Objek dan Tema Interpretasi

yang potensial untuk dijadikan sebagai objek wisata birdwatching di PKT KRB yang dapat dijadikan sebagai media untuk menyampaikan materi interpretasi. Diorama dapat ditempatkan pada pusat informasi untuk menarik pengunjung agar pengunjung memiliki rasa keingintahuan mengenai keberadaan burung yang ada di PKT KRB.

4.5.6 Teknik dan Rencana Kegiatan Interpretasi Wisata

Birdwatching Untuk menyampaikan pesan-pesan yang berupa materi interpretasi wisata birdwatching di PKT KRB kepada pengunjung, diperlukan teknik interpretasi. Teknik interpretasi yang digunakan merujuk pada Sharpe 1982, yaitu teknik secara langsung attended service dan tidak langsung unattended service . Penyampaian materi dengan menggunakan teknik interpretasi secara langsung dilakukan secara langsung oleh seorang interpreterguide yang ditunjuk oleh pihak pengelola PKT KRB dan telah mendapatkan pelatihan khusus. Untuk teknik secara tidak langsung dilakukan tanpa seorang interpreterguide , namun penyampaian materi dilakukan dengan menggunakan alat bantu berupa media- media interpretasi. Teknik secara langsung Kegiatan wisata birdwatching dengan teknik interpretasi secara langsung melibatkan langsung antara interpreter dan pengunjung dengan burung-burung yang ada di PKT KRB sebagai objek interpretasi, sehingga pengunjung dapat langsung melihat dan mendengar suara burung-burung tersebut. Peran seorang interpreter sangatlah besar untuk dapat memberikan pemaparan yang menarik mengenai burung-burung tersebut. Dalam pelaksanaannya pengunjung akan memperoleh informasi awal mengenai objek-objek interpretasi yang akan di paparkan, kemudian penjelasan mengenai rencana kegiatan untuk pelaksanaan program interpretasi, sehingga pengunjung sudah mengetahui program yang dipilih dan garis besar rencana kegiatan wisata birdwatching di PKT KRB, serta mendapatkan pemaparan-pemaparan mengenai objek-objek interpretasi yang dilakukan oleh interpreter pada saat pelaksanaan program interpretasi. Kegiatan yang dilakukan berupa perjalanan eksplorasi burung dan diskusi di lokasi pengamatan dengan seorang interpreter . Teknik secara tidak langsung Kegiatan wisata birdwatching dengan teknik interpretasi secara tidak langsung dilaksanakan dengan menggunakan alat bantu berupa media interpretasi seperti papan interpretasi, diorama burung, dan booklet dalam memperkenalkan burung-burung yang ada di PKT KRB sebagai objek interpretasi. Program interpretasi dengan teknik secara tidak langsung ini harus menarik dan mewakili keseluruhan objek interpretasi. Karena, sebelum mengikuti suatu program wisata biasanya pengunjung ingin melihat dulu keseluruhan potensi yang ada di suatu tempat wisata, baru setelah itu pengunjung akan memilih program interpretasi yang ditawarkan. Rencana kegiatan interpretasi wisata birdwatching di PKT KRB mentikberatkan pada potensi burung yang dapat dikembangkan di PKT KRB. Rencana kegiatan ini dikelompokan menjadi dua rencana, yaitu rencana untuk kelompok pelajar Sekolah Dasar SD dan umum. Rencana kegiatan untuk pelajar SD dan umum memiliki kesamaan, namun dibedakan dari isi materi dan tata cara penyampaiannya. Tahapan rencana kegiatan interpretasi wisata birdwatching di PKT KRB untuk pelajar SD terdiri dari: 1 Tahap pengenalan awal interpretasi wisata birdwatching Tahap pengenalan awal dimulai dari perkenalan dengan interpreter , pengenalan apa itu wisata birdwatching , pengenalan alat-alat yang dipergunakan untuk wisata birdwatching , penjelasan mengenai tata cara dan peraturan-peraturan dalam mengikuti kegiatan wisata birdwatching , pengenalan potensi burung yang dapat ditemukan di PKT KRB. 2 Tahap eksplorasi penelusuran jalur interpretasi wisata birdwatching Pada tahap eksplorasi ini, materi yang disampaikan adalah pengenalan jenis- jenis-burung yang ditemukan sepanjang jalur dan titik pengamatan. Materi yang disampaikan juga dapat dilakukan dalam bentuk permainan yaitu berupa tebak-tebakan siapa sajakah aku dan apa yang aku lakukan. Peserta juga dapat memberi tanda check list terhadap jenis-jenis burung yang dijumpai. Kegiatan menggambar dan mewarnai jenis burung yang paling mereka sukai juga dapat dilakukan untuk mengembangkan daya imajinasi dan kreativitas anak. 3 Tahap review kegiatan interpretasi wisata birdwatching Pada tahap review ini dilakukan penjelasan mengenai cara-cara menjaga kelestarian burung dengan menjaga kualitas lingkungan yang ada di sekitar kita dan apa dampak negatif khususnya terhadap burung apabila kualitas lingkungan sekitar kita buruk, serta memberikan kesimpulan mengenai apa saja yang telah mereka lewati dan amati. Tahapan rencana kegiatan interpretasi wisata birdwatching di PKT KRB untuk pengunjung umum terdiri dari: 1 Tahap pengenalan awal interpretasi wisata birdwatching Pengenalan awal untuk peserta umum dimulai dari perkenalan dengan interpreter , pengenalan apa itu wisata birdwatching , pengenalan alat-alat yang dipergunakan untuk wisata birdwatching , penjelasan mengenai tata cara dan peraturan-peraturan dalam mengikuti kegiatan wisata birdwatching , pengenalan potensi burung yang dapat ditemukan di PKT KRB. 2 Tahap eksplorasi penelusuran jalur interpretasi wisata birdwatching Pada tahap eksplorasi penelusuran jalur interpretasi, materi yang disampaikan adalah pengenalan jenis-jenis burung yang ditemukan sepanjang jalur dan titik pengamatan berikut dengan penjelasan mengenai status konservasinya. Materi yang disampaikan juga dapat dilakukan dalam bentuk permainan yaitu berupa tebak-tebakan siapa sajakah aku dan apa yang aku lakukan dan permainan berupa perlombaan siapa yang paling banyak mengidentifikasi burung. Peserta juga dapat memberi tanda check list terhadap jenis-jenis burung yang dijumpai. 3 Tahap review kegiatan interpretasi wisata birdwatching Pada tahap review ini dilakukan penjelasan mengenai cara-cara menjaga kelestarian burung dengan menjaga kualitas lingkungan yang ada di sekitar kita dan apa dampak negatif khususnya terhadap burung apabila kualitas lingkungan sekitar kita buruk, serta memberikan kesimpulan mengenai apa saja yang telah mereka lewati dan amati.

4.5.7 Contoh Program Interpretasi

Program interpretasi yang dapat dikembangkan di PKT KRB adalah program pengenalan keanekaragaman jenis burung dengan tema “Mengintip Keanekaragaman Jenis Burung di PKT KRB ”. Burung-burung yang dapat diperkenalkan adalah burung-burung air, burung-burung yang dilindungi dan endemik, serta burung-burung lainnya yang ada di PKT KRB. Salah satu contoh program interpretasi wisata birdwatching di PKT KRB yang dapat dikembangkan adalah pada jalur utama, yaitu pada jalur pengamatan burung langka yang ditujukan bagi pengunjung Sekolah Dasar SD. Pada jalur ini dapat dijumpai banyak jenis-jenis burung yang dilindungi dan juga yang paling disukai oleh pengunjung. Durasilamanya waktu kegiatan disesuaikan dengan keinginan pengunjung, yaitu kurang dari 3 jam. Program yang direncanakan pada jalur pengamatan burung langka ini memiliki durasi kegiatan sekitar 200 menit. Susunan waktu kegiatan interpretasi wisata birdwatching di PKT KRB pada jalur pengamatan burung langka dapat dilihat pada Tabel 4.18. Tabel 4.17 Susunan waktu kegiatan interpretasi pada jalur pengamatan burung langka No . Titik lokasi pengamatan Kegiatan Durasi menit 1 Pusat Informasi a. Pengenalan dengan interpreter b. Pengenalan wisata birdwatching c. Pengenalan alat yang dipergunakan d. Penjelasan mengenai tata cata dan peraturan dalam melakukan kegiatan wisata birdwatching termasuk penjelasan mengenai diperlukannya kesabaran dalam pengamatan e. Pengenalan potensi burung yang dapat ditemukan di PKT KRB 25 2. Kolam Gunting Melihat atraksi burung kowak-malam kelabu - Cara membedakan burung yang masih muda dengan yang dewasa - Melihat cara terbangnya - Habitat - Aktivitas dan kebiasaannya - Makanan 15 3. Taman Meksiko Pengamatan burung-madu kelapa sebagai burung yang dilindungi oleh Negara dan jenis lainnya yang dapat dijumpai pada lokasi ini, seperti: prenjak Jawa, dan cucak kutilang - Habitat - Aktivitas dan kebiasaannya - Makanan 20 Tabel 4.17 Susunan waktu kegiatan interpretasi pada jalur pengamatan burung langka Lanjutan No . Titik lokasi pengamatan Kegiatan Durasi menit 4. Koleksi tanaman air a. Pengamatan burung raja-udang meninting dan jenis lainnya yang dapat dijumpai pada lokasi ini, seperti: bondol Jawa, tekukur biasa dan kareo padi. - Habitat - Aktivitas dan kebiasaannya - Makanan b. Istirahat - Makan dan minum snack - Kegiatan lomba menggambar dan mewarnai burung yang disukai pemenang akan mendapatkan hadiah souvenir dari PKT KRB pada akhir kegiatan 20 30 5. Jalan Kenari II Pengamatan burung betet biasa dan Cekakak sungai. Selain itu dilakukan pengamatan jenis- jenis lainnya seperti: cipoh kacat dan kepudang kuduk-hitam. - Habitat - Aktivitas dan kebiasaannya - Makanan 20 6. Jalan Astrid Istirahat dan review - Pembagian souvenir - Kaitan antara burung dengan habitatnya - Review 30 Durasi berjalan kaki dengan asumsi kecepatan 2 kmjam 40 Total durasi menit 200 5 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 5.1 1 Kekayaan jenis burung yang terdapat di PKT KRB dapat mendukung kegiatan wisata birdwatching di PKT KRB. Jumlah jenis burung yang potensial untuk dikembangkan sebagai objek daya tarik untuk wisata birdwatching adalah 25 jenis burung. 2 Sebagian besar pengunjung PKT KRB 88 menyatakan tertarik untuk mengikuti program dari kegiatan wisata birdwatching di PKT KRB. Rata-rata pengunjung pada kelompok pelajar dan umum menginginkan waktu kegiatan wisata birdwatching selama kurang dari 3 jam 53 dengan didampingi oleh seorang interpreter 88, sedangkan sebagian besar KPB 53 menginginkan waktu kegiatan wisata birdwatching selama 3-5 jam tanpa didampingi oleh seorang interpreter 80. 3 Jalur-jalur interpretasi yang dirancang berdasarkan frekuensi pertemuan terbesar dari masing-masing jenis burung yang potensial sebagai objek interpretasi pada seluruh lingkungan di PKT KRB adalah “Jalur Pengamatan Burung Air”, “Jalur Pengamatan Burung Langka”, dan “Jalur Pengamatan Burung Endemik”. 4 Perencanaan interpretasi wisata birdwatching di PKT KRB memiliki tema besar “Mengintip Keanekaragaman Jenis Burung di PKT KRB”. Pengunjung yang menjadi sasaran interpretasi wisata birdwatching di PKT KRB adalah pengunjung SD Sekolah Dasar dan umum. Teknik penyampaian materi interpretasi menggunakan teknik secara langsung dengan interpreter dan dan tidak langsung dengan media interpretasi. Waktu pelaksanaan interpretasi wisata birdwatching di PKT KRB ini dapat dilakukan pada bulan Mei dan Juni pada 3 jalur yaitu: jalur burung langka, kombinasi jalur burung langka dan burung air, dan kombinasi jalur burung langka, burung air dan burung endemik. Pelaksanaan interpretasi wisata birdwatching di PKT KRB dapat dilakukan mulai dari pagi hari 06.00 WIB hingga sore hari 17.00 WIB. Fasilitas dan media interpretasi yang dapat dikembangkan adalah tempat penyewaan binokuler, booklet yang berisi peta dan informasi-informasi mengenai keanekaragaman jenis burung sebagai objek wisata birdwatching di PKT KRB, papan interpretasi, dan diorama burung. Contoh program interpretasi yang direncanakan adalah pada jalur pengamatan burung langka untuk pengunjung SD dengan durasi kegiatan 200 menit.

5.2 Saran

1 Apabila akan dikembangkan program interpretasi untuk wisata birdwatching di PKT KRB, maka perlu adanya pelatihan interpreterguide untuk wisata birdwatching di PKT KRB. 2 Penelitian perencanaan interpretasi wisata birdwa tching di PKT KRB hanya dilakukan selama dua bulan, maka perlu adanya penelitian lebih lanjut untuk memastikan keberadaan dari keanekaragaman jenis burung di PKT KRB setiap bulannya dalam satu tahun. 3 Perlu dilakukan pemantauan secara berkala untuk memastikan keberadaan jenis-jenis burung yang dijadikan sebagai objek interpretasi di jalur-jalur interpretasi wisata birdwatching di PKT KRB. 4 Perlu adanya pemantauan terhadap jenis-jenis burung asing yang ada di PKT KRB seperti burung nuri bayan dan kakatua jambul kuning agar tidak menjadi invasif. DAFTAR PUSTAKA Alikodra HS. 2011. Pengembangan ecotourism implementasi pemanfaatan biodiversity secara berkelanjutan. Makalah Seminar Biodiversity . Jakarta ID: Sarana Wanajaya Babbie E. 2001. The Practice of Social Research. 9th Edition. Belmont CA: Wadsworth Thomson. Berkmuller K. 1981. Guidelines and Techniques for Environmental Interpretation . Switzerland CH: Van Tienhoven Foundation and IUCN Bhardwaj GB. 2009. Photo essay: a brief glimpse into the private world of the Oriental Honey-Buzzard Pernis ptilorhynchus. Indian Birds 4 5: 154 – 156. [BTNB] Balai Taman Nasional Baluran. 2010. Pemetaan Jalur Interpretasi Wisata Pengamatan Burung di Resort Bama, SPTNW I Bekol. Laporan kegiatan pengendali ekosistem hutan . Baluran ID: Departemen Kehutanan, Dirjen Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam. Bibby C, Jones M, Marsden S. 1998. Expedition Field Techniques-Bird Surveys . London GB: Expedition Advisory Centre. Boo E. 1990. Ecotourism: The Potentials and Pitfalls. World Wildlife Fund . Vol 1. [BGCI] Botanic Gardens Conservation International. Definition of a Botanic Garden; [diunduh 2013 Jan 20]. Tersedia pada: http:www.bgci.org resources1528. Boyd SW, Butler RW. 1996. Managing Ecotourism: An Opportunity Spectrum Approach. Tourism Management 17 8: 557-566. Buckley R. 1994. A Framework for Ecotourism. Annals of Tourism Research . 213: 661-669. Cahyana AN. 2007. Fotografi burung sebagai tantangan dan kesempatan dalam birdwatching . Di dalam: Kelompok Pemerhati Burung Perenjak, editor. Prosiding Seminar Na sional Burung Indonesia , Bogor 2 Juni 2007. Bogor ID: Kelompok Pemerhati Burung Perenjak. hlm 45-46. Dempster JP. 1975. Animal Population Ecology . London GB: Academic Pr. Deng J, King B, Bauer T. 2002. Evaluating Natural Attractions for Tourism. Annals of Tourism Research. 292: 422 –438. Diamond JM , Bishop KD, Van Balen S. 1987. Bird Survival in an Isolated Javan Woodland: Island or Mirror?. Conservation Biology. 14: 132-142. Dickson JG, Conner RN, Fleet RR, Croll JC, Jacson JA. 1979. The Role of Insectivorous Birds in Forest Ecosystems . New York US: Academic Pr. [Ditjen PHPA] Direktorat Jendral Perlindungan Hutan dan Pelestarian Alam. 1988. Pedoman Interpretasi Taman Nasional. Proyek Pengembangan Taman Nasional dan Hutan Wisata . Bogor ID. Glowinski. 2008. Bird-watching, ecotourism, and economic developement: A review of the evidence. Applied Resea rch in Economic Developement 5:65-77. Grater RK. 1976. The Interpreter’s Handbook. Southwest Parks and Monuments Association. Ham SH. 1992. Environmental Interpretation: a practical guide for people with big ideas and small budgets . Colorado US: North American Pr. Herath G. 1996. Ecotourism Development in Austrialia. Annals of Tourism Research . 232: 442-446. Higgins B. 1996. The Global Structure of the Nature Tourism Industry: Ecotourists, Tour Operators, and Local Businesses . Journal of Travel Research. 35 2: 11-17. Ibrahim Y. 2006. Studi Permintaan Manfaat Rekreasi di Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya BogorLIPI [Skripsi]. Bogor ID: Institut Pertanian Bogor. Istijanto. 2009. Aplikasi Praktis Riset Pema saran: Cara Pra ktis Meneliti Konsumen dan Pesaing . Jakarta ID: PT. Gramedia Pustaka Utama. Jubenville A, Twight BW, Becker RH. 1987. Outdoor Recreation Management, Theory and Aplication . Oxford GB: Venture Publishing, Inc. Kardos A and Vaughn S. 1998. Planning for Interpretation and Visitor Experience . West Virginia: Harpers Ferry Center. Koskimies P. 1989. Birds as a tool in environmental monitoring. Ann. Zool. Fennici . 26:153-166. Levelink J, Mawdsley A and Rijnberg T. 1997. Four Guided Walks Bogor Botanical Garden . Bogor ID: PT. Bogorindo Botanicus Indonesia. Lewis WJ. 2005. Interpreting for Park Visitors . Eastern National US. Linberg K, Enriquez J, Sproule K. 1996. Ecotourism Questioned: Case Studies from Belize. Annals of Tourism Research . 233: 543-562. [LIPI] Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. 2010. Biodiversity For Better Life. Berita Kebun Raya Mei: 9:5. Lopulalan B. 2011. Antisipasi Peluang 2012 Pariwisata Indonesia. Newsletter Informasi Pemasaran Pariwisata . 219:28. MacKinnon J, Phillips K, van Balen B. 2010. Burung-burung di Sumatera, Ja wa, Bali dan Kalimantan. Terjemahan dari Fieldguide to the Birds of Borneo, Sumatra, Java dan Bali . Bogor ID: Burung Indonesia Mamiri SA. 2008. Persepsi dan Preferensi pengunjung terhadap fungsi dan Lokasi Obyek-Obyek Rekreasi di Kebun Raya Bogor [Skripsi]. Bogor ID: Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Maple LC, Eagles PFJ, Rolfe H. 2010. Birdwatchers specialisation characteristics and national park tourism planning. Journal of ecotourism . 9 3: 219-238. Mandziuk GW. 1995. Ecotourism: A Marriage of Conservation Capitalism. Plan Canada . 2933. Marone L. 1991. Habitat Features Affecting Bird Spatial Distribution in the Monte Desert, Argentina. Ecologia Austral . 1:77-86. McDill MG, Finley SJ, Kays J. 1999. Promoting Ecotourism on Private Lands . Northeast Regional Center for Rural Development. The Pennsylvania State University, University Park, PA. Mullins GW. 1979. Plan Ahead for Interpretation. Environmental Interpretation workshop, TV AMurray State University . Golden Pond, Kentucky US. Mulyani YA dan Pakpahan A. 1993. Pemanfaatan kawasan pesisir untuk ekoturisme “Birdwatching”. Bogor 17 September 1993. Seminar Na sional Manajemen Ka wa san Pesisir untuk Ekoturisme . Bogor ID: Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Muntasib H. 1998. Pengenalan Teknik Interpretasi Lingkungan. Makalah Pelatihan Fa silitator Program REPLING . Diselenggarakan oleh RMI bekerja sama dengan UPT Kebun Raya Bogor dan didukung oleh The Van Melle Green Grant Program. Bogor ID. Nelson JG. 1994. The Spread of Ecotourism: Some Planning Implications. Environmental Conservation . 213:248-255. Nguyen HM. 1997. Bird Composition as an Ecological Indicator of Forest Disturbance Levels [report]. Texas US: Department of Biology. University of Texas. Norman WC, Frauman E, Toepper L, Sirakaya E. 1997. Green Evaluation Program and Compliance of Nature Tour Operators. Orams MB. 1995. Towards a more desirable form of ecotourism. Tourism Management . 161:3-8. Pemerintah Republik Indonesia. 1990. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya. Jakarta ID: Sekertariat Negara. Pemerintah Republik Indonesia. 1999. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa. Jakarta ID: Sekertariat Negara. Pemerintah Republik Indonesia. 2008. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor 57 Tahun 2008 tentang Arahan Strategis Konservasi Spesies Nasional. Jakarta ID. [PKT KRB-LIPI] Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor - LIPI. 2013. Visi dan Misi PKT KRB [Diakses 2013 Januari 10]. Tersedia pada: . http:www.bogorbotanicgardens.org [RCS] Raptor Conservation Society. 2012. Briding and Nature Interpretation Tours [Diakses 2012 Agustus 6]. Tersedia pada: http:raptorcs.wordpress .combird-tour-nature-interpretation. Sawitri R dan Iskandar S. 2012. Keragaman Jenis Burung di Taman Nasional Kepulauan Wakatobi dan Taman Nasional Kepulauan Seribu. Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam . 92: 175-187. Sevilla CG, Jesus AO, Twila GP, Bella PR, Gabriel GU. 1993. Research Methods. Quezon City PH: Rex Printing Co. Inc. Sharpe GW. 1982. Intrepreting The Environment . New York US: Jhon Willey and Sons Inc. Edisi ke-2. Son Nguyen LH, Dung Le T, Van Nguyen T. 2011. Developing bird watching ecotourism combined with education and natural conservation. Hanoi National University of Education 136 Xuan Thuy, Hanoi, Vietnam. Tilden F. 1957. Interpreting Our Heritage. The University of North Carolina Press. Chapel Hill. Page: 3-17. Tirtaningtyas FN. 2004. Dinamika Keberadaan dan Penggunaan Habitat Oleh Burung di Kebun Raya Bogor [Skripsi]. Jakarta ID: Fakultas Biologi Universitas Nasional Jakarta. [UNESCO-UNEP] United Nations Educational, Scientific, and Cultural Organization - United Nations Environment Programme. 1976. The Belgrade Charter. Connect: UNESCO-UNEP Environmental Education Newsletter. 11: 1 –2. Van Balen S. 1999. Birds on Fragmented Island, Persistence in the Forest of Java and Bali. Tropical Resource Management Papers . Netherlands NL. Veverka JA. 1994. Interpretive master planning: the essential planning guide for interpretive centers, self-guided trails, historic sites, zoos, exhibits, and programs . California US: Acorn Naturalists, Tustin. Wight P. 1993. Ecotourism: Ethics or Eco-Sell?. Journal of Travel Resea rch 42: 3-9. Williams PW. 1992. A local Framework for Ecotourism Development. Western Wildlands. Fall: 14-19. Ziana N. 2005. Kajian Perbandingan Komuniti Burung di Kawasan Hutan Dibalak, Hutan Ditebang Habis dan Kebun Getah di Lembah Sungai Beris, Sik, Kedah [Tesis] [diakses 2014 Januari 01]. Tersedia pada: http:ebookbrowsee.netkajian-perbandingan-komuniti-burung-di- kawasan-hutan-dibalak-hutan-ditebang-habis-dan-kebun-getah-di-lembah- sungai-beris-sik-kedah-pdf-d55829916.