yang potensial untuk dijadikan sebagai objek wisata
birdwatching
di PKT KRB yang dapat dijadikan sebagai media untuk menyampaikan materi interpretasi.
Diorama dapat ditempatkan pada pusat informasi untuk menarik pengunjung agar pengunjung memiliki rasa keingintahuan mengenai keberadaan burung yang ada
di PKT KRB.
4.5.6 Teknik dan Rencana Kegiatan Interpretasi Wisata
Birdwatching
Untuk menyampaikan pesan-pesan yang berupa materi interpretasi wisata
birdwatching
di PKT KRB kepada pengunjung, diperlukan teknik interpretasi. Teknik interpretasi yang digunakan merujuk pada Sharpe 1982, yaitu teknik
secara langsung
attended service
dan tidak langsung
unattended service
. Penyampaian materi dengan menggunakan teknik interpretasi secara langsung
dilakukan secara langsung oleh seorang
interpreterguide
yang ditunjuk oleh pihak pengelola PKT KRB dan telah mendapatkan pelatihan khusus. Untuk teknik
secara tidak langsung dilakukan tanpa seorang
interpreterguide
, namun penyampaian materi dilakukan dengan menggunakan alat bantu berupa media-
media interpretasi.
Teknik secara langsung
Kegiatan wisata
birdwatching
dengan teknik interpretasi secara langsung melibatkan langsung antara
interpreter
dan pengunjung dengan burung-burung yang ada di PKT KRB sebagai objek interpretasi, sehingga pengunjung dapat
langsung melihat dan mendengar suara burung-burung tersebut. Peran seorang
interpreter
sangatlah besar untuk dapat memberikan pemaparan yang menarik mengenai burung-burung tersebut. Dalam pelaksanaannya pengunjung akan
memperoleh informasi awal mengenai objek-objek interpretasi yang akan di paparkan, kemudian penjelasan mengenai rencana kegiatan untuk pelaksanaan
program interpretasi, sehingga pengunjung sudah mengetahui program yang dipilih dan garis besar rencana kegiatan wisata
birdwatching
di PKT KRB, serta mendapatkan pemaparan-pemaparan mengenai objek-objek interpretasi yang
dilakukan oleh
interpreter
pada saat pelaksanaan program interpretasi. Kegiatan yang dilakukan berupa perjalanan eksplorasi burung dan diskusi di lokasi
pengamatan dengan seorang
interpreter
.
Teknik secara tidak langsung
Kegiatan wisata
birdwatching
dengan teknik interpretasi secara tidak langsung dilaksanakan dengan menggunakan alat bantu berupa media interpretasi
seperti papan interpretasi, diorama burung, dan
booklet
dalam memperkenalkan burung-burung yang ada di PKT KRB sebagai objek interpretasi. Program
interpretasi dengan teknik secara tidak langsung ini harus menarik dan mewakili keseluruhan objek interpretasi. Karena, sebelum mengikuti suatu program wisata
biasanya pengunjung ingin melihat dulu keseluruhan potensi yang ada di suatu tempat wisata, baru setelah itu pengunjung akan memilih program interpretasi
yang ditawarkan.
Rencana kegiatan interpretasi wisata
birdwatching
di PKT KRB mentikberatkan pada potensi burung yang dapat dikembangkan di PKT KRB.
Rencana kegiatan ini dikelompokan menjadi dua rencana, yaitu rencana untuk kelompok pelajar Sekolah Dasar SD dan umum. Rencana kegiatan untuk pelajar
SD dan umum memiliki kesamaan, namun dibedakan dari isi materi dan tata cara penyampaiannya. Tahapan rencana kegiatan interpretasi wisata
birdwatching
di PKT KRB untuk pelajar SD terdiri dari:
1 Tahap pengenalan awal interpretasi wisata
birdwatching
Tahap pengenalan awal dimulai dari perkenalan dengan
interpreter
, pengenalan apa itu wisata
birdwatching
, pengenalan alat-alat yang dipergunakan untuk wisata
birdwatching
, penjelasan mengenai tata cara dan peraturan-peraturan dalam mengikuti kegiatan wisata
birdwatching
, pengenalan potensi burung yang dapat ditemukan di PKT KRB.
2 Tahap eksplorasi penelusuran jalur interpretasi wisata
birdwatching
Pada tahap eksplorasi ini, materi yang disampaikan adalah pengenalan jenis- jenis-burung yang ditemukan sepanjang jalur dan titik pengamatan. Materi
yang disampaikan juga dapat dilakukan dalam bentuk permainan yaitu berupa tebak-tebakan siapa sajakah aku dan apa yang aku lakukan. Peserta
juga dapat memberi tanda
check list
terhadap jenis-jenis burung yang dijumpai. Kegiatan menggambar dan mewarnai jenis burung yang paling
mereka sukai juga dapat dilakukan untuk mengembangkan daya imajinasi dan kreativitas anak.
3 Tahap review kegiatan interpretasi wisata
birdwatching
Pada tahap review ini dilakukan penjelasan mengenai cara-cara menjaga kelestarian burung dengan menjaga kualitas lingkungan yang ada di sekitar
kita dan apa dampak negatif khususnya terhadap burung apabila kualitas lingkungan sekitar kita buruk, serta memberikan kesimpulan mengenai apa
saja yang telah mereka lewati dan amati.
Tahapan rencana kegiatan interpretasi wisata
birdwatching
di PKT KRB untuk pengunjung umum terdiri dari:
1 Tahap pengenalan awal interpretasi wisata
birdwatching
Pengenalan awal untuk peserta umum dimulai dari perkenalan dengan
interpreter
, pengenalan apa itu wisata
birdwatching
, pengenalan alat-alat yang dipergunakan untuk wisata
birdwatching
, penjelasan mengenai tata cara
dan peraturan-peraturan
dalam mengikuti
kegiatan wisata
birdwatching
, pengenalan potensi burung yang dapat ditemukan di PKT KRB.
2 Tahap eksplorasi penelusuran jalur interpretasi wisata
birdwatching
Pada tahap eksplorasi penelusuran jalur interpretasi, materi yang disampaikan adalah pengenalan jenis-jenis burung yang ditemukan
sepanjang jalur dan titik pengamatan berikut dengan penjelasan mengenai status konservasinya. Materi yang disampaikan juga dapat dilakukan dalam
bentuk permainan yaitu berupa tebak-tebakan siapa sajakah aku dan apa yang aku lakukan dan permainan berupa perlombaan siapa yang paling
banyak mengidentifikasi burung. Peserta juga dapat memberi tanda
check list
terhadap jenis-jenis burung yang dijumpai.
3 Tahap review kegiatan interpretasi wisata
birdwatching
Pada tahap review ini dilakukan penjelasan mengenai cara-cara menjaga kelestarian burung dengan menjaga kualitas lingkungan yang ada di sekitar
kita dan apa dampak negatif khususnya terhadap burung apabila kualitas lingkungan sekitar kita buruk, serta memberikan kesimpulan mengenai apa
saja yang telah mereka lewati dan amati.
4.5.7 Contoh Program Interpretasi
Program interpretasi yang dapat dikembangkan di PKT KRB adalah
program pengenalan keanekaragaman jenis burung dengan tema “Mengintip Keanekaragaman Jenis Burung di PKT KRB
”. Burung-burung yang dapat diperkenalkan adalah burung-burung air, burung-burung yang dilindungi dan
endemik, serta burung-burung lainnya yang ada di PKT KRB. Salah satu contoh program interpretasi wisata
birdwatching
di PKT KRB yang dapat dikembangkan adalah pada jalur utama, yaitu pada jalur pengamatan burung langka yang
ditujukan bagi pengunjung Sekolah Dasar SD. Pada jalur ini dapat dijumpai banyak jenis-jenis burung yang dilindungi dan juga yang paling disukai oleh
pengunjung. Durasilamanya waktu kegiatan disesuaikan dengan keinginan pengunjung, yaitu kurang dari 3 jam. Program yang direncanakan pada jalur
pengamatan burung langka ini memiliki durasi kegiatan sekitar 200 menit. Susunan waktu kegiatan interpretasi wisata
birdwatching
di PKT KRB pada jalur pengamatan burung langka dapat dilihat pada Tabel 4.18.
Tabel 4.17 Susunan waktu kegiatan interpretasi pada jalur pengamatan burung langka
No
. Titik lokasi pengamatan Kegiatan
Durasi menit
1 Pusat Informasi
a. Pengenalan dengan interpreter
b. Pengenalan wisata
birdwatching
c. Pengenalan alat yang dipergunakan
d. Penjelasan mengenai tata cata dan peraturan
dalam melakukan kegiatan wisata
birdwatching
termasuk penjelasan mengenai diperlukannya kesabaran dalam pengamatan
e. Pengenalan potensi burung yang dapat
ditemukan di PKT KRB 25
2. Kolam Gunting
Melihat atraksi burung kowak-malam kelabu -
Cara membedakan burung yang masih muda dengan yang dewasa
- Melihat cara terbangnya
- Habitat
- Aktivitas dan kebiasaannya
- Makanan
15
3. Taman Meksiko
Pengamatan burung-madu kelapa sebagai burung yang dilindungi oleh Negara dan jenis lainnya
yang dapat dijumpai pada lokasi ini, seperti: prenjak Jawa, dan cucak kutilang
-
Habitat -
Aktivitas dan kebiasaannya -
Makanan 20
Tabel 4.17 Susunan waktu kegiatan interpretasi pada jalur pengamatan burung langka
Lanjutan
No
. Titik lokasi pengamatan Kegiatan
Durasi menit
4. Koleksi tanaman air a.
Pengamatan burung raja-udang meninting dan jenis lainnya yang dapat dijumpai pada lokasi
ini, seperti: bondol Jawa, tekukur biasa dan kareo padi.
- Habitat
- Aktivitas dan kebiasaannya
- Makanan
b. Istirahat
- Makan dan minum
snack
- Kegiatan lomba menggambar dan
mewarnai burung yang disukai pemenang akan mendapatkan hadiah souvenir dari
PKT KRB pada akhir kegiatan 20
30
5. Jalan Kenari II
Pengamatan burung betet biasa dan Cekakak sungai. Selain itu dilakukan pengamatan jenis-
jenis lainnya seperti: cipoh kacat dan kepudang kuduk-hitam.
- Habitat
- Aktivitas dan kebiasaannya
- Makanan
20
6. Jalan Astrid
Istirahat dan
review
- Pembagian souvenir
- Kaitan antara burung dengan habitatnya
- Review
30
Durasi berjalan kaki dengan asumsi kecepatan 2 kmjam 40
Total durasi menit 200
5 KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan 5.1
1 Kekayaan jenis burung yang terdapat di PKT KRB dapat mendukung
kegiatan wisata
birdwatching
di PKT KRB. Jumlah jenis burung yang potensial untuk dikembangkan sebagai objek daya tarik untuk wisata
birdwatching
adalah 25 jenis burung. 2
Sebagian besar pengunjung PKT KRB 88 menyatakan tertarik untuk mengikuti program dari kegiatan wisata
birdwatching
di PKT KRB. Rata-rata pengunjung pada kelompok pelajar dan umum menginginkan waktu kegiatan
wisata
birdwatching
selama kurang dari 3 jam 53 dengan didampingi oleh seorang
interpreter
88, sedangkan sebagian besar KPB 53 menginginkan waktu kegiatan wisata
birdwatching
selama 3-5 jam tanpa didampingi oleh seorang
interpreter
80. 3
Jalur-jalur interpretasi yang dirancang berdasarkan frekuensi pertemuan terbesar dari masing-masing jenis burung yang potensial sebagai objek
interpretasi pada seluruh lingkungan di PKT KRB adalah “Jalur Pengamatan Burung Air”, “Jalur Pengamatan Burung Langka”, dan “Jalur Pengamatan
Burung Endemik”.
4 Perencanaan interpretasi wisata
birdwatching
di PKT KRB memiliki tema besar
“Mengintip Keanekaragaman Jenis Burung di PKT KRB”.
Pengunjung yang menjadi sasaran interpretasi wisata
birdwatching
di PKT KRB adalah pengunjung SD Sekolah Dasar dan umum. Teknik
penyampaian materi interpretasi menggunakan teknik secara langsung dengan
interpreter
dan dan tidak langsung dengan media interpretasi. Waktu pelaksanaan interpretasi wisata
birdwatching
di PKT KRB ini dapat dilakukan pada bulan Mei dan Juni pada 3 jalur yaitu: jalur burung langka,
kombinasi jalur burung langka dan burung air, dan kombinasi jalur burung langka, burung air dan burung endemik. Pelaksanaan interpretasi wisata
birdwatching
di PKT KRB dapat dilakukan mulai dari pagi hari 06.00 WIB hingga sore hari 17.00 WIB. Fasilitas dan media interpretasi yang dapat
dikembangkan adalah tempat penyewaan binokuler,
booklet
yang berisi peta dan informasi-informasi mengenai keanekaragaman jenis burung sebagai
objek wisata
birdwatching
di PKT KRB, papan interpretasi, dan diorama burung. Contoh program interpretasi yang direncanakan adalah pada jalur
pengamatan burung langka untuk pengunjung SD dengan durasi kegiatan 200 menit.
5.2 Saran
1 Apabila akan dikembangkan program interpretasi untuk wisata
birdwatching
di PKT KRB, maka perlu adanya pelatihan
interpreterguide
untuk wisata
birdwatching
di PKT KRB. 2
Penelitian perencanaan interpretasi wisata
birdwa tching
di PKT KRB hanya dilakukan selama dua bulan, maka perlu adanya penelitian lebih lanjut untuk
memastikan keberadaan dari keanekaragaman jenis burung di PKT KRB setiap bulannya dalam satu tahun.
3 Perlu dilakukan pemantauan secara berkala untuk memastikan keberadaan
jenis-jenis burung yang dijadikan sebagai objek interpretasi di jalur-jalur interpretasi wisata
birdwatching
di PKT KRB. 4
Perlu adanya pemantauan terhadap jenis-jenis burung asing yang ada di PKT KRB seperti burung nuri bayan dan kakatua jambul kuning agar tidak
menjadi invasif.
DAFTAR PUSTAKA
Alikodra HS. 2011. Pengembangan ecotourism implementasi pemanfaatan biodiversity secara berkelanjutan.
Makalah Seminar Biodiversity
. Jakarta ID: Sarana Wanajaya
Babbie E. 2001.
The Practice of Social Research.
9th Edition. Belmont CA: Wadsworth Thomson.
Berkmuller K. 1981.
Guidelines and
Techniques for
Environmental Interpretation
. Switzerland CH: Van Tienhoven Foundation and IUCN Bhardwaj GB. 2009. Photo essay: a brief glimpse into the private world of the
Oriental Honey-Buzzard Pernis ptilorhynchus.
Indian Birds
4 5: 154 –
156. [BTNB] Balai Taman Nasional Baluran. 2010. Pemetaan Jalur Interpretasi Wisata
Pengamatan Burung di Resort Bama, SPTNW I Bekol.
Laporan kegiatan pengendali ekosistem hutan
. Baluran ID: Departemen Kehutanan, Dirjen Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam.
Bibby C, Jones M, Marsden S. 1998.
Expedition Field Techniques-Bird Surveys
. London GB: Expedition Advisory Centre.
Boo E. 1990. Ecotourism: The Potentials and Pitfalls.
World Wildlife Fund
. Vol 1. [BGCI] Botanic Gardens Conservation International. Definition of a Botanic
Garden; [diunduh 2013 Jan 20]. Tersedia pada: http:www.bgci.org resources1528.
Boyd SW, Butler RW. 1996. Managing Ecotourism: An Opportunity Spectrum Approach.
Tourism Management
17 8: 557-566. Buckley R. 1994. A Framework for Ecotourism.
Annals of Tourism Research
. 213: 661-669.
Cahyana AN. 2007. Fotografi burung sebagai tantangan dan kesempatan dalam
birdwatching
. Di dalam: Kelompok Pemerhati Burung Perenjak, editor.
Prosiding Seminar Na sional Burung Indonesia
, Bogor 2 Juni 2007. Bogor ID: Kelompok Pemerhati Burung Perenjak. hlm 45-46.
Dempster JP. 1975.
Animal Population Ecology
. London GB: Academic Pr. Deng J, King B, Bauer T. 2002. Evaluating Natural Attractions for Tourism.
Annals of Tourism Research.
292: 422 –438.
Diamond JM , Bishop KD, Van Balen S. 1987. Bird Survival in an Isolated Javan Woodland: Island or Mirror?.
Conservation Biology.
14: 132-142. Dickson JG, Conner RN, Fleet RR, Croll JC, Jacson JA. 1979.
The Role of Insectivorous Birds in Forest Ecosystems
. New York US: Academic Pr. [Ditjen PHPA] Direktorat Jendral Perlindungan Hutan dan Pelestarian Alam.
1988. Pedoman Interpretasi Taman Nasional.
Proyek Pengembangan Taman Nasional dan Hutan Wisata
. Bogor ID. Glowinski. 2008. Bird-watching, ecotourism, and economic developement: A
review of the evidence.
Applied Resea rch in Economic Developement
5:65-77. Grater RK. 1976.
The Interpreter’s Handbook. Southwest Parks and Monuments Association.
Ham SH. 1992.
Environmental Interpretation: a practical guide for people with big ideas and small budgets
. Colorado US: North American Pr.
Herath G. 1996. Ecotourism Development in Austrialia.
Annals of Tourism Research
. 232: 442-446. Higgins B. 1996. The Global Structure of the Nature Tourism Industry:
Ecotourists, Tour Operators, and Local Businesses
. Journal of Travel
Research.
35 2: 11-17. Ibrahim Y. 2006. Studi Permintaan Manfaat Rekreasi di Pusat Konservasi
Tumbuhan Kebun Raya BogorLIPI [Skripsi]. Bogor ID: Institut Pertanian Bogor.
Istijanto. 2009.
Aplikasi Praktis Riset Pema saran: Cara Pra ktis Meneliti Konsumen dan Pesaing
. Jakarta ID: PT. Gramedia Pustaka Utama. Jubenville A, Twight BW, Becker RH. 1987.
Outdoor Recreation Management, Theory and Aplication
. Oxford GB: Venture Publishing, Inc. Kardos A and Vaughn S. 1998.
Planning for Interpretation and Visitor Experience
. West Virginia: Harpers Ferry Center. Koskimies P. 1989. Birds as a tool in environmental monitoring.
Ann. Zool. Fennici
. 26:153-166. Levelink J, Mawdsley A and Rijnberg T. 1997.
Four Guided Walks Bogor Botanical Garden
. Bogor ID: PT. Bogorindo Botanicus Indonesia. Lewis WJ. 2005.
Interpreting for Park Visitors
. Eastern National US. Linberg K, Enriquez J, Sproule K. 1996. Ecotourism Questioned: Case Studies
from Belize.
Annals of Tourism Research
. 233: 543-562. [LIPI] Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. 2010. Biodiversity For Better Life.
Berita Kebun Raya Mei: 9:5. Lopulalan B. 2011. Antisipasi Peluang 2012 Pariwisata Indonesia.
Newsletter Informasi Pemasaran Pariwisata
. 219:28. MacKinnon J, Phillips K, van Balen B. 2010.
Burung-burung di Sumatera, Ja wa, Bali dan Kalimantan.
Terjemahan dari
Fieldguide to the Birds of Borneo, Sumatra, Java dan Bali
. Bogor ID: Burung Indonesia Mamiri SA. 2008. Persepsi dan Preferensi pengunjung terhadap fungsi dan Lokasi
Obyek-Obyek Rekreasi di Kebun Raya Bogor [Skripsi]. Bogor ID: Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor.
Maple LC, Eagles PFJ, Rolfe H. 2010. Birdwatchers specialisation characteristics and national park tourism planning.
Journal of ecotourism
. 9 3: 219-238. Mandziuk GW. 1995. Ecotourism: A Marriage of Conservation Capitalism.
Plan Canada
. 2933. Marone L. 1991. Habitat Features Affecting Bird Spatial Distribution in the
Monte Desert, Argentina.
Ecologia Austral
. 1:77-86. McDill MG, Finley SJ, Kays J. 1999. Promoting Ecotourism on Private Lands
.
Northeast Regional Center for Rural Development. The Pennsylvania State University, University Park, PA.
Mullins GW. 1979. Plan Ahead for Interpretation.
Environmental Interpretation workshop, TV AMurray State University
. Golden Pond, Kentucky US. Mulyani YA dan Pakpahan A. 1993. Pemanfaatan kawasan pesisir untuk
ekoturisme “Birdwatching”. Bogor 17 September 1993.
Seminar Na sional Manajemen Ka wa san Pesisir untuk Ekoturisme
. Bogor ID: Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.
Muntasib H. 1998. Pengenalan Teknik Interpretasi Lingkungan.
Makalah Pelatihan Fa silitator Program REPLING
. Diselenggarakan oleh RMI
bekerja sama dengan UPT Kebun Raya Bogor dan didukung oleh The Van Melle Green Grant Program. Bogor ID.
Nelson JG. 1994. The Spread of Ecotourism: Some Planning Implications.
Environmental Conservation
. 213:248-255. Nguyen HM. 1997. Bird Composition as an Ecological Indicator of Forest
Disturbance Levels [report]. Texas US: Department of Biology. University of Texas.
Norman WC, Frauman E, Toepper L, Sirakaya E. 1997. Green Evaluation Program and Compliance of Nature Tour Operators.
Orams MB. 1995. Towards a more desirable form of ecotourism.
Tourism Management
. 161:3-8. Pemerintah Republik Indonesia. 1990. Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya. Jakarta ID: Sekertariat Negara.
Pemerintah Republik Indonesia. 1999. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa. Jakarta ID:
Sekertariat Negara. Pemerintah Republik Indonesia. 2008. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor 57
Tahun 2008 tentang Arahan Strategis Konservasi Spesies Nasional. Jakarta ID.
[PKT KRB-LIPI] Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor - LIPI. 2013. Visi dan Misi PKT KRB [Diakses 2013 Januari 10]. Tersedia pada: .
http:www.bogorbotanicgardens.org [RCS] Raptor Conservation Society. 2012.
Briding and Nature Interpretation Tours
[Diakses 2012 Agustus 6]. Tersedia pada: http:raptorcs.wordpress .combird-tour-nature-interpretation.
Sawitri R dan Iskandar S. 2012. Keragaman Jenis Burung di Taman Nasional Kepulauan Wakatobi dan Taman Nasional Kepulauan Seribu.
Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam
. 92: 175-187. Sevilla CG, Jesus AO, Twila GP, Bella PR, Gabriel GU. 1993. Research Methods.
Quezon City PH: Rex Printing Co. Inc. Sharpe GW. 1982.
Intrepreting The Environment
. New York US: Jhon Willey and Sons Inc. Edisi ke-2.
Son Nguyen LH, Dung Le T, Van Nguyen T. 2011. Developing bird watching ecotourism combined with education and natural conservation. Hanoi
National University of Education 136 Xuan Thuy, Hanoi, Vietnam. Tilden F. 1957. Interpreting Our Heritage. The University of North Carolina
Press. Chapel Hill. Page: 3-17. Tirtaningtyas FN. 2004. Dinamika Keberadaan dan Penggunaan Habitat Oleh
Burung di Kebun Raya Bogor [Skripsi]. Jakarta ID: Fakultas Biologi Universitas Nasional Jakarta.
[UNESCO-UNEP] United Nations Educational, Scientific, and Cultural
Organization - United Nations Environment Programme. 1976.
The Belgrade Charter. Connect: UNESCO-UNEP Environmental Education
Newsletter.
11: 1 –2.
Van Balen S. 1999. Birds on Fragmented Island, Persistence in the Forest of Java and Bali.
Tropical Resource Management Papers
. Netherlands NL.
Veverka JA. 1994.
Interpretive master planning: the essential planning guide for interpretive centers, self-guided trails, historic sites, zoos, exhibits, and
programs
. California US: Acorn Naturalists, Tustin. Wight P. 1993. Ecotourism:
Ethics or Eco-Sell?. Journal of Travel Resea rch
42: 3-9.
Williams PW. 1992. A local Framework for Ecotourism Development. Western Wildlands. Fall: 14-19.
Ziana N. 2005. Kajian Perbandingan Komuniti Burung di Kawasan Hutan Dibalak, Hutan Ditebang Habis dan Kebun Getah di Lembah Sungai Beris,
Sik, Kedah [Tesis] [diakses 2014 Januari 01]. Tersedia pada: http:ebookbrowsee.netkajian-perbandingan-komuniti-burung-di-
kawasan-hutan-dibalak-hutan-ditebang-habis-dan-kebun-getah-di-lembah- sungai-beris-sik-kedah-pdf-d55829916.