8
a. Hubungan  antara  lingkungan  dan  teknologi  eksploitatif  atau
deduktif. b.
Hubungan antara pola-pola “perilaku” dan teknologi eksploitatif. c.
Seberapa  jauh  pola-pola  “perilaku”  itu  mempengaruhi  sektor- sektor lain dari kebudayaan Steward, 1955: 40-41.
Steward mengemukakan tujuan utamanya adalah penjelasan tentang asal-usul ciri-ciri  kebudayaan  tertentu.  Akan  tetapi,  pendekatannya  adalah;  pertama  untuk
menunjukkan bagaimana suatu ciri  kebudayaan dan ciri  lingkungan saling berkaitan secara fungsional, dan kedua, untuk menunjukkan bahwa hubungan yang samadapat
berulang  di  daerah-daerah  yang  secara  historis  berlainan.  Semua  orang  mengakui bahwa  sebagai  manusia  memiliki  kedudukan  yang  tinggi  bahkan  sebagian  besar
manusia  menganggap  sebagai  makhluk  yang  tertinggi.  Kedudukam  yang  tinggi  itu juga telah mengakibatkan munculnya beberapa karya mausia  yang hebat  dan takkan
ada  makhluk  lainnya  yang  sanggup  menyamainya.    Manusia  adalah  makhluk  yang ada  dan  keberadaannya  didunia  ini  untuk  mengadakan  sesuatu,  ataudengan  istilah
lebih  singkat,  manusia  ada  untuk  berbuat.  Manusia  adalah  makhluk  yang  memiliki kebebasan  dalam  hidup,  yang  mampu  berkreasi,  bebas  dan  terbuka,  bertanggung
jawab, namun memiliki keterbatasan
1.2.2. Pinggiran Kota
Kota  menurut  definisi  universal  adalah  sebuah  area  urban  yang  berbeda  dari desa ataupunkampong berdasarkan ukuranya, kepadatan penduduk, kepentingan atau
status  hukum.  Beberapa  definisi  secara  etimologis “kota”  dalam bahasa
lain seperti dalam bahasa Cina, kota artinya dinding dan dalam bahasa Belanda
Universitas Sumatera Utara
9
kuno, tuiin, bisa berarti pagar. Jadi dengan demikian kota adalah batas. Selanjutnya masyarakat  perkotaan  sering  disebut  juga  urban  community.  Pengertian  masyarakat
kota  lebih  ditekankan  pada  sifat-sifat  kehidupanya  serta  cirri-ciri  kehidupanya  yang berbeda dengan masyarakat pedesaan.
Membahas  masyarakat  perkotaan  sebetulnya  tidak  dapat  dipisahkan  dengan masyarakat desa karena antara desa dengan kota ada hubungan konsentrasi penduduk
dengan gejala-gejala sosial  yang dinamakan urbanisasi,  yaitu perpindahan penduduk dari  desa  kekota.  Masyarakat  perkotaan  merupakan  masyarakat  urban  dari  berbagai
asaldesa  yang  bersifat  heterogen  dan  majemuk  karen  terdiri  dari  berbagai  jenis pekerjaankeahlian dan datang dari berbagai ras, etnis, dan agama.
Mereka datang ke kota dengan berbagai kepentingan dan melihat kota sebagai tempat  yang  memiliki  stimulus  rangsangan  untuk  mewujudkan  keinginan.  Maka
tidaklah  aneh  apabila  kehidupan  di  kota  diwarnai  oleh  sikap  yang  individualistis karena mereka memiliki kepentingan yang beragam. Lahan pemukiman di kota relatif
sempit  dibandingkan  di  desa  karena  jumlah  penduduknya  yang  relatif  besar  maka mata pencaharian yang cocok adalah disektor formal seperti pegawai negeri, pegawai
swasta dan di sektor non-formal seperti pedagang, bidang jasa dan sebagainya. Sektor pertanian kurang tepat dikerjakan di kota karena luas lahan menjadi masalah apabila
ada  yang  bertani  maka  dilakukan  secara  hidroponik.  Kondisi  kota  membentuk  pola perilaku  yang  berbeda  dengan  di  desa,  yaitu  serba  praktis  dan  realistis.
Ciri-ciri masyarakat kota urban antara lain :
Universitas Sumatera Utara
10
1. Kehidupan keagaam berkurang, karena cara berpikir yang rasional dan
cenderung sekuler 2.
Sikap mandiri yang kuat  dan tidak terlalu tergantung pada orang lain sehingg cenderung individualistis
3. Pembagian kerja sangat jelas dan tegas berdasarkan tingkat kemampuan
keahlian 4.
Hubungan antar individu bersifat formal dan interaksi antar warga berdasarkan kepentingan.
5. Sangat menghargai waktu sehingga perlu adanya perencanaan yang matang.
6. Masyarakat cerderung terbuka terhadap perubahan di daerah tertentu slum
7. Tingkat pertumbuhan penduduknya sangat tinggi
8. Kontrol sosial antar warga relatif rendah
9. Kehidupan bersifat non agraris dan menuju kepada spesialisasi keterampilan
10. Mobilitas sosialnya sangat tinggi karena penduduknya bersifat dinamis,
memamanfaatkan waktu dan kesempatan, kreatif, dan inovatif.
Sementara  itu  daerah  Kampung  Susuk  yang  menjadi  fokus  penelitian  ini merupakan  daerah  pinggiran  kota.  Daerah  pinggiran  kota  urban  fringer
didefenisikan  sebagai  daerah  pinggiran  kota  yang  berada  dalam  proses  transisi  dari daerah  pedesaan  menjadi  perkotaan.  Sebagai  daerah  transisi,  Kampung  Susuk  ini
berada dalam tekanan kegiatan-kegiatan perkotaan yang meningkat  yang berdampak pada perubahan fisikal termasuk konvensi lahan pertanian dan non pertanian dengan
berbagai dampaknya. Berikut adalah defenisi pinggiran kota :
Universitas Sumatera Utara
11
  Kawasan dimana tata guna lahan rural dan urban bertemu dan mendesak, di periferi kota modern
  Suatu  kawasan  yang  letaknya  terletak  di  luar  perbatasan  kota  yang  resmi, tetapi masih dalam jarak melaju commuting distance
  Kawasan  di  luar  kota  yang  penduduknya  berkiblat  ke  kota  urban  oriented residents
  Suatu  kawasan  pedesaan  yang  terbuka  yang  dihuni  oleh  orang-orang  yang bekerja di dalam kota
  Suatu daerah tempat pertemuan orang-orang yang memerlukan kehidupan di kota dan di desa
Russwurm 1987 dalam Koestoer 1997 mengatakan bahwa daerah pinggiran kota mempunyai  konotasi  yang luas. Secara keruangan dalam batasan fisik, wilayah
ini mencakup radius sekitar 50 km pada suatu kota. Daerah pinggiran kota atau urban fringe  ditandai  oleh  beberapa  karakteristik  seperti,  peningkatan  harga  tanah,
perubahan fisik penggunaan tanah, perubahan komposisi penduduk dan tenaga kerja, serta berbagai aspek sosial lainnya. Jelasnya, pengertian dasar daerah pinggiran kota
termasuk  didalamnya  suatu  region  sebagai  wilayah  peralihan,  sebagai  tempat bermukim masyarakat daerah pinggiran kota dan dengan demikian mencakup semua
aspek  interaksi,  perilaku  social,  dan  struktur  fisik  secara  spasial  sistem  yang  lebih tinggi,  yaitu  kota.  Jadi,  daerah  pinggiran  kota  merupakan  bagiab  dalam  kawasan
Universitas Sumatera Utara
12
sistem konurbasi
3
suatu kota. Diantara daerah perkotaan, daerah pedesaan, dan daerah pinggiran  kota,  ternyata  daerah  daerah  pinggiran  kota  memberikan  peluang  paling
besaruntuk  usaha-usaha  produktif  maupun  peluang  paling  menyenangkan  untuk bertempat tinggal.
Whynne  Hammond  dalam  Muhlisin:2003  mengemukakan  lima  alasan tumbuhnya pinggiran kota sebagai berikut:
1. Peningkatan pelayanan transportasi kota, baik itu berupa pelayanan angkutan
umum ataupun jaringan jalan yang memadai. 2.
Pertumbuhan penduduk, diaman pertumbuhan disebabkan oleh berpindahnya sebagian penduduk dari bagian pusat kota ke bagian pinggiran dan masuknya
penduduk dari pedesaan. 3.
Meningkatnya taraf hidup masyarakat. 4.
Gerakan pendirian bangunan pada masyarakat. Pemerintah membantu mereka yang ingin memiliki rumah sendiri melalui pemberian kredit lewat jasa suatu
bank yang ditunjuk. 5.
Dorongan  dari  hakikat  manusia  sendiri,  dimana  merupakan  sifat  dasar manusia untuk mendapatkan yang terbaik.
Pada wilayah Kampung Susuk kelima alasan di atas juga menjadi faktor yang mempengaruhi  pesatnya  pemukiman  yang  terjadi  di  wilayah  tersebut  baik  pada
pemukiman  teratur  maupun  pemukiman  tidak  teratur.  Hal  ini  mengingat  daerah
3
Menurut Wikipedia Konurbasi adalah sebuah wilayah perkotaan yang terdiri dari beberapa kota
, yang dikarenakan pertumbuhan populasi dan pengembangan, telah secara fisik menjadi satu wilayah
yang terus membanung.
Universitas Sumatera Utara
13
tersebut  berada  berbatasan  dengan  kampus  sebagai  daerah  ideal  bagi  pemukim  di wilayah tersebut.
1.2.3. Pemukiman