48
pajak suatu penghasilan harus dikurangi dengan biaya-biaya sebagaimana dijelaskan dalam pasal 6 UU No.17 Tahun 2000. Sedangkan untuk menentukan
angka penghasilan kena pajak yang akan dikalikan dengan tarif pajak. Suatu penghasilan juga dimungkinkan oleh undang-undang dapat dikurangi dengan
pengeluaran tertentu, sebagaimana diatur dalam pasal 9 ayat 1 huruf g UU No.17 Tahun 2000.
7
B. Zakat sebagai pengurang penghasilan kena pajak
Sejak tahun 1968, umat Islam Indonesia telah berjuang untuk membentuk lembaga yang berkecimpungan di bidang zakat. Keinginan tersebut dijawab
dengan lahirnya undang-undang No. 38 tahun 1999 tentang pengelolaan zakat, meskipun masih juga belum memuaskan semua pihak, namun paling tidak dengan
adanya undang-undang tersebut usaha untuk meningkatkan kesejateraan umat melalui jalur zakat mulai terbuka.
8
Dengan adanya UU No. 38 tahun 1999 dana yang dikumpulkan berupa ZIS zakat, infak dan sadaqoh dapat dikelola lebih
efektif dan efisien melalui lembaga khusus yang disahkan oleh pemerintah yakni Badan amil zakat BAZ atau lembaga amil zakat LAZ.
9
Adapun zakat yang secara sah dapat dikurangi dari penghasilan untuk menentukan besarnya penghasilan kena pajak maka wajib pajak harus melampiri
bukti setoran zakat atas penghasilan yang dibayarnya pada surat pemberitahuan
7
R.Mansyuri, Pembahasan Mendalam atas Penghasilan. Jakarta: Penerbit YP4, 2000, h.35
8
A.Rahman Zaenudin, Berbagai Pandangan tentang Zakat: Implikasinya pada pemerataan, Jakarta: Paramadina,2000, hal.17
9
Tengku M.Hasbi ash-Shiddieq, Pedoman Zakat, Jakarta: PT.Pustaka Rizki Putra,1999, h.19
49
pajak. Hak ini sesuai dengan keputusan Dirjen Pajak No.KEP-214PJ2001 Tanggal 15 Maret 2001. Adapun ketentuan lengkap pasal 3 No.39 Keputusan
Dirjen Pajak No. KEP-214PJ2001 adalah sebagai berikut: “keterangan atau dokumen lain yang harus dilampirkan pada surat pemberitahuan pajak
penghasilan wajib pajak pribadi yang menyelenggarakan pembukuan adalah bukti setoran zakat atas penghasilan yang dibayar oleh wajib pajak orang pribadi
pemeluk agama Islam kepada badan amil zakat atau lembaga zakat yang dibentuk dan disahkan oleh pemerintah.”
Dengan adanya peraturan-peraturan diatas merupakan momentum baru dalam system pengelolaan zakat di Negara kita sekaligus momentum yang tepat
untuk meningkatkan penerimaan zakat untuk mengangkat kualitas perekonomian umat Islam di Nergeri ini yang konon kurang lebih 90 penduduknya beragama
Islam. Momentum ini semakin kuat ketika pemerintah akan memberlakukan Nomor Pokok Wajib Zakat NPWZ mulai Januari 2001. Hal tersebut ditegaskan
oleh Menteri agama, Sayyid Agil Husain Al-Munawar yang dimuat di harian Koran Tempo sebagai berikut: “mulai januari 2002 mendatang, pemerintah akan
memberlakukan Nomor Pokok Wajib Zakat bagi umat Islam. Pembayaran zakat yang memiliki NPWZ itu akan mendapat potongan pajak penghasilan sebesar
2,5 dari nilai pajak yang harus dibayarkan.
10
. Dengan demikan, seorang wajib pajak yang memiliki kewajiban zakat akan memiliki dua nomor identitas
10
Koran Tempo, Pemerintah berlakukan Nomor Wajib Pajak., 22 Nopember 2001
50
sekaligus yaitu NPWP dan NPWZ yang menurut kasubdit pemeriksaan II KPDJP, keduanya dikaitkan satu sama lain atau disatukan sekaligus.
11
Wacana ini diperkuat oleh peraturan pemerintah yang baru-baru ini dikeluarkan yaitu Peraturan Pemerintah No. 60 Tahun 2010 pasal 1 b yaitu
“sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib bagi wajib pajak orang pribadi pemeluk agama selain agama Islam oleh wajib pajak dalam Negeri yang dimiliki
oleh pemeluk agama selain agama Islam yang diakui di Indosesia yang dibayarkan kepada lembaga keagamaan yang dibentuk dan disahkan oleh
pemerintah.” Adapun hal yang menjelaskan tentang persyaratan adanya bukti setoran zakat sebagai pengurang penghasilan kena pajak ditegaskan dalam pasal 2
yang berbunyi “apabila pengeluaran untuk zakat atau sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib tidak dibayarkan kepada badan amil zakat atau lembaga zakat
keagamaan sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 1 maka pengeluaran tersebut tidak dapat dikurangkan dari penghasilan bruto”.
12
Peraturan Menteri Keuangan No.254PMK.032010 Pasal 1 ayat 1 juga menjelaskan tentang zakat dapat dikurangkan sebagai pengurang penghasilan
kena pajak yang berbunyi “sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib bagi wajib pajak orang pribadi pemeluk agama selain agama Islam oleh wajib pajak dalam
Negeri yang dimiliki oleh pemeluk agama selain agama Islam yang diakui di
11
Berita Pajak, Konsep Penyetoran dan Pemungutan Zakat oleh Negara, 15 Desember 2001
12
Peraturan Pemerintah Republik Ondonesia No.60 Tahun 2010 tentang Zakat atau Sumbangan Keagamaan yang Sifatnya Wajib dapat dikurangkan dari Penghasilan
51
Indosesia yang dibayarkan kepada lembaga keagamaan yang dibentuk dan disahkan oleh pemerintah”. Sedangkan hal yang menjelaskan tentang persyaratan
adanya bukti setoran zakat sebagai pengurang penghasilan kena pajak ditegaskan dalam pasal 4 ayat 1 dan 2 yang berbunyi “apabila pengeluaran untuk zakat atau
sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib tidak dibayarkan kepada badan amil zakat atau lembaga zakat keagamaan sebagaiman yang dimaksud dalam pasal 1
ayat 1 maka pengeluaran tersebut tidak dapat dikurangkan dari penghasilan bruto.”
13
Adapun Mekanisme zakat sebagai pengurang penghasilan kena pajak PKP adalah
14
: 1.
Zakat sebagai pengurang penghasilan kena pajak PKP hanya berlaku bagi muzakki yang mempunyai Nomor Pokok Wajib Pajak NPWP
2. Zakat yang dibayarkan kepada badan amil zakat atau lembaga zakat akan
mendapatkan bukti setor zakat.dan bukti setor zakat akan diperoleh setelah muzakki mempunyai Nomor Pokok Wajib Zakat NPWZ
3. Apabila muzakki ingin zakat yang dibayarkan mengurangi PKP,maka:
- Pada SPT Tahunan kolom 6 dituliskan jumlah zakat yang dibayarkan ke
BAZ dan LAZ -
Bukti setoran zakat lembar 1 disertakan sebagai lampiran SPT Tahunan
13
Peraturan Menteri Keuangan No.254PMK.032010 tentang Tata Cara Pembebanan Zakat atau Sumbangan Keagamaan yang Sifatnya Wajib dapat dikurangkan dari Penghasilan
14
BAZNAS, Implementasi Zakat Sebagai Pengurang Penghasilan Kena Pajak, makalah forum zakat, hal.4
52
- Apabila ada kelebihan bayar pada SPT tahunan akibat pembayaran zakat
maka zakat yang telah dibayar akan dikembalikan kepada wajib pajak C.
Perhitungan zakat sebagai pengurang penghasilan kena pajak
Sebelum kita membahas tentang perhitungan zakat sebagai pengurang penghasilan kena pajak kita harus mengetahui dahulu bagaimana perhitungan
penghasilan kena pajak dan penghasilan tidak kena pajak itu sendiri adapun ketentuan dan perhitungannya sudah diatur dalam undang-undang perpajakan
No.17 tahun 2000 pasal 17 yaitu:
15
1. Pajak penghasilan orang pribadi
PKP s.d Rp.25.000.000 tarif pajak 5
Rp.25.000.000 s.d Rp.50.000.000 tarif pajak 10
Rp.50.000.000 s.d Rp.100.000.000 tarif pajak 15
Rp.100.000.000 s.d Rp.200.000.000 tarif pajak 25
Di atas Rp.200.000.000 tarif pajak 35
2. Pajak penghasilan badan
PKP s.d Rp.50.000.000 tarif pajak 10
Rp.50.000.000 s.d Rp.100.000.000 tarif pajak 15
Di atas Rp.100.000.000 tarif pajak 30
Untuk menghitung penghasilan kena pajak PKP bagi wajib pajak orang pribadi penghasilan nettonya dikurangi dengan penghasilan tidak kena pajak
15
Gustian Djuanda,dkk, Pelaporan Zakat Pengurang Pajak Penghasilan, Jakarta:Raja Grafindo Persada, 2006,h.107
53
PTKP. Besarnya PTKP bagi wajib pajak orang pribadi berdasarkan status wajib pajak yang bersangkutan. Sedangkan status wajib pajak ditentukan menurut
keadaan pada awal tahun pajak atau awal bagian tahun pajak.
16
Untuk memperjelas ciri-ciri bahwa pajak penghasilan orang pribadi adalah merupakan pajak subjektif personal yang diatur dalam pasal 7 Undang-undang
PPh pajak penghasilan memberikan keringanan berupa penghasilan tidak kena pajak PTKP yang dihubungkan dengan keadaan pribadi wajib pajak keluarga
dan tanggungan status wajib pajak terdiri dari:
17
1. Tidak kawin TK beserta tanggungannya misalnya,TK1:tidak kawin dengan
satu tanggungan,TK2,TK3,dan TK0 2.
Kawin beserta tanggungannya misalnya kawin tanpa tanggungan K0, kawin dengan satu tanggungan K1,K2,K3. Wajib pajak dengan status seperti
ini berarti wajib pajak WP kawin, istrinya tidak mempunyai penghasilan atau istrinya mempunyai penghasilan tetapi tidak perlu digabung dengan
penghasilan suaminya di SPT PPh orang pribadi. 3.
Kawin, istri punya penghasilan dan digabungkan dengan penghasilan suaminya, serta jumlah tanggunannya, disingkat Ki…misalnya:KiO artinya
WP kawin,istrinya punya penghasilan dan digabungkan dengan penghasilan suaminya di SPT dan tanpa tanggungan.
4. PH:status wajib pajak WP adalah melakukan perjanjian tertulis untuk pisah
harta dan penghasilan.
16
Ibid.,hal.109-110
17
Gustian Djuanda,dkk, Pelaporan Zakat Pengurang Pajak Penghasilan, Jakarta:Raja Grafindo Persada,2006, h.110
54
Yang boleh menjadi tanggungan adalah anggota keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus yang menjadi tanggungan sepenuhnya seperti orang tua
lurus keatas dan anak lurus kebawah, dan keluarga semenda dalam garis lurus yang menjadi tanggungan sepenuhnya seperti mertua, serta anak angkat. yang
boleh menjadi tanggungan paling banyak adalah 3 tiga orang. Yang dimaksud menjadi tanggungan sepenuhnya adalah anggota keluarga yang tidak mempunyai
penghasilan dan seluruh biaya hidupnya ditanggung oleh wajib pajak.
18
Besarnya penghasilan tidak kena pajak yang boleh dikurangkan terhadap penghasilan bruto wajib pajak pribadi berdasarkan pasal 7 UU Nomor 17
tahun 2000 berlaku sampai dengan tahun pajak 2004. kemudian mulai tanggal 1 januari 2005 berlaku ketentuan PTKP baru berdasarkan peraturan menteri
keuangan RI Nomor: 564KMK.032004 tentang penyesuaian besarnya penghasilan tidak kena pajak.besarnya penghasilan tidak kena pajak PTKP
berdasarkan pasal 1 menteri keuangan Nomor: 564KMk.032004 adalah sebagai berikut:
19
1. Untuk diri wajib pajak PTKP sebesar Rp.12.000.000
2. Tambahan untuk wajib kawin PTKP sebesar 1.200.000
3. Tambahan untuk seorang istri yang penghasilannya digabung dengan
penghasilan suami PTKP sebesar 12.000.000
18
Ahmad Tjahjono dan M.Fakhri Husaein, Perpajakan, Yogyakarta : UPPAMPYKPN, 2005, h.130
19
Ahmad Tjahjono dan M.Fakhri Husaein, Perpajakan, Yogyakarta : UPPAMPYKPN, 2005, h.131
55
4. Tambahan untuk setiap anggota keluarga sedarah dan keluarga semenda
dalam garis keturunan lurus serta anak angkat yang menjadi tanggungan sepenuhnya, paling banyak 3 orang untuk setiap keluarga.
Untuk mendapatkan gambaran perhitungan zakat sebagai pengurang penghasilan kena pajak berikut ini contoh perhitungannya yaitu:
Contoh 1: wajib pajak orang pribadi: Saudara D adalah pekerja dengan gaji Rp.2.000.000,- per bulan. ia
mempunya istri dan 3 orang anak. Cara menghitungnya adalah: Penghasilan bruto 12x Rp.2.000.000,-
Rp.24.000.000,- Biaya jabatan 5 x 24.000.000,-
Rp.1.200.000.- Penghasilan netto sebelum zakat
Rp.22.800.000,- Zakat yang harus dibayar 2,5 x 22.800.000.-
Rp.570.000.- Penghasilan netto setelah zakat
Rp.22.230.000.- PTKP K3:
1. Wajib pajak
: Rp.12.000.000,- 2.
Tambahan untuk wajib pajak kawin : Rp.1.200.000,-
3. Tambahan untuk setiap anggota keluarga 3 x Rp.1.200.000 : Rp.3.600.000,-
Rp.16.800.000,- Penghasilan netto – PTKP K3
Rp.22.230.000,- Rp.16.800.000,-
Rp.5.430.000,- PPh terutang 5 x Rp.5.430.000
Rp.271.500,-
56
Contoh 2 : wajib pajak badan yang dimiliki pemeluk agama Islam: Kondisi PT W adalah prusahaan dagang dengan penjualan tahun 2010
sebesar Rp.80.000.000.- harga pokok penjualan Rp.50.000.000 biaya umum dan administrasinya Rp.15.000.000,-
Penghitungan: Penghasilan bruto
Rp.80.000.000,- Harga pokok penjualan
Rp.50.000.000,- Laba bruto usaha
Rp.30.000.000,- Biaya umum dan adminitrasi
Rp.15.000.000,- Penghasilan netto sebelum zakat
Rp.15.000.000,- Zakat yang harus dibayar 2,5 x Rp.15.000.000
Rp.375.000,- Penghasilan netto setelah zakat
Rp.14.625.000,- PTKPTK0
Rp.12.000.000,- Penghasilan kena pajak
Rp.2.625.000,- PPh terutang 10 x 2.625.000,-
Rp.262.500,- Contoh 3 wajib pajak badan yang mempunyai tanggungan: Kondisi sdr.Y
mempunyai toko dagang dengan penjualan tahun 2010 sebesar Rp.70.000.000,- harga
pokok penjualan
Rp.30.000.000,- biaya
umum administrasi
Rp.10.000.000,- sdr Y mempunyai istri dan 3 orang anak. Perhitungan :
Penghasilan bruto Rp.70.000.000,-
Harga pokok penjualan Rp.30.000.000,-
57
Biaya umum administrasi Rp.10.000.000,-
Laba bruto usaha Rp.30.000.000,-
Penghasilan netto sebelum zakat Rp.30.000.000,-
Zakat yang harus dibayar 2,5 x 30.000.000,- Rp.750.000,-
Penghasilan netto setelah zakat Rp.29.250.000,-
PTKPK3 Rp.16.800.000,-
Penghasilan kena pajak Rp.12.450.000,-
PPh terutang 5 x 12.450.000 Rp. 622.500,-
D. Analisis Zakat sebagai Pengurang Penghasilan Kena Pajak