Tabel 4.15 Jenis-jenis
burung yang potensial
sebagai objek wisata
birdwatching
di Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor
Lanjutan
21
Famili Nama Indonesia
Nama Latin Nama Inggris
Lokasi pemotretan : Nectariniidae
: Pijantung kecil :
Arachnothera longirostra
: Little Spiderhunter : PKT KRB
– Lingkungan 5 Pijantung kecil dapat ditemukan hampir di seluruh lingkungan
yang ada di PKT KRB. Frekuensi pertemuan tertinggi adalah pada lingkungan 2. Burung ini memiliki daya tarik berupa
paruhnya yang sangat panjang dan kecepatan terbang yang tinggi. Selain itu burung ini juga memiliki status konservasi
dilindungi oleh Negara. Sumber makanan burung ini adalah nektar bunga dan serangga.
22
Famili Nama Indonesia
Nama Latin Nama Inggris
Lokasi pemotretan : Chloropseidae
: Cipoh Kacat :
Aegithina tiphia
: Common Iora : PKT KRB
– lingkungan 4 Burung cipoh kacat dapat ditemukan di seluruh lingkungan yang
ada di PKT KRB. Burung sulit untuk diamati karena warna bulunya yang menyerupai daun, namun keberadaannya dapat
diketahui dengan mudah dari alunan suaranya yang sangat merdu. Frekuensi pertemuan tertinggi dari burung ini adalah
pada lingkungan 7. Sumber makanan utama dari burung ini adalah serangga.
23
Famili Nama Indonesia
Nama Latin Nama Inggris
Lokasi pemotretan : Capitonidae
: Takur Ungkut-ungkut :
Megalaima haemacephala
: Coppersmith Barbet : PKT KRB
– lingkungan 4 Burung takur ungkut-ungkut memiliki kombinasi warna bulu
yang menarik. Frekuensi pertemuan tertinggi burung ini adalah pada lingkungan 9. Keberadaan burung ini dapat diketahui dari
suaranya yang monoton, bergaung metalik: “tuk, tuk, tuk…”,
yang berselang selama beberapa menit dengan tempo yang tetap. Burung ini memiliki paruh yang kuat. Seringkali terlihat sedang
mematuki batang pohon untuk dijadikan sebagai sarangnya.
24
Famili Nama Indonesia
Nama Latin Nama Inggris
Lokasi pemotretan : Rallidae
: Kareo Padi :
Amaurornis phoenicurus
: White-breasted Waterhen : PKT KRB
– lingkungan 5 Kareo padi merupakan burung air yang sulit ditemui di PKT
KRB, namun dapat ditemukan pada lingkungan 5. Kaeo padi mencari makan di tanah, dengan sumber makanan berupa biji-
bijian, serangga, cacing, siput dan akar akaran. Sarangnya berada di antara alang-alang, rumput tinggi atau semak belukar
yang padat, baik di habitat basah maupun kering.
Tabel 4.15 Jenis-jenis
burung yang potensial
sebagai objek wisata
birdwatching
di Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor
Lanjutan
No. Jenis-jenis burung potensial
Deskripsi MacKinnon
et.al.
2010 25
Famili Nama Indonesia
Nama Latin Nama Inggris
Lokasi pemotretan : Silviidae
: Cinenen Jawa :
Orthotomus sepium
: Olive-backed Tailorbird : PKT KRB
– lingkungan 5 Burung cinenen Jawa ini memiliki ukuran yang kecil. Frekuensi
pertemuan tertinggi burung ini adalah di lingkungan 9. Burung ini merupakan burung endemik Jawa, Bali dan Lombok. Sumber
makanan berupa ulat dan serangga kecil.
Tabel 4.16. Kategori jenis-jenis burung yang dijadikan objek wisata
birdwatching
di PKT KRB dan lokasi pertemuannya
No. Kategori Lingk.
Lokasi Jenis burung
1. Burung-burung air
3 5
Sisi Barat kolam gunting Koleksi tanaman air
kowak-malam kelabu kareo padi
2. burung-burung yang dilindungi
1 2
5 5
7 9
12 Hutan Bambu
Depan Lab. Treub Taman Meksiko
Koleksi tanaman air Jalan Kenari II
Koleksi tanaman kayu Samping rumah anggrek
kipasan belang pijantung kecil
burung-madu kelapa raja-udang meninting
betet biasa, cekakak sungai sikep-madu Asia
burung-madu sriganti
3. Burung-burung endemik
1 6
9 12
Taman Teisjmann Koleksi palem
Koleksi tanaman kayu Koleksi tanaman obat
prenjak Jawa serindit Jawa
punai penganten, cinenen Jawa cabai Jawa
4. burung-burung menarik
lainnya 2
3 4
5 6
7 9
7
12 Depan Lab. Treub
Koleksi tanaman kayu Koompassia excelsa king tree
Koleksi tanaman air Koleksi palem
Jalan Kenari II Koleksi tanaman kayu
Jalan Kenari II Koleksi tanaman obat
tekukur biasa empuloh janggut
caladi ulam bondol Jawa
cucak kutilang cipoh kacat
takur ungkut-ungkut kepudang kuduk-hitam
walik kembang,cabai polos
Topik, Tema, dan Sub-Tema Interpretasi
Dalam perencanaan interpretasi wisata
birdwatching
di PKT KRB, semua data penelitian yang telah dikumpulkan dari berbagai sumber digunakan untuk
merumuskan dan mendukung pengembangan tema interpretasi. Hal pertama yang dilakukan sebelum membuat suatu tema interpretasi adalah menentukan topik
yang akan diinterpretasikan Lewis 2005. Topik yang dipilih sebagai dasar pengembangan tema interpretasi adalah
“burung” sebagai objek wisata
birdwatching
di PKT KRB. Formula untuk merumuskan suatu tema interpretasi menurut Mullins 1979
yaitu “tema = topik obyek + pesan yang ingin disampaikan kepada pengunjung”.
Pesan yang ingin disampaikan kepada pengunjung dapat diuraikan dalam bentuk materi interpretasi. Materi yang disampaikan adalah pengenalan jenis-jenis
burung, aktivitas, habitat dan penyebaran jenis-jenis burung yang potensial sebagai objek wisata, daya tarik dan keistimewaan burung, status konservasi dan
endemisitas burung, manfaat burung bagi kehidupan dan lingkungan, serta upaya konservasi untuk menjaga kelestarian burung. Oleh karena itu, tema besar yang
diangkat untuk interpretasi wisata
birdwatching
di PKT KRB adalah
“Mengintip Keanekaragaman Jenis Burung di PKT KRB”. Sub-tema yang dapat
dikembangkan untuk perencanaan interpretasi wisata
birdwatching
di PKT KRB adalah: 1 Mengenal Burung-Burung Air di PKT KRB, 2 Mengenal Burung-
Burung Endemik dan 3 Mengenal Burung-Burung yang Dilindungi.
4.5.2 Misi dan Tujuan Interpretasi
Veverka 1998 menyatakan, tanpa adanya misi, tujuan dan objektif yang jelas, maka perencanaan interpretasi tidak dapat dilakukan. Berdasarkan hal
tersebut, maka dibuat suatu misi, tujuan dan objektif dari interpretasi yang direncanakan agar dapat lebih mudah mengarahkan interpretasi yang akan dibuat.
Misi dari interpretasi wisata
birdwatching
di PKT KRB adalah menciptakan peluang bagi pengunjung untuk mengerti, menghargai dan mendapat pengalaman
berharga yang terkait dengan keanekaragaman jenis burung di PKT KRB sebagai objek interpretasi. Sehingga dapat tumbuh rasa cinta dan rasa ingin menjaga
burung-burung tersebut sebagai salah satu komponen keanekaragaman hayati dan meningkatkan minat pengunjung terhadap burung yang ada di PKT KRB.
Tujuan yang ingin dicapai terhadap interpretasi wisata
birdwatching
di PKT KRB adalah:
1 Pengunjung dapat mengerti mengenai materi interpretasi yang disampaikan
sehingga dapat mengaitkanmengintegrasikan hubungan antara burung dengan habitatnya.
2 Pengunjung menyadari bahwa PKT KRB memiliki peran penting sebagai
lokasi berlindung dari berbagai macam jenis burung. 3
Pengunjung dapat terinspirasi untuk berpartisipasi dalam menjaga keanekaragaman jenis burung di PKT KRB.
4.5.3 Sasaran Interpretasi
Jones
et. al.
2001, mengklasifikasikan wisatawan
birdwatching
menjadi 2 kategori, yaitu
general birdwatchers
dan
specialist birdwatchers
.
General birdwatchers
biasanya melakukan perjalanan wisata dengan anggota keluarga
mereka, sehingga kegiatan wisata lebih terorientasi pada aktivitas keluarga. Mereka lebih menyukai berpartisipasi dalam jenis wisata alam liar dibandingkan
berpartisipasi dalam perjalanan khusus untuk wisata
birdwatching
. Burung dapat merupakan nilai tambah atau bonus untuk seorang
general birdwatcher
yang melakukan kegiatan wisata alam
.
Sasaran pengunjung untuk kegiatan wisata
birdwatching
menurut Nature Tourism Planning 2005 dibagi menjadi dua, yaitu
untuk
casual wildlife watcher
dan
serious birdwatcher
.
Casual wildlife watcher
salah satunya adalah
sightseer
atau seseorang yang melakukan perjalanan wisata
untuk tujuan mencari pengalaman baru.
Serious birdwatcher
biasanya memiliki pengetahuan pengalaman yang lebih banyak mengenai burung dibandingkan
casual wildlife watcher
. Kardos
et. al.
1998 menyatakan bahwa pendidikan lingkungan perlu diterapkan mulai dari usia dini. Perubahan tingkah laku dan pembentukan karakter
seseorang akan terus berkembang, namun akan lebih efektif pada usia 8-12 tahun. UNESCO 1976 menyatakan bahwa tujuan dari pendidikan lingkungan dari usia
dini adalah untuk menghasilkan generasi yang memiliki keperdulian terhadap lingkungan sekitarnya dan memiliki pengetahuan, kemampuan, kebiasaan,
motivasi dan komitmen untuk bekerja secara individual maupun kelompok dalam upaya memberikan solusi terhadap suatu permasalahan ataupun dapat mencegah
permasalahan baru yang muncul di lingkungan UNESCO 1976. Berdasarkan tingginya minat pengunjung terhadap wisata
birdwatching
di PKT KRB dan pentingnya pendidikan lingkungan pada usia dini, maka pengunjung yang menjadi
sasaran program interpretasi wisata
birdwatching
di PKT KRB adalah pelajar SD dan pengunjung umum.
4.5.4 Waktu dan Lokasi Interpretasi Wisata
Birdwatching
Sebaran dan komposisi spesies di suatu kawasan turut berubah seiring dengan perubahan waktu dan musim karena dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti
cuaca, suhu, curah hujan, arah angin dan sebagainya Ziana 2005. Lambert 1992 menyatakan bahwa perubahan suatu habitat mengakibatkan beberapa jenis
burung mengubah perilaku makannya dan memperluas daerah jajahannya. Oleh sebab itu, program interpretasi untuk wisata
birdwatching
di PKT KRB dilakukan khusus pada bulan Mei dan Juni sesuai dengan bulan dilaksanakannya penelitian.
Waktu program interpretasi dilakukan mulai dari pagi hari pukul 06.00 hingga sore hari pukul 17.00. Namun, lebih baik apabila dilakukan pada pagi hari,
karena jenis burung yang dapat ditemukan akan lebih banyak.
Interpretasi wisata
birdwatching
di PKT KRB dapat dilakukan pada tiga jalur yang telah direncanakan, yaitu jalur burung air, jalur burung langka dan jalur
burung endemik. Namun, jalur utama yang dijadikan sebagai jalur interpretasi wisata
birdwatching
di PKT KRB antara lain adalah jalur burung langka, karena sebagian besar jenis burung yang disukai oleh pengunjung dapat dilihat dengan
mudah pada jalur ini. Jalur burung air dan jalur burung endemik merupakan jalur opsional apabila pengunjung menginginkan perpanjangan waktu dalam kegiatan
wisata
birdwatching
di PKT KRB. Lokasi untuk pelaksanaan program interpretasi wisata
birdwatching
di PKT KRB direncanakan sesuai berdasarkan keinginan pengunjung terhadap lamanya waktu kegiatan wisata
birdwatching
di PKT KRB dan jalur-jalur yang telah direncanakan sebelumnya. Skema jalur untuk
pelaksanaan program interpretasi wisata
birdwatching
di PKT KRB dapat dilihat pada Gambar 4.17. Titik-titik lokasi-pengamatan yang direncanakan untuk
pengembangan program interpretasi wisata
birdwatching
di PKT KRB antara lain adalah sepanjang jalur-jalur berikut:
A. Jalur utama Jalur burung langka
Jalur utama untuk program interpretasi wisata
birdwatching
di PKT KRB merupakan jalur burung langka dengan panjang jalur 1.3 km. Waktu yang
dibutuhkan untuk menelusuri jalur ini dengan asumsi kecepatan berjalan 2 kmjam adalah sekitar 39 menit berjalan kaki. Selain dapat ditemukan berbagai
jenis burung langkadilindungi, ada pula beberapa jenis burung lainnya seperti burung air. Jenis burung air yang hanya dapat ditemukan pada pagi hari mulai
dari pukul 06.00
– 08.00 adalah burung kareo padi yang dapat ditemukan pada lokasi koleksi tanaman air. Lokasi-lokasi menarik yang dilalui pada jalur ini
adalah kolam gunting, taman Meksiko, koleksi tanaman air, koleksi tanaman buah-buahan, jalan Kenari II, dan jalan Astrid.
B. Jalur kombinasi I jalur burung air dan burung langka
Panjang jalur kombinasi dari jalur burung air dan burung langka untuk wisata
birdwatching
di PKT KRB adalah 2.1 km. Waktu yang dibutuhkan untuk menelusuri jalur ini dengan asumsi kecepatan berjalan 2 kmjam adalah sekitar
63 menit. Lokasi-lokasi menarik yang dilalui pada jalur ini adalah kolam gunting, Istana Bogor, makam Belanda, taman Teisjmann, hutan depan
laboratorium Treub, taman Meksiko, koleksi tanaman air, koleksi tanaman buah-buahan, jalan Kenari II, dan jalan Astrid.
C. Jalur kombinasi II jalur burung air, burung langka, dan burung endemik
Panjang jalur kombinasi dari jalur burung air, burung langka dan burung endemik adalah 3.5 km. Waktu yang dibutuhkan untuk menelusuri jalur ini
dengan asumsi kecepatan berjalan 2 kmjam adalah sekitar 105 menit. Lokasi- lokasi menarik yang dilalui pada jalur ini adalah kolam gunting, Istana Bogor,
makam Belanda, taman Teisjmann, hutan depan laboratorium Treub, taman Meksiko, koleksi tanaman air, koleksi tanaman buah-buahan, jalan Kenari II,
jembatan merah, koleksi tanaman kayu, taman Lebak Sudjana Kassan dan jalan Astrid.
Gambar 4.17. Skema jalur untuk pelaksanaan program interpretasi wisata
birdwatching
di PKT KRB
4.5.5 Fasilitas dan Media Interpretasi
Fasilitas interpretasi merupakan salah satu kunci untuk mencapai keberhasilan dalam menyampaikan pesan-pesan kepada pengunjung Kardos
et. al
1998. Beberapa pertimbangan dalam perencanaan fasilitas interpretasi antara lain adalah: 1 fasilitas dapat menambah pengetahuan pengunjung, 2 fasilitas dapat
mengarahkan pengunjung ke suatu tempat, 3 fasilitas dapat memberikan informasi mengenai identitas obyek yang menjadi daya tarik wisata, dan 4
fasilitas dapat meningkatkan rasa keperdulian pengunjung terhadap lingkungan Ham 1992.
Salah satu fasilitas utama yang dapat disediakan adalah berupa ketersediaan SDM Sumber Daya Manusia sebagai
interpreterguide
. Seorang interpreter untuk wisata
birdwatching
di PKT KRB harus memahami segala sesuatunya mengenai keanekaragaman jenis burung di PKT KRB agar dapat menyampaikan
pesan-pesan yang ingin disampaikan kepada pengunjung dengan baik.
Interpreter
yang sudah terlatih dan mengerti tentang burung dapat mendampingi peserta dalam melakukan kegiatan wisata
birdwatching.
Salah satu alat utama yang digunakan untuk wisata
birdwatching
adalah binokuler. Oleh karena itu, dibutuhkan penyediaan fasilitas berupa tempat
penyewaan binokuler. Tempat penyewaan binokuler dapat ditempatkan di pusat informasi PKT KRB. Selain itu, dibutuhkan fasilitas interpretasi berupa media
interpretasi yang dapat menunjang kegiatan wisata
birdwatching
di PKT KRB. Berdasarkan hasil wawancara dengan pengunjung, media yang paling dibutuhkan
dalam mengikuti kegiata wisata
birdwatching
di PKT KRB secara berurutan adalah
booklet
buku informasi yang memuat peta jalur interpretasi dan jenis-jenis burung yang ada di PKT KRB, papan interpretasi dan diorama burung.
Peta Interpretasi memuat tentang jalur dan obyek interpretasi. Peta didesain dalam bentuk
booklet
agar mudah untuk dibawa kemana-mana. Selain itu,
booklet
yang dirancang memuat informasi-informasi mengenai 25 jenis burung potensial yang dapat ditemukan di PKT KRB.
Booklet
ini dapat dijadikan sebagai buku panduan bagi pengunjung untuk mengetahui gambaran dari jenis-jenis burung
potensial tersebut, sehingga pengunjung yang mengikuti kegiatan interpretasi wisata
birdwatching
di PKT KRB dapat dengan mudah mengidentifikasi jenis burung yang ditemukan pada saat pengamatan. Contoh
booklet
dapat dilihat pada Lampiran 3.
Ham 1992 menyatakan bahwa papan interpretasi merupakan media komunikasi staregis yang memuat informasi penting bagi pengunjung. Beberapa
persyaratan papan interpretasi antara lain adalah: 1 dapat digunakan oleh semua orang mulai dari anak-anak, orang tua, maupun orang cacat, 2 mudah dibaca, 3
didesain agar kuat terhadap cuaca dan vandalisme sehingga tidak memerlukan perawatan yang sulit, dan 4 posisi penempatan papan interpretasi hendaknya
sesuai dengan karakter lokasi dan obyek interpretasi. Papan interpretasi interpretasi yang dirancang di PKT KRB memuat informasi-informasi spesifik
mengenai potensi jenis burung yang dapat dijumpai pada titik-titik lokasi pengamatan yang telah ditentukan.
Diorama burung dapat digunakan untuk memberikan informasi tambahan kepada pengunjung mengenai keanekaragaman jenis burung yang ada di PKT
KRB. Diorama burung dapat berupa patung-patung dari beberapa jenis burung