Tenggara. Terputusnya populasi burung di PKT KRB dengan hutan di sekitarnya menyebabkan tidak adanya dukungan kelangsungan populasi. Menurut
Prawiradilaga
et. al.
2003, Elang merupakan salah satu indikator dari rusaknya lingkungan. Namun, dengan hadirnya jenis-jenis burung migrasi seperti sikep
madu Asia dan jenis-jenis burung yang baru ditemukan, habitat di PKT KRB dapat dikatakan masih baik.
Kekayaan jenis burung di PKT KRB memiliki jumlah yang sedikit jika dibandingkan dengan kawasan-kawasan konservasi lainnya seperti Taman
Nasional Gunung Halimun Salak yang memiliki 138 jenis burung Wisnubudi, 2004. Namun, bukan berarti PKT KRB tidak potensial untuk pengembangan
wisata
birdwatching.
Tersedianya program untuk wisata
birdwatching
serta adanya minat untuk mengikuti kegiatan tersebut merupakan peluang untuk
dilakukannya kegiatan wisata
birdwatching
di PKT KRB.
4.1.2 Frekuensi dan Sebaran Spasial Jenis Burung di Pusat Konservasi
Tumbuhan Kebun Raya Bogor
Sebaran jenis burung pada masing-masing lingkungan yang ada di PKT KRB berbeda-beda, hal ini disebabkan oleh perbedaan jenis habitat pada masing-
masing lingkungan. Marone 1991 menyatakan bahwa perbedaan jenis habitat akan mempengaruhi sebaran spasial jenis-jenis burung. Beberapa jenis burung
hanya ditemukan pada lingkungan tertentu saja, misalnya burung kowak-malam kelabu hanya dapat ditemukan di lingkungan 3 dan 4 saja karena diantara kedua
lingkungan ini terdapat kolam gunting yang merupakan habitat yang sesuai bagi burung air. Contoh lainnya yaitu sikep-madu Asia yang hanya dapat ditemukan
pada lingkungan 4 dan 9 saja. Hal ini karena lingkungan 9 merupakan lokasi dari koleksi tanaman kayu dengan tajuk yang tinggi dan pada lingkungan ini terdapat
banyak sarang lebah. Madu, sarang lebah, dan larva lebah merupakan salah satu sumber pakan sikep-madu Asia Bhardwaj 2009.
Jenis-jenis burung yang memiliki sebaran merata yang dapat ditemui pada 12 lingkungan yang ada di PKT KRB tercatat ada sembilan jenis dari total 48
jenis burung. Jenis-jenis burung tersebut berikut dengan total frekuensi pertemuan pada ke-12 lingkungan di PKT KRB secara berturut-turut adalah cucak kutilang
0.73, walet linchi 0.62, cabai Jawa 0.47, tekukur biasa 0.41, cekakak sungai 0.34, cipoh kacat 0.64, perenjak Jawa 0.15, cabai polos 0.15 dan burung-
madu kelapa 0.14. Jenis-jenis burung tersebut memiliki daya adaptasi yang tinggi pada keseluruhan lingkungan yang ada di PKT KRB. Hal ini dikarenakan
PKT KRB memiliki beranekaragam jenis tumbuhan. Jenis tumbuhan yang beranekaragam dapat menyediakan beranekaragam sumber-sumber makanan bagi
burung berupa serangga, buah, biji ataupun nektar dan sebagai implikasinya, pemilihan tanaman dengan waktu berbuah atau pun berbunga yang berbeda akan
lebih baik dalam penyediaan sumber pakan bagi burung Hernowo
et. al.
1989. Daftar sebaran dan total frekuensi pertemuan masing-masing jenis burung pada
ke-12 lingkungan yang ada di PKT KRB dapat dilihat pada Tabel 4.3.