Gradasi Aggregat Karakteristik Spesifikasi Aggregat

16 Tabel 2.4 Karakteristik Agregat Kasar untuk Lapisan Pondasi dan Lapisan Permukaan No Uraian Pemeriksaan Aggregat Metode Pengujian Spesifikasi 1 Pemeriksaan Gradasi Agregat Divisi 5 Bina Marga 2010 Revisi 2 Tertahan ayakan No.10 2 Pemeriksaan Berat Jenis SNI 1969 - 2008 Min 2,5 3 Pemeriksaan Penyerapan Aggregat SNI 1969 - 2008 Maks 3 4 Pemeriksaan Keausan dengan mengunakan mesin Los Angeles SNI 2417 - 2008 Maks 40 5 Pemeriksaan Kelekatan Aggregat terhadap Aspal SNI 2439 - 2011 95 6 Pemeriksaan Indeks Kelonjongan Aggregat RSNI T-01-2005 Maks 10 7 Pemeriksaan Indeks Kepipihan Aggregat RSNI T-01-2005 Maks 10 8 Kekekalan bentuk aggregat terhadap larutan Natrium Sulfat SNI 3407 - 2008 Maks 12 Sumber : Bina Marga 2010 Revisi 2

2.4.1 Gradasi Aggregat

Tujuan gradasi adalah untuk memperoleh distribusi besaran atau jumlah presentase butiran aggregat kasar. Menurut Hardiyatmo 2011 gradasi aggregat adalah aggregat yang terdistribusi dari ukuran besar hingga ukuran kecil. Gradasi ditentukan oleh material yang lolos dari berbagai macam ukuran saringan yang disusun bertahap. Sedangkan menurut Wright dan Dixon 2004 gradasi aggregat adalah campuran ukuran partikel aggregat yang mempengaruhi berat jenis, kekuatan, dan keekonomisan dari struktur jalan. Menurut Oglesby dan Hicks 1982 untuk gradasi aggregat, aggregat yang dipilih harus dikontrol setiap jenis dan ukurannya Universitas Sumatera Utara 17 melalui ayakan standar. Dalam kasus campuran, perbedaan sifat dalam bahan, kesalahan dalam sampling dan pengujian, dan penggumpalan baik di dalam sampel dan dalam penanganan campuran dalam jumlah besar dapat berarti bahwa analisis ayakan mungkin tidak betul-betul menggambarkan bahan yang sesungguhnya digabungkan. Menurut Oglesby dan Hicks 1982 gradasi aggregat dapat dibedakan menjadi 3 bagian yaitu : 1. Gradasi seragam uniform graded Gradasi seragam adalah aggregat dengan ukuran yang hampir sama atau sejenis atau mengandung aggregat halus yang sedikit jumlahnya sehingga tidak dapat mengisi rongga antar aggregat. Disebut juga dengan gradasi terbuka. 2. Gradasi rapat dense graded Gradasi rapat merupakan campuran aggregat kasar dan halus dalam porsi yang berimbang sehingga dinamakan juga aggregat bergradasi baik 3. Gradasi Buruk poorly graded Gradasi buruk adalah gradasi aggregat dimana campuran aggregat disini tidak memenuhi dua kategori di atas. Aggregat bergradasi buruk yang umum digunakan untuk lapisan perkerasan lentur adalah gradasi celah gap graded, yang merupakan campuran aggregat dengan satu fraksi hilang yang sering juga disebut gradasi senjang. Untuk analisa gradasi, aggregat dapat di plot menggunakan grafik analisa yang terdiri atas ayakan 2½”, 2”, 1½”, 1”, ¾”, ½”, 38”, 4, 8, 16, 30, 40, 50, 100 dan 200. Didalam analisa gradasi, ada persyaratan khusus yang harus Universitas Sumatera Utara 18 diperhatikan yaitu kurva Fuller dan daerah larangan restricted zone. Kurva Fuller adalah kurva gradasi dimana kondisi campuran memiliki kepadatan maksimum dengan rongga diantara mineral aggregat minimum. Suatu campuran dikatakan bergradasi sangat rapat ditentukan bila presentase rumus dari masing- masing saringan memenuhi persamaan berikut : P = 100 n Dimana : d = Ukuran saringan yang ditinjau D = Ukuran aggregat maksimum dari gradasi tertentu n = 0,35 – 0,45 Gambar 2.5. Contoh Perhitungan Kurva Fuller Sumber: Google.com Universitas Sumatera Utara 19 Dibawah ini akan ditampilkan syarat gradasi yang digunakan dalam perencanaan perkerasan jalan raya : Tabel 2.5 Gradasi Lapisan Pondasi Aggregat Ukuran Ayakan Persen Berat yang Lolos ASTM mm Kelas A Kelas B Kelas S 2” 50 – 100 - 1 ½” 37,5 100 88 – 95 100 1 25 79 – 85 70 – 85 89 - 100 38” 9,5 44 – 58 30 – 65 55 – 90 No.4 4,75 29 – 44 25 – 55 40 – 75 No.10 2 17 – 30 15 – 40 26 – 59 No.40 0,425 7 – 17 8 – 20 12 – 33 No.200 0,0075 2 – 8 2 – 8 4 – 22 Sumber : Bina Marga 2010 Revisi 2 Tabel 2.6 Gradasi Lapisan Permukaan Jalan Tanpa Penutup Aspal Ukuran Ayakan Persen Berat yang Lolos ASTM mm 34” 19 100 No. 4 4,75 51-74 No. 40 0,425 18-36 N0. 200 0,075 10-22 Sumber : Bina Marga 2010 Revisi 2

2.4.2 Berat Jenis Aggregat