41
diterima lebih rendah dari pada biaya pengurusan pajak tersebut. Oleh karena itu, sistem pemungutan pajak harus sederhana dan mudah untuk dilaksanakan.
Dengan demikian, wajib pajak tidak akan mengalami kesulitan dalam pembayaran pajak baik dari segi penghitungan maupun dari segi waktu.
5. Sistem pemungutan pajak harus sederhana
Bagaimana pajak dipungut akan sangat menentukan keberhasilan dalam pungutan pajak. Sistem yang
sederhana akan memudahkan wajib pajak dalam menghitung beban pajak yang harus dibiayai sehingga akan memberikan dapat positif bagi para wajib
pajak untuk meningkatkan kesadaran dalam pembayaran pajak. Sebaliknya, jika sistem pemungutan pajak rumit, orang akan semakin enggan membayar
pajak
16
F. Perbandingan Antara Zakat Dan Pajak
Dari uraian sebelumnya telah dijelaskan mengenai pengertian pajak dan zakat maka diantara kedua terdapat pesamaan dan perbedaan keduanya, Adapun
persamaan antara zakat dan pajak adalah:
1. Unsur paksaan dan kewajiban yang merupakan cara untuk menghasilkan
pajak, juga terdapat dalam zakat yang harus dibayar tiap tahunnya.
17
Bila sorang muslim terlambat membayar zakat, karena keimanan dan
keislamannnya belum kuat, disini pemerintah Islam akan memaksanya,
16
R.Santoso Brotodiharjo,Pengantar Ilmu Hukum Pajak, Bandung: Eresco N.V.,1965, hal.28
17
Najuddin, Masaail Fiqhiyyah, Jakarta: Kalam Mulya, 2003, H.175
42
bahkan memeranggi mereka yang enggan membayar zakat, bila mereka punya kekuatan.
2. Bila pajak harus disetorkan kepada lembaga masyarakat atau Negara, pusat
maupun daerah, maka zakat pun demikian, karena pada dasarnya zakat itu harus diserahkan kepada pemerintah sebagai badan yang disebut dalam Al-
qur’an yaitu amil zakat. 3.
Diantara ketentuan pajak ialah tidak adanya imbalan tertentu. Pada wajib pajak menyerahkan pajaknya selaku anggota masyarakat. Ia hanya
memperoleh berbagai fasilitas untuk dapat melangsungkan kegiatan usahanya. Demikia halnya dalam zakat. Pezakat tidak memperoleh suatu imbalan. Ia
membayar zakat selaku masyarakat Islam. Dia hanya memperoleh perlindungan, penjagaan dan solidaritas dari masyarakat. Ia wajib
memberikan haertanya untuk menolong warga masyarakat dan membantu mereka dalam menangulanggi kemiskinan, kelemahan dan penderitaan hidup
dan demi tegaknya kalimat Allah dan kebenaran di muka bumi tanda mendapat prestasi kembali atas pembayaran zakatnya.
4. Apabila pajak pada zaman moderen mempunyai tujuan kemasyarakatan,
ekonomi dan politik di samping tujuan keuangan, maka zakat itu mempunyai tujuan yang lebih jauh dan jangkawan yang lebih luas dan sangat besar
pengaruhnya terhadap kehidupan pribadi dan masyarakat
18
.
18
Yusuf Qardawi, Hukum Zakat, Jakarta: Lentera, 1991 , h.999-1000
43
Adapun beberapa perbedaan antara zakat dan pajak adalah: 1.
Zakat mengandung arti suci, tumbuh dan berkah. orang yang mengeluarkan zakat, jiwanya bersih dari sifat kikir, tamak, hartanya tidak kotor lagi karena
hak orang telah disisihkan dan diberikan kepada yang berhak menerimanya. Harta yang dizakati itu membawa berkah, dan tumbuh berkembang dari
pengetian zakat tersebut sehinga timbul dari simuzaki bahwa zakt itu bukan sebuah perintah semata akan tetapi keharusan bagi simuzaki untuk
mengeluarkannya agar harta yang dia memiliki terdapat keberkahaan dan kesucian didalamnya. Sedangkan pajak artinya hutang, pajak tanah, upeti dan
sebagainya yang wajib dibayar, sehingga kesan pajak adalah beban berat yang dipaksakan walaupun hasil pajak itu di manfaatkan untuk pembangunan dan
kepentingan Negara. 2.
Zakat ialah ibadah yang diwajibkan kepada umat sebagai tanda bersyukur kepada Allah, dan mendekatkan diri kepada-Nya. Sedangkan pajak adalah
kewajiban atas muslim ataupun non muslim yang tidak dikaitkan dengan ibadah. Berbeda dengan zakat, harus di niatkan mengeluarkan zakat itu,
sedangkan pajak tidak memerlukan niat, apalagi non muslim. 3.
Zakat ketentuannya dari Allah dan rasul-Nya yaitu penentuan nisab dan penyalurannya, sedangkan pajak sangan bergantung kepada kebijaksanaan
penguasa pemeritah. Orang yang dikenakan pajak belum tentu membayar zakat karena zakat ada patokan nisabnya yang berlaku, sedangkan pajak bisa
dimunculkan dan mungkin dihapuskan.
44
4. Zakat adalah kewajiban yang bersifat permanen, terus menerus berjalan
selama hidup dan kewajiabn mengeluarkan zakat tidak dihapuskan oleh siapapun. berbeda dengan pajak yang bisa ditambah, dikurangi dan bahkan
dihapuskan sesuai dengan kepentingan negara. 5.
Pos- pos penyaluran zakat sudah di jelaskan dalam Al-qur’an dan diikuti oleh amal perbuatan Rasulullah dan para sahabat. Pos- pos pengeluarannya lebih
terbatas bila dibandingkan dengan pajak yang cakupannya lebih umum. 6.
Wajib pajak berhubungan dengan pemerintah dan adakalanya orang menghindar dari kewajiban membayar pajak. Berbeda dengan zakat orang
yang wajib zakat langsung berhubungan dengan Allah. 7.
Maksud dan tujuan zakat mengadung pembinaan spiritual dan moral yang lebih tinggi dari maksud dan tujuan pajak
19
.
19
M.Ali Hasan, Masail Fiqhiyah ,Jakarta:PT Raja Grafindo Persada, 2003, h.63
45
BAB IV ZAKAT SEBAGAI PENGURANG PENGHASILAN KENA PAJAK
A. Zakat dalam yuridiksi pajak penghasilan
Menurut pasal 1 2 UU No.38 Tahun 1999 tentang pengelolaan zakat, zakat didefinisikan sebagai harta yang wajib disisihkan oleh seorang muslim atau
badan yang dimiliki oleh orang muslim sesuai dengan ketentuan agama untuk diberikan kepada yang berhak kapada yang berhak menerimanya.
1
Zakat merupakan ibadah yang bukan hanya berdimensi vertikal yaitu hubungan antara
seorang muslim dengan Allah, namun zakat juga merupakan bentuk kepedulian sosial seorang muslim. Dengan demikian, sejak keberadaan UU No.38 Tahun
1999 zakat memiliki peranan penting bagi kepedulian sosial seorangkomunitas muslim dimana didalam sebagian hartanya ada yang merupakan hak orang lain
yang wajib dikeluarkan.
2
Secara lebih spesifik, dalam pembukaan UU No.38 Tahun 1999 tentang pengelolaan zakat bahwa dasar-dasar pertimbangan dikeluarkannya undang-
undang tersebut adalah: 1.
Bahwa Negara Republik Indonesia menjamin kemerdekaaan tiap-tiap penduduk untuk beribadat menurut agamanya masing-masing;
2. Bahwa penunaian zakat merupakan kewajiban umat Islam Indonesia yang
mampu dan hasil pengumpulan zakat merupakan sumber dana yang potensial untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat;
1
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 1999 Tentang Pengelolaan Zakat
2
Yusuf Qardhowi, Hukum Zakat, Bogor: PT Pustaka Litera Antar Nusa, 1988, h.1112