28
Gambar 2.8 Contoh Pengujian Kelekatan Aggregat terhadap Aspal.
2.4.6 Indeks Kepipihan dan Kelonjongan Aggregat
Menurut RSNI T 01-2005, aggregat berbentuk lonjong adalah butiran aggregat yang mempunyai rasio panjang terhadap lebar lebih besar dari nilai yang
ditentukan dalam spesifikasi. Aggregat berbentuk pipih adalah butiran aggregat yang mempunyai rasio lebar terhadap tebal lebih besar dari nilai yang ditentukan
dalam spesifikasi. Pengujian ini meliputi penentuan presentasi partikel pipih, partikel
lonjong, atau partikel pipih lonjong pada aggregat kasar. Aggregat yang pipih memiliki kelemahan yaitu kurang bisa menerima
beban kejut dari kendaraan serta lemah dalam interlocking satu sama lain. Ketika aggregat yang pipih menerima beban kejut, kemungkinan aggregat itu untuk
menahan beban dibandingkan dengan aggregat tersebut akan lebih besar kemungkinan aggregat tersebut patah terlebih dahulu Wright dan Dixon, 2004.
Pengujian ini digunakan untuk menetapkan kaidah dan tata cara penentuan presentase dari butiran aggregat kasar berbentuk pipih, lonjong, atau tidak pipih
dan tidak lonjong.
Universitas Sumatera Utara
29
Pengujian ini membutuhkan aggregat yang tertahan pada ayakan 1”, 34”, 12, dan 38”. Pengujian ini menggunakan alat yang bernama Alat Jangkar Ukur
Rasio. Alat ini terdiri dari plat dasar dengan dua tonggak tetap dan sebuah lengan yang dapat diatur bukaannya dengan perbandingan yang konstan. Posisi sumbu
dapat disesuaikan dengan perbandingan ukuran bukaannya. Alat ini bisa diatur dengan perbandingan 1:2, 1:3, dan 1:5. Fungsi dari alat ini adalah untuk
mengukur aggregat yang telah di ayak untuk mendapatkan rasio lebar terhadap tebal, panjang terhadap lebar, atau panjang terhadap tebal.
Gambar 2.9 Alat Jangkar Ukur Rasio Prosedur perhitungan pengujian ini digunakan persamaan :
a. Kepipihan :
Kepipihan F =
Dimana : F
: adalah nilai rata-rata kepipihan, dinyatakan dalam persen . P
1
..P
n
: adalah persentase butiran aggregat yang tertahan pada masing-masing ukuran saringan.
Universitas Sumatera Utara
30
Pt : adalah total presentase butiran aggregat yang tertahan pada
ukuran ayakan lebih besar dari 38”. f
1
...f
n
: adalah persentase butiran aggregat yang pipih pada masing- masing ukuran saringan.
b. Kelonjongan :
Kelonjongan E =
Dimana : E
: adalah nilai rata-rata kelonjongan, dinyatakan dalam persen . P
1
..P
n
: adalah persentase butiran aggregat yang tertahan pada masing-masing ukuran saringan.
Pt : adalah total persentase butiran aggregat yang tertahan pada
ukuran ayakan lebih besar dari 38”.
e
1
...
e
n
: adalah persentase butiran aggregat yang lonjong pada masing- masing ukuran saringan.
c. Tidak Pipih dan Tidak Lonjong :
NFNE = Dimana :
NFNE : adalah nilai rata-rata butiran yang tidak pipih dan tidak
lonjong, dinyatakan dalam persen . P
1
..P
n
: adalah persentase butiran aggregat yang tertahan pada masing-masing ukuran saringan.
Universitas Sumatera Utara
31
Pt : adalah total persentase butiran aggregat yang tertahan
pada ukuran ayakan lebih besar dari 38”.
N
f
N
e1
...
N
f
N
en
: adalah persentase butiran aggregat yang lonjong pada masing-masing ukuran saringan.
2.4.7 Kekekalan Aggregat