UU No.17 Tahun 2000 yang Berkaitan dengan Masalah Zakat Analisis dari Narasumber dan Hasil Wawancara

60 penarikan pajak. Dalam kontek syariah zakat sebagai guru dan pajak sebagai murid atau pendukung. Posisi zakat di masa yang akan datang harus lebih kokoh diatas semangat taqwa dan dalam dukungan legal. Dengan diberlakukan undang-undang ini juga, diharapkan komunitas muslimin sedikit terkurangi beban ganda yang ditanggungnya selamai ini, yaitu selain membayar zakat komunitas muslim masih harus membayar zakat. Selain itu, diharapakan juga undang-undang ini akan berefek samping yang positif yaitu meningkatkan kesadaran membayar pajak karena terpacu telah membayar zakat

b. UU No.17 Tahun 2000 yang Berkaitan dengan Masalah Zakat

UU NO.17 Tahun 2000 tentang perubahan ketiga atas UU No.7 Tahun 1983 tentang pajak penghasilan juga mengatur tentang masalah zakat. Hal ini dapat kita kihat di pasal 4 dan pasal 9 undang-undang tersebut. Dalam pasal 4 dan 3 huruf a No.1 disebutkan bahwa”yang tidak termasuk sebagai objek pajak adalah bantuan sumbangan, termasuk zakat yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah dan para penerima zakat yang berhak,” yang diperkuat oleh peraturan Menteri Keuangan No.254PMK.032010 Pasal 1 ayat 1 yang berbunyi “sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib bagi wajib pajak orang pribadi pemeluk agama selain agama Islam oleh wajib pajak dalam Negeri yang dimiliki oleh pemeluk agama selain agama Islam yang diakui di Indosesia yang dibayarkan kepada lembaga keagamaan yang dibentuk dan disahkan oleh pemerintah.” Pasal ini dengan jelas menyatakan bahwa zakat 61 yang dibayarkan bukan merupakan objek pajak, sehingga tidak dipungut pajaknya. Kemudian pasal 9 ayat 1 huruf g menyatakan: “untuk menentukan besarnya penghasilan kena pajak bagi wajib pajak dalam negeri dan bentuk usaha tetap tidak boleh dikurangkan: harta yang dihibahkan, bantuan atau sumbangan dan warisan sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 ayat 3 huruf a dan b kecuali zakat atas penghasilan yang nyata-nyata dibayar oleh wajib pajak orang pribadi pemeluk agama Islam atau wajib pajak dalam negeri yang dimiliki oleh pemeluk agama Islam kepada badan amil zakat atau lembaga amil zakat yang ditentukan atau disahkan oleh pemerintah. ketentuan di atas secara jelas menyatakan bahwa zakat diperlakukan sebagai unsur pengurang penghasilan untuk menetukan penghasilan kena pajak yang akan digunakan sebagai dasar pengenaan pajak.

c. Analisis dari Narasumber dan Hasil Wawancara

Pada dasarnya zakat merupakan institusi yang bersumber dari syariat Islam. Sedangkan pajak merupakan institusi yang bersumber dari teori dan praktek dalam pengelolaan Negara. Dalam Negara yang tidak berideologi pada agama Islam,biasanya institusi pajak lebih mapan berdasarkan undang- undang. karena Indonesia bukan Negara Islam institusional lembaga pajak penghasilan jauh lebih maju dibandingkan dengan zakat penghasilan. Dengan telah ditetapkannya UU No.38 tahun 1999 tentang pengelolaan zakat maka kini kedua institusi tersebut telah berdiri relative sejajar sebagai lembaga yang 62 dikelola oleh Negara. Namun, karena peraturan tersebut masih baru maka pemberdayaan dan pengelolaan institusi zakat oleh Negara masih memerlukan reposisi yang membutuhkan waktu. Dalam menentukan apakah zakat dapat dikurangkan terhadap penghasilan kena pajak itu tergantung pada system yang dianut oleh suatu Negara yang ditetapkan dalam peraturan yang telah ada. Sedangkan di Indonesia dengan telah diterbitkannya UU no.38 tahun 1999 tentang pengelolaan zakat penghasilan sebagai instrument penggalangan dana publik bagi keperluan Negara disamping instrument pajak penghasilan yang telah ada lebih dahulu. Sebagai sebuah proses atas reposisi institusi zakat penghasilan dimasa- masa mendatang, maka keberadaan kedua undang-undang tersebut sudah memadai. Disatu sisi kadang-kadang zakat penghasilan yang sebelumnya dilakukan oleh individu-individu masyarakat menuju pengelolaan yang lebih professional dibawah instirusi Negara melalui lembaga pemerintah. Disisi lain undang-undang pajak penghasilan mencoba untuk mengakomodasi undang- undang pengelolaan zakat kedalam pasal-pasal yang ada dalam undang- undang pajak penghasilan.contoh peraturan yang menyatakan bahwa zakat penghasilan dapat dikurangkan dari penghasilan kena pajak salam pasal 14 3 Undang-undang pengelolaan zakatdi tamping dalam Undang-undan pajak penghasilan pasal 9 ayat 1 g yang menyatakan bahwa zakat penghasilan dapat dikurangkan dari penghasilan kena pajak dengna catatan zakat tersebut 63 merupakan zakat yang benar-benar dibayarkan kepada Badan amil zakat atau Lembaga amil zakat yang ditunjuk oleh pemerintah. Dalam hal ini, pasal 4 ayat 3 a 1,UU No.17 tahun 2000 kerap menjadi kontraversi karena prinsip”deductible-texable”boleh dikurang-tidak boleh dikurang sering digenelasiri pemakaiannya. Contohnya batuan , sumbangan atau hibah yang diberikan kepada para pihak yang satu derajat garis lurus kebawah anak bukan merupakan objek pajak sehingga tidak dapat dikurangkan dari penghasilan kena pajak. Alasan zakat penghasilan dapat dikurangkan dari penghasilan kena pajak sementara hibah, bantuan atau sumbangan tidak, asumsinya adalah bahwa pemerintah tidak ikut campur dalam aktivitas hibah, bantuan dan sumbangan. Sedangkan dalam zakat pemerintah ikut berpartisipasi dengna memberi inisiatif sejumlah maksimal 30 tarif PPn dalam pembayaran zakat yang dikeluarkan oleh wajib pajak. Alasan lain tentang diperkenankannnya zakat penghasilan sebagai pengurang penghasilan kena pajak sebagai diamanatkan dalam Undang- undang pajak penghasilan pasal 9 ayat 1 g dimaksudkan untuk mengakomodasi dari pasal 14 Undang-undang No.38 Tahun 1999 yang telah yang diperkuat dengan Peraturan pemerintah No.60 Tahun 2010 pasal 1 b dan Peraturan Menteri Keuangan No.254PMK.032010 pasal 1 ayat 1dan 2 lebih yang menyebutkan bahwa zakat penghasilan dapat dikurangkan dari penghasilan kena pajak dengan catatan wajib zakat tersebut memiliki Nomor Pokok Wajib pajak NPWP dan Nomor Wajib Pokok Zakat NPWZ. 64

F. Penemuan dan Pembahasan

Dokumen yang terkait

Analisis komparatif antara perlakuan zakat sebagai pengurang penghasilan kena pajak dengan perlakuan zakat sebagai pengurang langsung pajak penghasilan

1 49 106

Pengaruh Undang-Undang No.38 Tahun 1999 Tentang Pengelolaan Zakat Dan Undang-Undang Pajak Penghasilan No.17 Tahun 2000 Terhadap Pelaksanaan Zakat Sebagai Pengurang Penghasilan Kena Pajak : Studi kasus pada wajib pajak di KPP Pratama Jakarta Cilandak

0 18 160

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP ZAKAT SEBAGAI PENGURANG PENGHASILAN KENA PAJAK Tinjauan Hukum Islam Terhadap Zakat Sebagai Pengurang Penghasilan Kena Pajak (Studi Kasus di Badan Amil Zakat Nasional/BAZNAS Kabupaten Karanganyar).

0 2 19

SKRIPSI Tinjauan Hukum Islam Terhadap Zakat Sebagai Pengurang Penghasilan Kena Pajak (Studi Kasus di Badan Amil Zakat Nasional/BAZNAS Kabupaten Karanganyar).

0 4 16

PENDAHULUAN Tinjauan Hukum Islam Terhadap Zakat Sebagai Pengurang Penghasilan Kena Pajak (Studi Kasus di Badan Amil Zakat Nasional/BAZNAS Kabupaten Karanganyar).

0 2 16

IMPLEMENTASI ZAKAT SEBAGAI PENGURANG PENGHASILAN KENA PAJAK DI BAZNAS KABUPATEN GRESIK.

5 12 86

PEMBENTUKAN PERATURAN PELAKSANA ZAKAT MENGURANGI PENGHASILAN KENA PAJAK DIHUBUNGKAN DENGAN UNDANG-UNDANG PAJAK PENGHASILAN

0 0 20

Oleh: Uzaifah1 Abstrak - Manajemen Zakat Pasca Kebijakan Pemerintah Tentang Zakat Sebagai Pengurang Penghasilan Kena Pajak

0 0 24

PELAKSANAAN PENGURANGAN PAJAK PENGHASILAN BAGI PEMBAYAR ZAKAT DI BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL (BAZNAS) KABUPATEN SEMARANG PASCA BERLAKUNYA UNDANG-UNDANG NO 23 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT - Test Repository

0 0 160

Zakat Sebagai Pengurang Biaya Pembayaran Pajak Penghasilan (Studi terhadap Pelaksanaan Pasal 22 Undang-undang Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat di Kabupaten Cirebon) - IAIN Syekh Nurjati Cirebon

0 0 18