Warkop Warung Kopi Sebagai Wadah Pergaulan Masyarakat Kampung Susuk

72 hingga kebersihan nya. Banyak laundry yang telah ada sekarang ini, menggunakan cuci mesin. Hal ini di karenakan lebih efisien, lebih cepat, dan tidak memakan banyak tenaga. Usaha laundry di daerah Universitas Sumatera Utara terutama di Kampung Susuk sangat menjanjikan, namun tidak jarang para pengusaha laundry juga menghadapi hambatan dalam menjalani usaha mereka. Seperti banyaknya kompetitor atau pesaing yang sudah membuka usaha serupa serta waktu yang lebih cepat dalam pengerjaan yang diminta oleh konsumen dan lain sebagainya. Dari gambaran di atas, dapat kita lihat bahwa trend mencuci di laundry sudah menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat, selain dapat meringankan pekerjaan cuci dan setrika, usaha laundry juga memberikan kualitas yang baik dengan harga terjangkau.

3.5. Warkop Warung Kopi Sebagai Wadah Pergaulan Masyarakat Kampung Susuk

Warung kopi bagi masyarakat di Medan khususnya di Kampung Susuk merupakan tempat dimana masyarakat berkumpul untuk sekedar melepas lelah, tempat mengawali hari sebelum melaksanakan aktivitas rutin, atau menghabiskan waktu yang dianggap bermanfaat dibandingkan melakukan kegiatan seperti tidur, jalan-jalan tanpa tujuan dan sebagainya. Kebiasaan masyarakat Kampung Susuk yang sering berada di warung kopi menimbulkan opini negatif dari kebanyakan orang ada di Kampung Susuk khususnya kaum perempuan dalam hal ini mahasiswi yang tinggal di Kampung Susuk tersebut. Universitas Sumatera Utara 73 Dalam hal ini peneliti mencoba untuk datang langsung dan mengamati sambil menghabiskan waktu di warung kopi melihat bahwa aktifitas di warung kopi merupakan sebuah dinamika yang menjelaskan bahwa disana telah terbentuk berbagai opini publik, salah satunya adalah aktifitas warung kopi terhadap masyarakat di Kampung Susuk. Warung kopi merujuk kepada sebuah organisasi yang secara pokok menyediakan kopi atau minuman panas lainnya. Dari suatu pengamatan langsung, warung kopi banyak memberikan layanan sebagai pusat-pusat interaksi sosial, warung kopi dapat memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk berkumpul, berbicara, bermain, menghibur satu sama lain, atau membuang waktu, baik secara individu atau dalam kelompok kecil. Bahkan warung kopi menjadi tempat tidur yang nyaman bagi pengunjungnya. Ngopi adalah ungkapan terhadap orang yang ingin menikmati kopi atau minuman lainnya atau sekedar duduk-duduk diwarung kopi dan mengobrol sesama pengunjung warung kopi. Melihat kejadian yang ada di warung kopi kini muncul menjadi sebuah identitas yang melekat bagi para penikmatnya, tidak hanya tingkat kenikmatan semata, gaya hidup dan gaya yang khas, tetapi kini fungsinya semakin mendapatkan hati masyarakat. Selain terjangkau harganya, nilai yang nyata di warung kopi juga menjadi hiburan yang tak tergantikan dari kehidupan masyarakat. Bukan hanya di Simalingkar saja warung kopi dijadikan sebagai wadah atau tempat yang nyaman selain rumah untuk berkomunikasi, bersenang-senang, santai ataupun beristirahat sejenak. Universitas Sumatera Utara 74 Di lain daerah di kota Medan juga memiliki penilaian tersendiri terhadap warung kopi bahkan di daerah Indonesia lainnya. Warung kopi menjadi tanda yang mengukuhkan keberadaan baru bagi masyarakat, melalui bertemunya beragam orang, suku, agama, lembaga, status sosial dan bahkan identitas yang multikultur. Dalam pandangan yang lebih luas, warung kopi juga bagian dari subkultur yang mempertemukan berbagai budaya dan identitas baru. Tetapi ngopi juga bukan sekadar soal keakraban, didalamnya kerap terjadi pertukaran informasi, wacana, dan pengembangan wawasan, bahkan hiburan sekalipun. Pada awalnya ngopi “hanyalah aktifitas mengisi waktu luang dan tempat untuk istirahat dari kepenatan ”. Namun, perkembangannya kini warung kopi menjadi sebuah tempat yang penting untuk menghabiskan waktu luang maupun waktu beraktifitas sehari-hari. Dari berbagai suku yang berbeda warung kopi memiliki peran yang benar-benar memberikan ruang untuk berkreasi, berdiskusi, hiburan walaupun muncul konflik –konflik kecil didalamnya. Tetapi dalam beberapa hal, warung kopi juga didirikan dengan latar belakang yang berbeda. Lebih jauh lagi, aktifitas warung kopi ini, membentuk kultur dan kebiasaan baru dalam berbagai sektor kehidupan, misalnya ekonomi dan sosial. Bagi sebagian pecinta kopi, menikmati secangkir kopi mungkin hal yang biasa dilakukan di waktu senggang dan bisa dilakukan dimana saja. Namun bagi kalangan tertentu menikmati kopi bukan hanya bagaimana merasakan sensasi manis dan pahit, tetapi bagaimana muatan yang menyertai aktifitas itulah yang akan berdampak lebih luas. Misalnya para eksekutif muda akan menikmati secangkir kopi dengan menjalankan aktifitas Universitas Sumatera Utara 75 dengan relasi bisnisnya. Begitu juga dengan mahasiswa, menikmati secangkir kopi hanya bermakna jika dilakukan di warung kopi yang diselingi dengan diskusi kecil. Orang tua sekalipun menjadikan warung kopi salah satu daya tarik yang tidak lepas dari kehidupan sehari-hari bahkan warung kopi menjadi rumah kedua bagi mereka. Penikmat kopi juga beragam, mulai dari buruh bangunan hingga para pejabat. Tidak ada sekat dalam hal siapa peminat kopi. Ini membuktikan bahwa warung kopi mempunyai potensi kultural yang dapat menggiring masyarakat ke arah pembauran sosial. Ini tidak lepas dari salah satu manfaat warung kopi yaitu sebagai tempat menemukan ide dan gagasan. Bahkan, bagi para penikmat kopi, warung kopi adalah sumber informasi dan inspirasi. Bagi pecinta kopi, menikmati kopi dengan racikan sendiri di rumah atau di tempat kerja akan terasa berbeda ketika mereka menikmati kopi di warung kopi. Entah karena racikannya atau suasananya, kita tidak tahu. Tetapi kemungkinan, faktor kejadian ini adalah bagaimana situasi dan kondisi dalam menikmati kopi mempengaruhi rasa dalam ngopi itu sendiri. Dan yang aneh lagi adalah masing- masing warung kopi memiliki kekhasan rasa tersendiri yang tidak bisa ditemukan di tempat lain. Berangkat dari realitas itulah, kebiasaan ngopi bagi masyarakat Indonesia bukanlah menjadi sebuah realitas yang tidak bisa dipandang sebelah mata. Akan tetapi, lebih dari itu ngopi menjadi sebuah gaya hidup life style masyarakat. Kebiasaan masyarakat yang seiring waktu telah berubah menjadi kebutuhan masyarakat inilah yang nantinya bisa menjadi sebuah subkultur tersendiri di Universitas Sumatera Utara 76 masyarakat Indonesia. Apalagi interaksi sosial yang terjadi di warung kopi membuat suasana menjadi hidup dan malahan membuat betah meskipun terjadi konflik kecil yang mewarnai aktifitas yang ada di warung kopi . Dari obrolan kecil hingga obrolan yang memanas kerap terjadi di warung kopi . Permainan kartu dan catur menjadi hiburan tersendiri bagi penikmat warung kopi untuk mengisi kekosongan. Bahkan tidak jarang orang yang baru pulang kerja menyempatkan waktu nya terlebih dahulu di warung kopi hanya sekedar minum kopi dan ngobrol sesama pengunjung. Hal yang tak kalah menariknya yaitu keberadaan warung kopi secara tidak langsung mempunyai efek terhadap kegiatan masyarakat di suatu tempat, misalnya dalam hal etos kerja . Memang bila di kaji lebih jauh, tinggi rendahnya etos kerja masyarakat ditentukan oleh pribadi demi pribadi dari masyarakat tersebut. Namun, jika kita mau jujur, keberadaaan warung kopi bagi sebahagian masyarakat akan berakibat turunnya etos kerja. Selain sisi negatifnya, warung kopi juga mempunyai sisi positif. Banyak contoh yang bisa diurutkan sebagai sisi positif warung kopi. Program pemerintah, obrolan politik, obrolan ekonomi, dan sosial dijadikan bahan obrolan dan perdebatan di warung kopi . Warung kopi pada dasarnya adalah tempat dimana penjual minuman kopi dan pembeli minuman kopi ataupun sesama pembeli minuman kopi bertemu, bubuk kopi dan gula telah diseduh dan dihidangkan di meja, maka warung kopi memperlihatkan peranan dan fungsinya, bukan hanya sekedar mendapatkan segelas kopi yang harganya tiga ribu sampai enam ribu rupiah per gelas . Tetapi juga sebagai suatu Universitas Sumatera Utara 77 media interaksi antara sesama pengunjung warung kopi ataupun dengan penjual minuman kopi . Di pasar atau di toko, penjual dan pembeli ataupun sesama pembeli saling bertemu. Tapi pertemuan dan interaksi berlangsung dalam waktu relatif singkat. Setelah semua selesai belanja dipesan dan dibayar, maka berakhirlah interaksi mereka. Tidak lah demikian halnya dengan di warung kopi, yang antara pembeli dan penjual dan antara sesama pembeli terlibat komunikasi yang relatif panjang, dan bahkan ada kemungkinan perbincangan tersebut terulang lagi untuk esok harinya. Adanya tenggang waktu yang cukup lama antara penjual dan pembeli dan antara pembeli dan pembeli membuat warung kopi mempunyai keunikan tersendiri. Warung kopi dengan segala kesederhanaannya telah memperlihatkan peranan dan fungsinya sebagai sarana interkasi sosial yang sangat potensial. Fungsi sosial warung kopi sebagai pusat kegiatan ekonomi dapat dilihat dalam perubahan-perubahan yang terjadi dibidang produksi, konsumsi, dan distribusi. Warung kopi dapat juga dikatakan sebagai pusat kebudayaan dalam lingkup yang sederhana, dalam hal ini dapat dilihat pada perubahan-perubahan sosial budaya sebagai akibat dari pembaruan dan pembauran. Dengan demikian terlihat bahwa warung kopi bukan hanya tempat berjual beli semata, namun juga mempunyai fungsi lain bagi masyarakat yang bersangkutan. Alasan-alasan itu lah menjadi daya tarik warung kopi yang begitu mempesona bagi penikmatnya. Dari siang hingga malam warung kopi membuat cerita yang tidak pernah habis untuk di perbincangkan. Universitas Sumatera Utara 78 Istilah ruang publik public space pernah dilontarkan Lynch Ruang publik diartikan sebagai ruang bagi diskusi kritis yang terbuka bagi semua orang. Pada ruang publik ini, warga privat private person berkumpul untuk membentuk sebuah publik dimana nalar publik ini akan diarahkan untuk mengawasi kekuasaan pemerintah dan kekuasaan negara. Ruang publik mengasumsikan adanya kebebasan berbicara dan berkumpul, pers bebas, dan hak secara bebas berpartisipasi dalam perdebatan politik dan pengambilan keputusan. Lebih lanjut, ruang publik dalam hal ini terdiri dari media informasi seperti surat kabar dan jurnal. Juga termasuk dalam ruang publik adalah tempat minum dan warung kopi, balai pertemuan, serta ruang publik lain dimana diskusi sosio-politik berlangsung. Dengan menyebutkan bahwa ruang publik adalah nodes dan landmark yang menjadi alat navigasi didalam kota . Gagasan tentang ruang publik kemudian berkembang secara khusus seiring dengan munculnya kekuatan civil society. Dalam hal ini filsuf Jerman, Jurgen Habermas, dipandang sebagai penggagas munculnya ide ruang publik. Jurgen Habermas memperkenalkan gagasan ruang publik pertama kali melalui bukunya yang berjudul The Structural Transformation of the Public Sphere: an Inquire Into a Category of Bourjuis Society yang diterbitkan sekitar tahun 1989. Menurut Koentjaraningrat 1994 masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat tertentu yang bersifat kontinyu dan terikat oleh suatu rasa identitas yang sama. Dalam menganalisa proses proses interaksi antara individu dalam masyarakat, harus membedakan dua hal yaitu : 1 kontak, dan 2 komunikasi. Kontak antara Universitas Sumatera Utara 79 individu juga tidak hanya mungkin pada jarak dekat, misalnya berhadapan muka,namun juga bisa menggunakan alat kebudayaan seperti tulisan,buku ,surat kabar ataupun telepon. Sedangkan komunikasi muncul setelah kontak terjadi Koentjaraningrat, 2002 : 162. Sejalan dengan itu Koentjaraningrat memperjelas bahwa dalam Sartini 2009:30 nilai budaya terdiri dari konsepsi-konsepsi yang hidup dalam alam fikiran sebahagian besar warga masyarakat mengenai hal-hal yang mereka anggap amat mulia. Sistem nilai yang ada dalam suatu masyarakat dijadikan orientasi dan rujukan dalam bertindak. Oleh karena itu, nilai budaya yang dimiliki seseorang mempengaruhinya dalam menentukan alternatif, cara, alat, dan tujuan pembuatan yang tersedia. Hal inilah yang peneliti lihat bahwa warung kopi disinyalir sebagai fenomena kultural yang hidup di masyarakat. Fenomena ini sesuai dengan paham budaya yang dikemukakan oleh Spredley 1997 Kebudayaan yang merupakan pengetahuan yang diperoleh dan digunakan manusia untuk menginterpretasikan pengalaman dalam menghadapi dunianya. Di warung kopi merupakan tempat bagi mereka yang berkecimpung disitu sebagai ekspresi dalam menginterpretasi dunia. Universitas Sumatera Utara 80

BAB IV PERKEMBANGAN KAMPUNG SUSUK

4.1. Aspek-Aspek Yang Mendukung Perkembangan Kampung Susuk

Kampung Susuk sebagai daerah yang berada di Kelurahan Tanjung Sari merupakan salah satu daerah yang paling padat jumlah penduduknya di Kecamatan Medan Baru. Perkembangan Kampung Susuk telah mencapai beberapa sektor yakni ekonomi, kependudukan, pendidikan dan sosial budaya. Hal ini tidak terlepas dari beberapa aspek yang mendorongnya. Berikut merupakan beberapa aspek yang mendukung perkembangan Kampung Susuk Tersebut.

4.1.1. Munculnya Kampus USU Dan Pengaruhnya Terhadap Kampung Susuk

Kampus USU merupakan sebuah Universitas Negeri yang berada persis di samping wilayah Kampung Susuk. Berdirinya Kampus USU di samping Kampung Susuk secara drastis menjadi semacam pelecut berkembangnya wilayah Kampung Susuk baik dari segi infrastruktur, kependudukan maupun ekonomi. Sejarah Universitas Sumatera Utara USU dimulai dengan berdirinya Yayasan Universitas Sumatera Utara pada tanggal 4 Juni 1952. Pendirian yayasan ini dipelopori oleh Gubernur Sumatera Utara untuk memenuhi keinginan masyarakat Sumatera Utara khususnya dan masyarakat Indonesia umumnya. Universitas Sumatera Utara