dalil yang mewajibkannya adalah merupakan hak mustahiq dan bukan merupakan pemberian atau kebaikan hati orang-orang kaya semata. Dengan kata lain, zakat mencermikan kewajiban bagi orang-orang kaya dan hak yang legal bagi golongan miskin, baik di minta ataupun tidak. 12

Dengan demikian di dalam zakat tidak ada istilah hutang budi, balas budi, malu ataupun hina.Hal ini karena hakikatnya zakat adalah pemberian dari Allah swt. Lagi pula menurut Islam seseorang yang kaya tidak lah berlebih kedudukannya di sisi Allah dari prang miskin karena hartanya. Karena yang membedakannya hanya derajat ketakwaannya.

Hakikat zakat yang demikian menanamkan kesadaran bahwa segala yang ada di bumi dan di langit serta di seisinya adalah milik Allah, dan harta yang di miliki seseorang itu pada hakikatnya adalah amanah dari Allah swt semata. Hal ini di dasarkan pada firman Allah SWT surat at-taubah ayat 104

12

Asnaini, Zakat Produktif dalam Persfektif Hukum Islam(Yogyakarta: Pustaka Pelajar,2008), h. 44


(36)

26

0

1

6 &

'

(&

2

(

78

) '

3

&

!

"

4

$

5

#

6 2

(

7

6

9

Y

24 Z

[

\

]

^_}

a

Artinya: Tidaklah mereka mengetahui, bahwasanya Allah menerima Taubat dari hamba-hamba-Nya dan menerima zakat dan bahwasanya Allah Maha

Penerima Taubat lagi Maha Penyayang (QS. 9: At-Taubah: 104)

Makna ayat ini lanjutan dari ayat sebelumnya yaitu QS: At-Taubah :103 bahwasanya sekelompok orang yang imanya masih lemah, yang mencampurbaurkan amal baik dan buruk dalam kegiatanya. Dan mereka mengharap ampunan dari Allah SWT dan salah satu cara pengampunannya adalah melalui sedekah dan pembayaran zakat.13

D. Harta Yang Wajib di Zakatkan

Secara umum zakat terbagi menjadi dua macam: pertama.zakat yang berhubungan dengan badanatau disebut zakat fitrah.zakat fitrah merupakan kewajiban yang harus dilakukan oleh setiap muslim yang mempunyai kelebihan dari nafkah keluarga yang wajar yang dilaksanakan maksimal sebelum khatib

turun dari mimbar pada hari raya idul fitri,sebagai tanda syukur kepada Allah SWT karena telah selesai menunaikan ibadah puasa selain untuk menggembirakan hati fakir miskin pada hari raya, kedua, zakat yang berhubungan dengan harta atau zakat maal. Dalam penulisan ini lebih memfokuskan pada zakat maal yang telah

13


(37)

mengalami perkembangan pada perekonomian modern, sehingga dengan demikian hanya sedikit membahas tentang zakat fitrah.14

Menurut Al-Jaziri, ulama mazhab yang empat secara Ittifaq (sependapat) mengatakan bahwa jenis harta yangwajib dizakatkan ada lima macam yaitu : binatang ternak (unta, sapi, kerbau, kambing/domba) emas dan perak, perdagangan, pertambangan, harta temuan dan petanian.15Sementara itu menurut Yasuf Al-Qardhawi16 jenis-jenis harta yang wajib dizakati adalah: binatang ternak, emas dan perak, hasil perdagangan, hasil pertanian, hasil sewa tanah, madu dan produksi hean lainnya, barang tambang dan hasil laut, hasil investasi pabrik dan gudang, hasil pencarian dan profesi, hasil saham dan obligasi.

Memperhatikan pendapat diatas,maka jenis harta yang wajib dizakati mengalami perubahan dan perkembangan.artinya jenis- jenis harta sebagaimana disebut diatas,masih dapat dikembangkan sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berdampak pada perkembangan dan kemajuan ekonomi dan dunia usaha.

Sedangkan dalam Undang-undang tentang pengelolaan Zakat17 disebutkan jenis harta yang dikenai zakat, yaitu: emas dan perak, uang, perdagangan dan

14

Shahih Bukhori (Riyadh: Daar el-Salam,2000 ), h. 925-927 15

Abdurrahman al-Jaziri, Kitab al-Fiqh ‘ala al-Mazhab al-Arba’ah,( Beirut: Ihya Turats al-arabi,tt), h. 596

16

Yusuf Qardhawi, Hukum Zakat, ( Bandung: Mizan, 1996), h. 122-123

17


(38)

28

perusahaan,hasil pertanian,hasil perkebunan, hasil perikanan, hasil petambangan, hasil perternakan, hasil pendapatana dan jasa. Dan rikaz (harta temuan).

Harta kekayaan sebagaimana disebut diatas, wajib dikeluarkan zakatnya apabila telah memenuhi ketentuan wajib zakat (mencapai nisab, kadar, dan waktu/haul).

Adapun syarat-syarat yang wajib dizakati yaitu:18

1. Milik penuh, yaitu kekayaan yang berada dibawah kekuasaan pemilik dan tidak tersangkut didalamnya hak orang lain.

2. Berkembang, yaitu kekayaan yang dikembangakan atau mempunyai potensi untuk berkembanga produktif dan memberikan keuntungan atau pendapatan. 3. Cukup nisab, yaitu jumlah minimal yang harus dikeluarkan zakatnya.

4. Lebih dari kebutuhan rutin. Yang dimaksudkebutuhan rutin adalah sesuatu yang harus ada untuk ketahanan hidup seperti makan, minum, pakaian, perumahan dan sebagainya.

5. Bebas dari hutang (pemilikan sempurna) orang yang mempunyai hutang sebesar atau mengurangi senisab yang harus dibayar pada waktu yang sama(dengan waktu mengeluarkan zakat), maka harta tersebut terbebas dari zakat.

6. Berlaku satu tahun, maksudnya adlah bahwa pemilikan harta tersebut sudah berlalu satu tahun. Persyaratan ini hanya berlaku bagi ternak, harta simpanan

18


(39)

dan perniagaan, sedang hasil pertanian, buah-buahan dan rikaz (barang temuan) tidak ada syarat haul.

E. Sasaran Zakat19

Mustahiq zakat atau orang yang berhak menerima zakat harta benda

(zakat maal) ada delapan asnaf (golongan) yakni fakir, miskin, amil (petugas

zakat), muallaf(orang yang baru masuk Islam).Riqab (budak), gharimin (orang yang berhutang), fisabilillah (orang yang berijtihad dijalan Allah).Ibnu sabil

(yang dalam perjalanan) sebagaimana didasarkan pada firman Allah SWT yang berbunyi:

)

/

!

"

# (

01 !

!

0 !

*

+ ,

"

!

#

-01

!

$

"

%

02

%

.

!

&

&

3

/

&

4

5

Y

24 Z

[

\

]

c_

a

Artinya: “Sesungguhnya zakat itu hanyalah untuk orang-orang fakir, orang

miskin, amil zakat, yang dilunakkan hatinya(mualaf), untuk

memerdekakan hamba sahaya, untuk membebaskan orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk orang yang sedang dalam perjalanan, sebagai kewajiban dari Allah. Allah Maha Mengetahui,

Maha Bijaksana.”(QS. 9: At-Taubah: 60)

1. Fakir adalah orang yang tidak mempunyai harta dan usaha, atau mempunyai harta yang kurang dari seperdua kecukupanya20, tidak ada oang yang berkewajiban memberi belanja.21

19


(40)

30

2. Miskin adalah orang yang mempunyai harta atau usaha sebanyak seperdua kecukupannya atau lebih tetapi tidak sampai mencukupi.

3. Amilin adalah orang yang bertugas mengambil zakat dari dari para muzakki dan mendistribusikan kepada para mustahiq.22

4. Muallaf adalah orang-orang yang yang sedang dilunakan hatinya untuk memeluk Islam atau untuk menguatkan Islamnya, atau untuk memnjegah keburukan sikapnya terhadap kaum muslimin.

Muallaf ada empat macam:

a. Orang yang baru masuk Islam, sedangkan imannya belum teguh.

b. Orang Islam yang yang berpengaruh dalam kaumnya, dan kita berpengharapan kalau dia diberikan zakat, maka orang lain dari kaumnya akan masuk Islam.

c. Orang Islam yang berpengaruh terhadap kafir. Kalau dia diberi zakat, kita akan terpelihara dari kejahatan kafir yang dibawah pengaruhnyanya. d. Orang yang menolak kejahatan orang anti zakat.23

20

Yang dimaksud dengan kecukupan ialah menurut umur biasa 62 tahun maka yang mencukupi dalam masa tersebut dinamakan”kaya”, tidak boleh diberi zakat, dan ini dinamakan kaya dengan harta.adapun kaya dengan usaha, seperti orang yang mempunyai penghasilan yang tertentu yang tiap-tiap hari atau bulanan, maka kecukupannya dihitung tiap hari atau tiap bulan. Apabila suatu hari penghasilannya tidak mencukupi hari itu dia boleh menerima zakat. Adanya rumah yang didiami, pekakas tumah tangga dan lain-lain yang diperlukan tiap hari tidak dihitung sebagai kekayaan berarti tidak menghalanginya dari keadaan yang tergolong fakir atau miskin

21

Sualaiman Rajid, Fikih Islam, (Bandung: Sinar Baru Algonsindo,1995), hal. 213 22

M. Ali Hasan, Zakat dan Infak, (Jakarta: kencana, 2006), Hal.96 23

Departemen Agama RI, Pedoman Zakat seri 9,(Jakarta: Bagian Proyek Peningkatan Zakat dan Wakaf, 2006), h.83


(41)

5. Riqab (orang-orang yang memerdekakan budak) adalah orang yang mmebeli budak dari harta zakatnya untuk memerdekakannya. Dalam hal ini babyak dalil yang cukup dan sangat jelas bahwa Islam telah memenuhi berbagai jalan dalam rangka menghapus perbudakan. Hukun ini sudah tidak berlaku karena pebudakan telah tiada

6. Al-Gharimah (orang yang mempunyai utang) adalah orang yang mempunyai hutang yang dipergunakan untuk perbuatan yang bukan maksiat. Dan zakat diberikan agar mereka dapat membayar hutang mereka., menurut kesepakatan para ulama mazhab.

7. Fisabilillah (orang yang berada dijalan Allah) menurut empat mazhab

orang-orang yang berpegang secara suka rela untuk membela Islam.

8. Ibnu sabil adalah orang asing yang menempuh perjalanan kenegeri lain dan

sudah tidak punya harta lagi zakat boleh diberikan kepadanya sesuai dengan ongkos perjalanan untuk kembali kenegaranya24

24


(42)

32

BAB III

TINJAUAN UMUM TENTANG PAJAK A. Pengertian

Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara (peralihan kekayaan partikelir kesektor) berdasarkan Undang-undang (dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbalik (tegen prestatie) yang langsung dapat ditunjukan dan yang digunakan untuk membiayai pengeluaran umum(publieke uitgaven).1

Pajak menurut ahli keuangan ialah kewajiban yang ditetapkan terhadap wajib pajak, yang harus disetorkan kepada Negara sesuai dengan ketentuan, tanpa mendapat prestasi kembali dari Negara dan hasilnya untuk membiayai pengeluaran umum di satu pihak untuk merealisir sebagian tujuan ekonomi, sosial, politik, dan tujuan- tujuan lain2.

Dalam hukum Islam terdapat beberapa istilah yang dapat diartikan sebagai pajak. Misalnya: Istilah jizyah merupakan suatu bagian kekayaan yang diambil dari orang-orang kafir zimmi sebagai kewajiban baginya karena telah dilindungi keselamatan diri dan hartanya oleh pemerintah Islam.3

Al-kharaj merupakan bagian suatu kekayaan yang telah dikeluarkan oleh

setiap penduduk yang tunduk dibawah kekuasaan pemerintahan Islam bagi yang memiliki pertanian atau perkebunan. Adh-dariibah merupakan suatu bagian

1

Rahmat Soemitro, Dasar-dasar Hukum Pajak dan Pajak Pendapatan, (Yogyakarta: Libert 1992),h.57

2

Yusuf Qardhowi, Hukum Zakat, (Bogor: PT Pustaka Litera Antar Nusa, 1988), h.999

3


(43)

kekayaan yang dikeluarkan oleh orang-orang kafir yang telah dilakukan oleh tentara Islam dengan sebutan al-Harbi dengan membebani pajak 10 % dari kekayaannya.4 Al-‘usyuriyah yaitu pajak yang dikeluarkan oleh setiap warga dibawah kekuasaan pemerintah islam yang terdiri dari golongan Muslim, Ahlul Dzimmi dan Ahlul Harbi. Hal ini dikatakan ‘isyuriyah karena jumlahnya 10% dikeluarkan dari kekayaan Ahlul Harbi dengan istilah “al-“usyur”dan 5% dikeluarkan dari kekayaan Ahlul Dzimmi dengan istilah “Nusful ‘Usyur”serta 2,5% dikeluarkan dari kekayaan orang-oran Muslim dengan istilah”Rubu’ul

‘usyur”.pajak yang seperti ini disebut”Al-Kharaaf 5.

Akan tetapi Undang-undang perpajakan No.36 tahun 2008 merumuskan pengertian pajak bab I pasal I sebagai berikut:“Pajak penghasilan dikenakan terhadap orang pribadi atau perseorang dan badan berkenaan dengan

penghasilan yang diterima atau diperoleh selama satu tahun.”6

B. Sumber Hukum

Hukum pajak adalah sabagai hukum positif merupakan bagian hukum nasional yang berlaku dengan memiliki sumber hukum.akan tetapi sumber hukum yang dimilki oleh hokum pajak hanya bersumber pada hukum tertulis yang

4

Najuddin, Masaail Fiqhiyyah, (Jakarta: Kalam Mulya, 2003), h.172

5

Asy-Syaukaaniy, Nailul Author, Juz VIII (Mesir: Mustahafaa Al-baby Al-Halaby), h.71 6

Redaksi PT.Ichtiar baru-van heove, Himpunan Peraturan PerUndang-undangan RI,(Jakarta:

PT.Intermasa, 1989) 6

Abi Fadhil Ahmad bin ali bin Hajar al-Asqolani, Bulughu Al-Maram min Al-Adilatul Ahkam,


(44)

34

berkaitan dibidang perpajakan karena keberadaan hukum pajak hanya didukung oleh peraturan perundang-undangan perpajakan sebagai produk legislatif untuk lebih jelasnya mengenai sumber hukum pajak dapat diuraikan satu persatu sebagai berikut:

1. Undang-Undang Nomor 16 TAHUN 2009 Tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan

2. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 607/KMK.04/1994 Tentang Tata Cara Pengurangan atau Penghapusan Sanksi Administrasi dan Pengurangan atau Pembatalan Ketetapan Pajak, Tanggal 21 Desember 1994.

3. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 542/KMK.04/2000 Tentang Tata Cara Pengurangan atau Penghapusan Sanksi Administrasi Dan Pengurangan atau Penghapusan Ketetapan Pajak. Tanggal 22 Desember 2000.

4. Keputusan Dirjen Pajak Nomor KEP - 18/PJ.24/1995 Tentang Perubahan atas Keputusan Dirjen Pajak Nomor KEP - 05/PJ.24/1995 Tanggal 3 Februari 1995 Tentang Bentuk Surat Tagihan Pajak dan Surat Ketetapan Pajak atas Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah Tanggal 5 Mei 1995.

5. Peraturan menteri Keuangan NO.254/PMK.03/2010 tata cara pembebanan zakat atau sumbangan keagaman yang sifatnya wajib yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto.


(45)

6. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2010 tentang zakat atau sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib yang dapat dikurangkan dari penghailan bruto (lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 98,tambahan lembaran Negara Republik Indonesia 5148).7

C. Jenis-jenis 8

Dalam hukum pajak terdapat berbagai perbedaan jenis-jenis pajak, yang dibagi kedalam perbedaan pajak menurut golongan, perbedaan pajak menutut sifatnya dan perbedaan pajak menurut lembaga pemungutannya, adapun semua itu dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Menurut golongannya pajak dibagi menjadi dua, yaitu pajak langsung dan pajak tidak langsung, berikut ini diuraikan pengertian masing-masing:

a. Pajak langsung adalah pajak yang bebannya harus dipikul sendirir oleh

wajib pajak yang bersangkutan, tidak boleh dilimpahkan kepada orang lain. Contoh : pajak penghasilan

b. Pajak tidak langsung adalah pajak-pajak yang bebannya dapat

dilimpahkan kepada pihak ketiga atau konsumen. Adapun dalam pengertian administrative pajak tidak langsung adalah pajak yang dipungut setiap terjadi peristiwa atau perbuatan yang menyebabkan terutangnya pajak misalnya terjadi penyerahan barang,pembuatan akte.

Contoh : pajak pertambahan nilai dan bea materai.

7

Hhtp://blogdeta.blogspotcom/2009/Dasar Hukum-Pajak.html 31 mei 2009 8

Rahmat Soemitro, Dasar-dasar Hukum Pajak dan Pajak Pendapatan, (Yogyakarta:


(46)

36

2. Menurut sifatnya pajak dibagi menjadi dua yaitu pajak subjektif dan pajak objektif berikut ini diuraukan pengertian masing-masing:

a. Pajak Subjektif ( bersifat perorangan) adalah pajak yang memperhatikan

pertama-tama keadaan pribadi wajib pajak untuk memetapakan pajaknya harus ditemukan alas an-alasan yang objektif yang berhubungan erat dengan keadaan materialnya. Contoh : pajak penghasilan orang pribadi, hubungan antara pajak dan wajib pajak langsung oleh karena besarnya pajak penghasilan yang harus dibayar tergantung pada besarnya penghasilan sesorang.

b. Pajak objektif ( bersifat kebendaan) adalah pajak objektif pertama-tama

melihat kepada objeknya baik itu berupa benda dapat pula berupa keadaan,perbuatan atau peristiwa yang mengakibatkan timbulnya kewajiban membayar pajak.

3. Menurut lembaga pemungutannya pajak dibagi menjadi dua yaitu pajak Negara dan pajak daerah,berikut ini diuranikan pengertian masing-masing :

a. Pajak Negara adalah pajak yang dipungut pemerintah pusat yang

penyelengaraanya dilaksanakan oleh departemen keuangan dan hasilnya akan digunakan untuk pembiayaan rumah tangga Negara pada umumnya.contoh :

- Pajak penghasilan adalah merupakan salah satu pajak Negara memiliki objek yang dapat dokenakan pajak, yakni “penghasilan”. Adapun pengertian penghasilan menurut pasal 4 ayat (1) UU PPh adalah setiap


(47)

tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh wajib pajak baik yan berasal di Indonesia maupun yang di luar Indonesia - PPN (pajak pertambahan nilai) secara tegas diatur dalam UU PPN,

yang menyatakan bahwa pajak pertambahan nilai dikenakan atas pajak penjualan atas barang mewah penyerahan jasa dan ekspor barang pengusaha

- Pajak bumi dan bangunan, keduanya dapat berdiri sendiri atau secara bersama-sama sebagai objek yang dapat dikenakan pajak bumi dan bangunan adapun yang dimaksud dengan bumi itu sendiri meliputi bagian dalam bumi seperti tanah, peraianran pedalaman serta laut daerah Indonesia,dan yang dimaksud bangunan itu sendiri adalah bangunan yang berdiri diatas permukaan bumi seperti hotel, pabrik jalan tol dan lain-lain.

- Bea materai adalah pajak yang dikenakan atas dokumen yang digunakan oleh orang pribadi atau badan dalam lalu lintas hukum.

b. Pajak daerah adalah pajak-pajak yang dimungut oleh daerah, kabupaten

maupun kotamadya berdasarkan peraturan daerah masing-masing dan hasilnya untuk pembiayaan rumah tangga daerah masing-masing Contoh : pajak kendaraan bermotor, pajak radio, dan pajak pembangunan.

D. Fungsi dan pengaruhnya dimasyarakat

Pajak mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan bernegara, khususnya di dalam pelaksanaan pembangunan karena pajak


(48)

38

merupakan sumber pendapatan Negara untuk membiayai semua pengeluaran termasuk pengeluaran pembangunan. Berdasarkan hal diatas maka pajak mempunyai beberapa fungsi, yaitu:

1. Fungsi anggaran (budgetair) adalah Sebagai sumber pendapatan Negara pajak berfungsi untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran negara. Untuk menjalankan tugas-tugas rutin negara dan melaksanakan pembangunan, negara membutuhkan biaya. Biaya ini dapat diperoleh dari penerimaan pajak. Dewasa ini pajak digunakan untuk pembiayaan rutin seperti belanja pegawai , belanja barang, pemeliharaan, dan lain sebagainya. Untuk pembiayaan pembangunan, uang dikeluarkan dari pegawai pemerintah, yakni penerimaan dalam negeri dikurangi pengeluaran rutin. Tabungan pemerintah ini dari tahun ke tahun harus ditingkatkan sesuai kebutuhan pembiayaan pembangunan yang semakin meningkat dan ini terutama diharapkan dari sektor pajak.9

2. Fungsi stabilitas yaitu dengan adanya pajak, pemerintah memiliki dana untuk menjalankan kebijakan yang berhubungan dengan stabilitas harga sehingga inflasi dapat dikendalikan, Hal ini bisa dilakukan antara lain dengan jalan mengatur peredaran uang di masyarakat, pemungutan pajak, penggunaan pajak yang efektif dan efisien.10

3. Fungsi redistribusi pendapatan yaitu pajak yang sudah dipungut oleh negara akan digunakan untuk membiayai semua kepentingan umum, termasuk

9

R.Santoso Brotodiharjo, Pengantar Ilmu Hukum Pajak, (Bandung: Eresco N.V.,1965), h.16

10


(49)

juga untuk membiayai pembangunan sehingga dapat membuka kesempatan kerja, yang pada akhirnya akan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat.11

Setiap pajak terdiri dari sasaran atau objek pajak(tax bas ) dan tarif pajak

(tax rate).objek pajak adalah segala sesuatu yang dapat dapat dikenai pajak yang

berupa pendapatan,barang-barang ,kekayaan dan juga perpindahan hak milik atas barang.12dan dalam pemungutuan pajak itu sendiri terdapat perlawanan sebagai bentuk reaksi ketidak cocokan masyarakat terhadap diberlakukannya pajak sering kali diwujudkan dalam perlawan akibat tekanan pajak.

E. Syarat-syarat Pemungutan

Tidaklah mudah untuk membebankan pajak pada masyarakat. Bila terlalu tinggi, masyarakat akan enggan membayar pajak. Namun bila terlalu rendah, maka pembangunan tidak akan berjalan karena dana yang kurang. Agar tidak menimbulkan berbagai masalah, maka pemungutan pajak harus memenuhi persyaratan yaitu:

1. Pemungutan pajak harus adil yaitu seperti halnya produk hukum pajak pun mempunyai tujuan untuk menciptakan keadilan dalam hal pemungutan pajak. Adil dalam perundang-undangan maupun adil dalam pelaksanaannya. Contohnya: Dengan mengatur hak dan kewajiban para wajib pajak dan pajak diberlakukan bagi setiap warga negara yang memenuhi syarat sebagai wajib

11

Muhamad Djafar Saidi, Pembaruan Hukum Pajak, ( Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 2007), h.33

12

M.Suparmoko, Keuangan Negara dalam Teori dan Praktek (Yogyakarta: Badan Penerbit FE UGM,1987) h.143-144


(50)

40

pajak serta sanksi atas pelanggaran pajak diberlakukan secara umum sesuai dengan berat ringannya pelanggaran.13

2. Pengaturan pajak harus berdasarkan UU yaitu sesuai dengan Pasal 23 UUD 1945 yang berbunyi: "Pajak dan pungutan yang bersifat untuk keperluan negara diatur dengan Undang-Undang", ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penyusunan UU tentang pajak, yaitu: Pemungutan pajak yang dilakukan oleh Negara yang berdasarkan UU tersebut harus dijamin kelancarannya Jaminan hukum bagi para wajib pajak untuk tidak diperlakukan secara umum serta Jaminan hukum akan terjaganya kerasahiaan bagi para wajib pajak.14

3. Pungutan pajak tidak mengganggu perekonomian Pemungutan pajak harus diusahakan sedemikian rupa agar tidak mengganggu kondisi perekonomian, baik kegiatan produksi, perdagangan, maupun jasa. Pemungutan pajak jangan sampai merugikan kepentingan masyarakat dan menghambat lajunya usaha masyarakat pemasuk pajak, terutama masyarakat kecil dan menengah.15

4. Pemungutan pajak harus efesien Biaya-biaya yang dikeluarkan dalam rangka pemungutan pajak harus diperhitungkan. Jangan sampai pajak yang

13

Ahmad Tjahjono dan M.Fakhri Husaen, Perpajakan, ( Jakarta: UPP AMPYKPN, 2005),

h.16 14

Muhamad Djafar Saidi, Pembaruan Hukum Pajak, ( Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 2007), h.5

15

R.Santoso Brotodiharjo,Pengantar Ilmu Hukum Pajak, (Bandung: Eresco N.V.,1965), hal.27-28


(51)

diterima lebih rendah dari pada biaya pengurusan pajak tersebut. Oleh karena itu, sistem pemungutan pajak harus sederhana dan mudah untuk dilaksanakan. Dengan demikian, wajib pajak tidak akan mengalami kesulitan dalam pembayaran pajak baik dari segi penghitungan maupun dari segi waktu.

5. Sistem pemungutan pajak harus sederhana Bagaimana pajak dipungut akan sangat menentukan keberhasilan dalam pungutan pajak. Sistem yang sederhana akan memudahkan wajib pajak dalam menghitung beban pajak yang harus dibiayai sehingga akan memberikan dapat positif bagi para wajib pajak untuk meningkatkan kesadaran dalam pembayaran pajak. Sebaliknya, jika sistem pemungutan pajak rumit, orang akan semakin enggan membayar pajak 16

F. Perbandingan Antara Zakat Dan Pajak

Dari uraian sebelumnya telah dijelaskan mengenai pengertian pajak dan zakat maka diantara kedua terdapat pesamaan dan perbedaan keduanya, Adapun persamaan antara zakat dan pajak adalah:

1. Unsur paksaan dan kewajiban yang merupakan cara untuk menghasilkan pajak, juga terdapat dalam zakat yang harus dibayar tiap tahunnya.17 Bila sorang muslim terlambat membayar zakat, karena keimanan dan keislamannnya belum kuat, disini pemerintah Islam akan memaksanya,

16

R.Santoso Brotodiharjo,Pengantar Ilmu Hukum Pajak, (Bandung: Eresco N.V.,1965), hal.28

17


(52)

42

bahkan memeranggi mereka yang enggan membayar zakat, bila mereka punya kekuatan.

2. Bila pajak harus disetorkan kepada lembaga masyarakat atau Negara, pusat maupun daerah, maka zakat pun demikian, karena pada dasarnya zakat itu harus diserahkan kepada pemerintah sebagai badan yang disebut dalam Al-qur’an yaitu amil zakat.

3. Diantara ketentuan pajak ialah tidak adanya imbalan tertentu. Pada wajib pajak menyerahkan pajaknya selaku anggota masyarakat. Ia hanya memperoleh berbagai fasilitas untuk dapat melangsungkan kegiatan usahanya. Demikia halnya dalam zakat. Pezakat tidak memperoleh suatu imbalan. Ia membayar zakat selaku masyarakat Islam. Dia hanya memperoleh perlindungan, penjagaan dan solidaritas dari masyarakat. Ia wajib memberikan haertanya untuk menolong warga masyarakat dan membantu mereka dalam menangulanggi kemiskinan, kelemahan dan penderitaan hidup dan demi tegaknya kalimat Allah dan kebenaran di muka bumi tanda mendapat prestasi kembali atas pembayaran zakatnya.

4. Apabila pajak pada zaman moderen mempunyai tujuan kemasyarakatan, ekonomi dan politik di samping tujuan keuangan, maka zakat itu mempunyai tujuan yang lebih jauh dan jangkawan yang lebih luas dan sangat besar pengaruhnya terhadap kehidupan pribadi dan masyarakat18.

18


(53)

Adapun beberapa perbedaan antara zakat dan pajak adalah:

1. Zakat mengandung arti suci, tumbuh dan berkah. orang yang mengeluarkan zakat, jiwanya bersih dari sifat kikir, tamak, hartanya tidak kotor lagi karena hak orang telah disisihkan dan diberikan kepada yang berhak menerimanya. Harta yang dizakati itu membawa berkah, dan tumbuh berkembang dari pengetian zakat tersebut sehinga timbul dari simuzaki bahwa zakt itu bukan sebuah perintah semata akan tetapi keharusan bagi simuzaki untuk mengeluarkannya agar harta yang dia memiliki terdapat keberkahaan dan kesucian didalamnya. Sedangkan pajak artinya hutang, pajak tanah, upeti dan sebagainya yang wajib dibayar, sehingga kesan pajak adalah beban berat yang dipaksakan walaupun hasil pajak itu di manfaatkan untuk pembangunan dan kepentingan Negara.

2. Zakat ialah ibadah yang diwajibkan kepada umat sebagai tanda bersyukur kepada Allah, dan mendekatkan diri kepada-Nya. Sedangkan pajak adalah kewajiban atas muslim ataupun non muslim yang tidak dikaitkan dengan ibadah. Berbeda dengan zakat, harus di niatkan mengeluarkan zakat itu, sedangkan pajak tidak memerlukan niat, apalagi non muslim.

3. Zakat ketentuannya dari Allah dan rasul-Nya yaitu penentuan nisab dan penyalurannya, sedangkan pajak sangan bergantung kepada kebijaksanaan penguasa (pemeritah). Orang yang dikenakan pajak belum tentu membayar zakat karena zakat ada patokan nisabnya yang berlaku, sedangkan pajak bisa dimunculkan dan mungkin dihapuskan.


(54)

44

4. Zakat adalah kewajiban yang bersifat permanen, terus menerus berjalan selama hidup dan kewajiabn mengeluarkan zakat tidak dihapuskan oleh siapapun. berbeda dengan pajak yang bisa ditambah, dikurangi dan bahkan dihapuskan sesuai dengan kepentingan negara.

5. Pos- pos penyaluran zakat sudah di jelaskan dalam Al-qur’an dan diikuti oleh amal perbuatan Rasulullah dan para sahabat. Pos- pos pengeluarannya lebih terbatas bila dibandingkan dengan pajak yang cakupannya lebih umum.

6. Wajib pajak berhubungan dengan pemerintah dan adakalanya orang menghindar dari kewajiban membayar pajak. Berbeda dengan zakat orang yang wajib zakat langsung berhubungan dengan Allah.

7. Maksud dan tujuan zakat mengadung pembinaan spiritual dan moral yang lebih tinggi dari maksud dan tujuan pajak19.

19


(55)

45

A. Zakat dalam yuridiksi pajak penghasilan

Menurut pasal 1 (2) UU No.38 Tahun 1999 tentang pengelolaan zakat, zakat didefinisikan sebagai harta yang wajib disisihkan oleh seorang muslim atau badan yang dimiliki oleh orang muslim sesuai dengan ketentuan agama untuk diberikan kepada yang berhak kapada yang berhak menerimanya.1 Zakat merupakan ibadah yang bukan hanya berdimensi vertikal yaitu hubungan antara seorang muslim dengan Allah, namun zakat juga merupakan bentuk kepedulian sosial seorang muslim. Dengan demikian, sejak keberadaan UU No.38 Tahun 1999 zakat memiliki peranan penting bagi kepedulian sosial seorang/komunitas muslim dimana didalam sebagian hartanya ada yang merupakan hak orang lain yang wajib dikeluarkan.2

Secara lebih spesifik, dalam pembukaan UU No.38 Tahun 1999 tentang pengelolaan zakat bahwa dasar-dasar pertimbangan dikeluarkannya undang-undang tersebut adalah:

1. Bahwa Negara Republik Indonesia menjamin kemerdekaaan tiap-tiap penduduk untuk beribadat menurut agamanya masing-masing;

2. Bahwa penunaian zakat merupakan kewajiban umat Islam Indonesia yang mampu dan hasil pengumpulan zakat merupakan sumber dana yang potensial untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat;

1

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 1999 Tentang Pengelolaan Zakat 2


(56)

46

3. Bahwa zakat merupakan pranata keagamaan untuk mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia dengan memperhatikan masyarakat yang kurang mampu.

4. Bahwa upaya penyempurnaan system pengelolaan zakat perlu terus ditingkatkan agar pelaksanaan zakat lebih berhasil dan berdayaguna dapat dipertanggung jawabkan.3

Beberapa pertimbangan diatas merupakan dasar dikeluarkannya UU No. 38 Tahun 1999 dengan undang-undang tersebut diharapakan pengelolaan zakat akan semakin efektif dan efisien. Hal ini dilakuakan agar kaum muslimin di Indonesia yang telah membayar zakat tidak terkena beban ganda. Di samping ia harus membayar zakat, ia juga memiliki kewajiban Negara dengan membayar pajak. Dengan ada UU No.38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan zakatupaya dapat memperkecil beban berganda yang telah ditanggung umat muslim di Indonesia. Oleh karena itu pedoman yang dikeluarkan adalah berupa pengurangan zakat dari laba/pendapatan sisa kena pajak.4

Hal tersebut memang yang diharapakan oleh pemerintah sesuai dengan bunyi pasal 14 ayat 3 undang-undang tersebut berbunyi: “zakat yang telah dibayarkan kepada badan amil zakat atau lembaga amil zakat dapat dikurangkan

3

A.Rahman Zaenudin, Berbagai pandangan tentang zakat: Implikasinya pada pemerataan, (Jakarta: paramadina, 2000), h.17

4


(57)

dari laba/pendapatan sisa kena pajak dari wajib pajak yang bersangkutan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.”5

Adapun peraturan yang mengatur masalah pajak penghasilan khususnya yang berhubungan dengan masalah zakat adalah UU No. 17 Tahun 2000 Tentang pajak penghasilan dapatdilihat dari pasal 4 ayat 3 huruf a No.1 disebutkan bahwa “ yang tidak termasuk sebagai objek pajak adalah bantuan sumbangan, termasuk zakat yang diterima oleh Badan amil zakat atau Lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintahkan dan para penerimaan zakat yang berhak”.6

Kemudian pasal 9 ayat 1 huruf g menyatakan: “untuk menentukan besarnya penghasilan kena pajak bagi wajib pajak dalam Negeri dan bentuk usaha tetap tidak boleh dikurangkan: harta yang dihibahkan, bantuan atau sumbangan dan warisan sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 ayat 3 huruf a dan b kecuali zakat atas penghasilan yang nyata-nyata dibayar oleh wajib pajak orang pribadi pemeluk agama Islam atau wajib pajak dalam Negeri yang dimiliki oleh pemeluk agama Islam kepada badan amil zakat atau lembaga amil zakat yang ditentukan atau disahkan oleh pemerintah.”

Ketentuan di atas jelas menyatakan bahwa zakat diperlukan sebagai unsur pengurang penghasilan untuk menentukan penghasilan kena pajak yang digunakan sebagai dasar pengenaan pajak. Untuk menentukan penghasilan kena

5

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 1999 Tentang Pengelolaan Zakat 6


(58)

48

pajak suatu penghasilan harus dikurangi dengan biaya-biaya sebagaimana dijelaskan dalam pasal 6 UU No.17 Tahun 2000. Sedangkan untuk menentukan angka penghasilan kena pajak yang akan dikalikan dengan tarif pajak. Suatu penghasilan juga dimungkinkan oleh undang-undang dapat dikurangi dengan pengeluaran tertentu, sebagaimana diatur dalam pasal 9 ayat 1 huruf g UU No.17 Tahun 2000.7

B. Zakat sebagai pengurang penghasilan kena pajak

Sejak tahun 1968, umat Islam Indonesia telah berjuang untuk membentuk lembaga yang berkecimpungan di bidang zakat. Keinginan tersebut dijawab dengan lahirnya undang-undang No. 38 tahun 1999 tentang pengelolaan zakat, meskipun masih juga belum memuaskan semua pihak, namun paling tidak dengan adanya undang-undang tersebut usaha untuk meningkatkan kesejateraan umat melalui jalur zakat mulai terbuka.8 Dengan adanya UU No. 38 tahun 1999 dana yang dikumpulkan berupa ZIS (zakat, infak dan sadaqoh) dapat dikelola lebih efektif dan efisien melalui lembaga khusus yang disahkan oleh pemerintah yakni Badan amil zakat (BAZ) atau lembaga amil zakat (LAZ).9

Adapun zakat yang secara sah dapat dikurangi dari penghasilan untuk menentukan besarnya penghasilan kena pajak maka wajib pajak harus melampiri bukti setoran zakat atas penghasilan yang dibayarnya pada surat pemberitahuan

7

R.Mansyuri, Pembahasan Mendalam atas Penghasilan. (Jakarta: Penerbit YP4, 2000), h.35

8

A.Rahman Zaenudin, Berbagai Pandangan tentang Zakat: Implikasinya pada pemerataan, (Jakarta: Paramadina,2000), hal.17

9


(1)

Cikarang utara 435 KPP Pratama

Cibitung

433.116 Jiwa 102 Jiwa 0,09%

Alamat Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Kab.Bekasi KODE

KANTOR

UNIT.KERJA ALAMAT NOMOR TELPON NOMOR

FAXMILI 405 KPP Madya

Bekasi

Gd.Menara pasifik Lt.5-6 Jl.MH.Yhamrin Kav.107

8800253,8800367 8802525,8822563 432 KPP Pratama

Bekasi Selatan

Jl.Cut Mutia No.125 88346418,8834644 8893550 413 KPP Pratama

Cikarang Selatan

Jl.Cikarang Baru Raya Office Park No.10 Mekar Mukti

89112105,8911210, 89112107

89112108

414 KPP Pratama Cikarang utara

Jababeka Education Park Jl.ki HAjar Dewantara Kav.7,Cikarang Baru

89113584,8911360 89113604

435 KPP Pratama Cibitung

Gd.graha Sucofindo, Jl.Arteri Tol Cibitung No.1


(2)

78 A. Kesimpulan

1. Dengan adanya Undang-undang No.17 tahun 2000 zakat dapat menjadi pengurang penghasilan kena pajak sehingga dapat mengurangi beban ganda kewajiban yang harus dibayar oleh orang Muslim.

2. Adanya undang-undang zakat sebagai pengurang pengahasilan kena pajak dinilai cukup maju namun pelaksanaannya nampaknya belum begitu maksimal mengingat beberapa kelemahan antara lain dari segi sosilisasi banyak masyarakat yang belum mengetahui adanya undang-undang tersebut khususnya masyarakat bekasi.

3. Adapun pelaksanaan administrative zakat sebagai pengurang penghasilan kena pajak adalah penghasilan bruto pribadi muslim atau lembaga muslim dikurangi zakat 2,5 % hasil netto dari pengurangan zakat dibayarkan pajak dengan membawa bukti setor zakat kepada kantor pajak.

B. Saran

1. Perlu ditingkatkannya sosialisasi zakat PKP sekaligus kebijakan bukti setor zakat (BSZ) dan NPWZ banyak yang belum mengetahui adanya Undang-undang No.17 tahun 200 oleh karena itu perlu sosialisasi kemasyarakat. 2. Perlu adanya perubahan administrative dari Undang-undang No.17 tahun


(3)

agar berubah yang awalnya zakat sebagai pengurang penghasilan kena pajak menjadi zakat sebagai pengurang pajak.

3. Perlunya dilakukan perubahan Undang-undang No.38 tahun 1999 tentang penggelolaan zakat dengan diberlakukannya sanksi bagi yang tidak membayar zakat karena dalam undang-undang N0.38 tahun 1999 hanya terdapat sanksi untuk amil saja.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Al-Asqolani, Abi Fadhil Ahmad bin ali bin Hajar, Bulughu Maram min Al-Adilatul Ahkam, Mesir: Daarul Abidin, Tahun 1998

Al-Bagho, Muhamad Musthafa Diba, Mukhtashor Shahih al-Bukhari, cet al-Yamama Univ.Damaskus Tahun 1999

Al-Husainy, Abu Bakar bin Muhamad, Kifayatul Akhyar fii-halli Ghaayatil Ikhtishaar, Semarang: Thaha Putra, 2001

Ali, M.Daud, Sistem Ekonomi Islam Zakat dan Wakaf, Jakarta: UI Press, 1988 Al-Jaziri, Abdurrahman, Kitab al-Fiqh ‘ala al-Mazhab al-Arba’ah, Beirut: Ihya

Turats al-arabi,tt

Al-Sayyid, Sabiq, Fiqh al- Sunnah, Juz I, Libanon: Daarul Fikr, 1400 H/1980

Ash-Shiddieq, Tengku M.Hasbi, Pedoman Zakat, Jakarta: PT.Pustaka Rizki Putra,1999

Ashshofa, Burhan Metode Penelitian Hukum (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), hl. 20 Asnaini, Zakat Produktif dalam Persfektif Hukum Islam, Yogyakarta : Pustaka

Pelajar, 2008

Asy-Syaukaaniy, Nailul Author, Juz VIII, Mesir: Mustahafaa Al-baby Al-Halaby Bab IV, pasal 11(2), Undang-undang No. 38/1999

BAZNAS, Implementasi Zakat Sebagai Pengurang Penghasilan Kena Pajak, makalah forum zakat

Berita Pajak, Konsep Penyetoran dan Pemungutan Zakat oleh Negara, 15 Desember 2001

Brotodiharjo, R.Santoso, Pengantar Ilmu Hukum Pajak, Bandung: Eresco N.V.,1965 Depag RI, Lahirnya UU No.38 tahun 1999 tentang zajak Penghasilan, Jakarta : 2006 Departemen Agama RI, Pedoman Zakat seri 9, Jakarta: Bagian Proyek Peningkatan


(5)

Diba, Al- Al-Bagho, Muhamad Musthafa, Mukhtashor Shahih al-Bukhari, cet al-Yamama Univ.Damaskus Tahun 1999

Djuanda, Gustian, dkk, Pelaporan Zakat Pengurang Pajak Penghasilan, Jakarta:Raja Grafindo Persada, 2006

Hasan, M. Ali, Zakat dan Infak, Jakarta: kencana, 2006

Hhtp://blogdeta.blogspotcom/2009/Dasar Hukum-Pajak.html 31 mei 2009

Idris, Sofyan, Gerakan Zakat dalam Pemberdayaan Ekonomi Umat Pendekatan Transformati, Jakarta: PT.Citra Putra bangsa,1997, cet.Ke-I

Koran Tempo, Pemerintah berlakukan Nomor Wajib Pajak., 22 Nopember 2001 Mahmud, Al-Ba’lyAbdul Al-Hamid, Ekonomi Zakat, Jakarta: PT.Grafindo Persada.

2006

Mansyuri, R., Pembahasan Mendalam atas Penghasilan. Jakarta: Penerbit YP4, 2000

Mughniyah, Muhamad Jawad, Fikih Lima Mazhab, Jakarta: Lentera, 2007

Muhammad, Zakat Profesi Wacana Pemikiran dalam Fikih Konteforer, Jakarta: salemba diniyah, cet.1

Najuddin, Masaail Fiqhiyyah, Jakarta: Kalam Mulya, 2003

Peraturan Menteri Keuangan No.254/PMK.03/2010 tentang Tata Cara Pembebanan Zakat atau Sumbangan Keagamaan yang Sifatnya Wajib dapat dikurangkan dari Penghasilan

Peraturan Pemerintah Republik Ondonesia No.60 Tahun 2010 tentang Zakat atau Sumbangan Keagamaan yang Sifatnya Wajib dapat dikurangkan dari Penghasilan

Qardawi, Yusuf, Hukum Zakat, Bogor: PT Pustaka Litera Antar Nusa,1988 Qardhowi, Yusuf, Hukum Zakat, Bogor: PT Pustaka Litera Antar Nusa, 1988 Rajid, Sualaiman, Fikih Islam, Bandung: Sinar Baru Algonsindo,1995

Redaksi PT.Ichtiar baru-van heove, Himpunan Peraturan PerUndang-undangan RI, Jakarta: PT.Intermasa, 1989


(6)

Redaksi PT.Ichtiar baru-van heove, Himpunan Peraturan PerUndang-undangan RI, Jakarta: PT.Intermasa, 1989

Saidi, Muhamad Djafar, Pembaruan Hukum Pajak, Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 2007

Sanggona, Bambang, Metode Penelitian Hukum, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2003

Shahih Bukhori, Riyadh: Daar el-Salam,2000

Shihab, M.Quraish, Tafsir Al-Misbah Volume 5, Jakarta: Lentera Hati, 2002

Soemitro, Rahmat, Dasar-dasar Hukum Pajak dan Pajak Pendapatan th 1944,seperti dalam Munawir, Perpajakan, Yogyakarta: liberty 1992

Soemitro, Rahmat, Dasar-dasar Hukum Pajak dan Pajak Pendapatan, Yogyakarta: Libert 1992

Suparmoko, M., Keuangan Negara dalam Teori dan Praktek, Yogyakarta: Badan Penerbit FE UGM,1987

Tjahjono, Ahmad dan Husaen, M.Fakhri, Perpajakan, Jakarta: UPP AMPYKPN, 2005

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 1999 Tentang Pengelolaan Zakat

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 1999 Tentang Pengelolaan Zakat

Undang-undang Republik Indonesia, Nomor 17 Tahun 2000 Tentang Pajak Penghasilan

Yafie, Ali, Menggagas Fikih Sosial dari Soal Lingkungan Hidup Asuransi Hingga Ukhuwah, Bandung: Mizan, 1995, cet.ke-3

Zaenudin, A.Rahman, Berbagai pandangan tentang zakat: Implikasinya pada pemerataan, Jakarta: paramadina, 2000


Dokumen yang terkait

Analisis komparatif antara perlakuan zakat sebagai pengurang penghasilan kena pajak dengan perlakuan zakat sebagai pengurang langsung pajak penghasilan

1 49 106

Pengaruh Undang-Undang No.38 Tahun 1999 Tentang Pengelolaan Zakat Dan Undang-Undang Pajak Penghasilan No.17 Tahun 2000 Terhadap Pelaksanaan Zakat Sebagai Pengurang Penghasilan Kena Pajak : Studi kasus pada wajib pajak di KPP Pratama Jakarta Cilandak

0 18 160

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP ZAKAT SEBAGAI PENGURANG PENGHASILAN KENA PAJAK Tinjauan Hukum Islam Terhadap Zakat Sebagai Pengurang Penghasilan Kena Pajak (Studi Kasus di Badan Amil Zakat Nasional/BAZNAS Kabupaten Karanganyar).

0 2 19

SKRIPSI Tinjauan Hukum Islam Terhadap Zakat Sebagai Pengurang Penghasilan Kena Pajak (Studi Kasus di Badan Amil Zakat Nasional/BAZNAS Kabupaten Karanganyar).

0 4 16

PENDAHULUAN Tinjauan Hukum Islam Terhadap Zakat Sebagai Pengurang Penghasilan Kena Pajak (Studi Kasus di Badan Amil Zakat Nasional/BAZNAS Kabupaten Karanganyar).

0 2 16

IMPLEMENTASI ZAKAT SEBAGAI PENGURANG PENGHASILAN KENA PAJAK DI BAZNAS KABUPATEN GRESIK.

5 12 86

PEMBENTUKAN PERATURAN PELAKSANA ZAKAT MENGURANGI PENGHASILAN KENA PAJAK DIHUBUNGKAN DENGAN UNDANG-UNDANG PAJAK PENGHASILAN

0 0 20

Oleh: Uzaifah1 Abstrak - Manajemen Zakat Pasca Kebijakan Pemerintah Tentang Zakat Sebagai Pengurang Penghasilan Kena Pajak

0 0 24

PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK PENGHASILAN BAGI PEMBAYAR ZAKAT DI BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL (BAZNAS) KABUPATEN SEMARANG PASCA BERLAKUNYA UNDANG-UNDANG NO 23 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT - Test Repository

0 0 160

Zakat Sebagai Pengurang Biaya Pembayaran Pajak Penghasilan (Studi terhadap Pelaksanaan Pasal 22 Undang-undang Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat di Kabupaten Cirebon) - IAIN Syekh Nurjati Cirebon

0 0 18