Penyerapan Aggregat Abrasi Aggregat Kasar

22 2. Pindahkan contoh uji dari dalam air dan gulingkan pada suatu lembaran penyerap air sampai semua lapisan air yang terlihat hilang. Kerjakan hati-hati untuk menghindari penguapan air dari pori-pori aggregat dalam mencapai kondisi jenih kering permukaan. Tentukan nilainya. 3. Setelah ditentukan beratnya, segera tempatkan contoh uji di dalam wadah lalu tentukan beratnya di dalam air yang mempunyai kerapatan 997±2 kgm 3 pada temperatur 23±2 C. 4. Keringkan contoh uji tersebut sampai berat tetap pada temperatur 110±5 C, dinginkan pada temperatur kamar selama satu sampai tiga jam, atau sampai aggregat telah dingin pada suatu temperatur 50 C kemudian tentukan beratnya. Untuk spesifikasi berat jenis, di dalam SNI 1969-2008 menjelaskan bahwa nilai dari berat jenis curah kering, nilai berat jenis jenuh kering permukaan SSD dan nilai berat jenis semu minimal 2,5.

2.4.3 Penyerapan Aggregat

Tujuan penyerapan aggregat adalah untuk menentukan nilai penyerapan yang digunakan untuk menghitung perubahan massa aggregat karena air diserap dalam ruang pori dalam partikel penyusun aggregat. Menurut SNI 1969-2008, penyerapan aggregat adalah penambahan air dari suatu aggregat akibat air yang meresap ke dalam pori-pori. Sedangkan menurut Atkins 1983 penyerapan aggregat ialah perbandingan berat air yang dapat diserap quarry terhadap berat aggregat kering, dinyatakan dalam persen. Universitas Sumatera Utara 23 Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar penyerapan yang dilakukan oleh aggregat kasar. Pengujian ini dihitung setelah berat kering, berat ssd, dan berat jenuh aggregat telah dihitung. Pengujian ini menggunakan satuan persen. Untuk perhitungannya, dapat dimasukkan kedalam persamaan berikut : Penyerapan air = [ ] x100 Dimana : A : adalah benda berat uji kering oven gram. B : adalah berat benda uji kondisi jenuh kering permukaan di udara gram

2.4.4 Abrasi Aggregat Kasar

Tujuan pengujian abrasi adalah untuk mengetahui ketahanan aggregat yang dapat dicapai bilamana kekuatan aggregat tersebut kurang akibat keausan. Menurut Wright dan Dixon 2004 aggregat yang digunakan di dalam perkerasan jalan harus keras dan tahan terhadap beban yang berulang. Dan untuk menentukan kekerasan aggregat digunakan tes Los Angeles Abrasion. Pengujian Los angeles dapat disebut juga pengujian Rattler. Pengujian Rattler adalah pengujian ketahanan aggregat terhadap abrasi. Pengujian Rattler sebagian besar telah menggantikan Pengujian Deval untuk Abrasi. Oglesby dan Hicks, 1982 Menurut SNI 2417-2008 Pengujian ini sangat penting sebagai pegangan untuk menentukan kekuatan aggregat kasar terhadap keausan dengan menggunakan mesin abrasi Los Angeles. Tujuannya untuk mengetahui angka Universitas Sumatera Utara 24 keausan yang dinyatakan dengan perbandingan antara berat bahan aus terhadap berat semula dalam persen Umumnya ketika dilapangan pengujian ini menentukan apakah aggregat yang digunakan layak atau tidak. Karena pengujian ini berguna untuk mengetahui seberapa besar kekuatan material aggregat kasar itu sendiri. Tata cara pengujian abrasi ini adalah : 1. Pengujian ketahanan aggregat kasar terhadap keausan dapat dilakukan dengan salah satu dari tujuh cara berikut ini : Tabel 2.7 Daftar Gradasi dan Berat Uji Abrasi Sumber : SNI 2417-2008 2. Benda uji dan bola dimasukkan ke dalam mesnin abrasi Los Angeles 3. Putaran mesin dengan kecepatan 30-33 rpm; jumlah putaran gradasi A hingga D adalah 500 putaran dan untuk gradasi E hingga G adalah 1000 putaran 4. Setelah selesai pemutaran, keluarkan benda uji lalu disaring dengan saringan NO. 12 1,70 mm; butiran yang tertahan dicuci bersih lalu Ukuran Saringan Gradasi dan berat benda uji gram Lolos Saringan Tertahan Saringan A B C D E F G mm inchi mm inchi 75 3,0 63 2 ½ - - - - 2500±50 - - 63 2 ½ 50 2 - - - - 2500±50 - - 50 2 37,5 1 ½ - - - - 5000±50 5000±50 - 37,5 1 ½ 25 1 1250±25 - - - - 5000±25 5000±25 25 1 19 ¾ 1250±25 - - - - - 5000±25 19 ¾ 12,5 ½ 1250±10 2500±10 - - - - - 12,5 ½ 9,5 38 1250±10 2500±10 - - - - - 9,5 38 6,3 ¼ - - 2500±10 - - - - 6,3 ¼ 4,75 No.4 - - 2500±10 2500±10 - - - 4,75 No.4 2,36 No.8 - - - 2500±10 - - - Total 5000±10 5000±10 5000±10 5000±10 10000±10 10000±10 10000±1 Jumlah Bola 12 11 8 6 12 12 12 Berat Bola Gram 5000±25 4584±25 3330±20 2500±15 5000±25 5000±25 5000±25 Universitas Sumatera Utara 25 dikeringkan di dalam oven bertemperatur 110 C ± 5 C sampai berat tetap. 5. Jika material contoh uji homogen, pengujian cukup dilakukan dengan 100 putaran, dan setelah selesai pengujian disaring dengan saringan No.12 1,70 mm tanpa pencucian. Perbandingan hasil pengujian antara 100 putaran dan 500 putaran agregat tertahan di atas saringan No. 12 1,70 mm tanpa pencucican tidak boleh lebih besar dari 0,20 6. Metode pada butir 5. Tidak berlaku untuk pengujian material dengan metode ASTM C 535-96. Karena pengujian ini menggunakan Gradasi A Sesuai SNI 2417-2008 maka, diperlukan 12 buah bola baja berdiameter ±4,68 cm dan berat masing- masing bola baja berkisar antara 390 gram sampai dengan 445 gram. Gambar 2.6 Bola Baja Mesin yang digunakan bernama mesin Los Angeles yang terdiri dari silinder baja tertutup pada kedua sisinya dengan diameter dalam 711 mm 28 inci panjang dalam 508 mm 20 inci; silinder bertumpu pada dua poros pendek yang tak menerus berputar pada poros mendatar; silinder berlubang untuk memasukkan sampel; penutup lubang terpasang rapat sehingga permukaan dalam silinder tidak Universitas Sumatera Utara 26 terganggu; di bagian dalam silinder terdapat bilah baja melintang penuh setinggi 89 mm 3,5 inci. Gambar 2.7 Mesin Los Angeles Prosedur perhitungan pengujian ini dapat digunakan persamaan : Keausan = x 100 Dimana : a : adalah berat benda uji semula, dinyatakan dalam gram. b : adalah berat benda uji tertahan No. 12 1,70 mm, dinyatakan dalam gram.

2.4.5 Kelekatan Aggregat terhadap Aspal