46
2.4.3. Sarana dan Prasarana Tabel 16 : Sarana Ibadah
No. Jenis Sarana Ibadah
Jumlah Kondisi RusakBaik
1. Masjid
5 Baik
2. LanggarSurauMushola
2 Baik
3. Greja Kristen Protestan
4 Baik
4. Greja Katolik
1 Baik
5. Vihara
- -
6. Pura
- -
Sumber : Kantor Kepala Kelurahan Padang Bulan Selayang I Tahun 2015 Berdasarkan Tabel 16 di atas terlihat jumlah tempat peribadatan di Kelurahan
Padang Bulan Selayang I cukup sedikit untuk sebuah satu kelurahan. Di daerah Kampung Susuk sendiri terdapat 1 satu buah gereja dan 1 satu buah masjid yang
masih dalam tahap pembuatan dan renovasi baru. Gereja yang ada di daerah Kampung Susuk adalah Gereja Batak Karo Protestan GBKP dimana gereja tersebut
adalah sebuah gereja suku Karo yang beraliran Kristen Protestan. Keberadaan gereja tersebut dikarenakan penduduk masyarakat di Kampung
Susuk lebih bayak suku bangsa Karo. Setiap hari minggu pagi di dalam gereja berbahasa Indonesia, biasanya dipakai oleh mahasisiwa dari berbagai suku bangsa,
sedangkan jam siangnya berbahasa Karo untuk kalangan para orang tua.
Universitas Sumatera Utara
47
Table 17 : Sarana dan Prasarana Pendidikan No.
Jenis Prasarana Keterangan
Jumlah Kondisi
1. Perguruan Tinggi
- -
2. SLTASederajat
2 Baik
3. SLTPSederajat
2 Baik
4. SDSederajat
3 Baik
5. TK
2 Baik
6. TPASederajat
2 Baik
Sumber : Kantor Kepala Kelurahan Padang Bulan Selayang I Tahun 2015 Berdasarkan Tabel 17 di atas sarana pendidikan di Kelurahan Padang Bulan
Selayang I sudah dikatakan lengkap, hanya saja tidak terdapat perguruan tinggi, namun khusus di daerah Kampung Susuk sendiri sarana pendidikan belum tersedia
atau tidak ada sama sekali. Kampung Susuk sendiri merupakan lingkungan IX sembilan di Kelurahan Padang Bulan Selayang I yang wilayahnya hanya sekitar 45
hektar. Dengan lebar wilayah tersebut kurang cocok bila di bangun sarana pendidikan di wilayah tersebut.
Universitas Sumatera Utara
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Pertambahan penduduk dalam suatu wilayah perkotaan selalu diikuti oleh peningkatan kebutuhan akan ruang. Kota secara geografis selalu mengalami
perubahan dari waktu ke waktu. Namun, tanah yang ada selalu mempunyai luas yang tetap dan karena secara administratif wilayah kota terbatas, maka dalam
perkembangannya untuk memenuhi kebutuhan penduduk yang semakin bertambah maka pembangunan akan bergerak kepinggiran kota. Sebagai daerah pemekaran,
sehingga pinggiran kota berada dalam tekanan kegiatan perkotaan yang meningkat dan berdampak pada perubahan fisik di sekitarnya.
Perluasan sifat kekotaan ini banyak mengubah tata guna lahan di daerah pinggiran, terutama yang langsung berbatasan dengan kota, akibatnya banyak daerah
hijau yang berubah menjadi pemukiman. Pada perkembangannya, pembangunan ke
arah pinggiran kota mengakibatkan adanya penambahan ruang yang bersifat kekotaan di daerah pinggiran kota yang disebut dengan perkembangan horizontal sentrifugal
Yunus :2005, mengemukakan bahwa perkembangan daerah pinggiran kota dipengaruhi oleh enam deteremin, yaitu aksesibilitas, pelayanan publik, karakteristik
lahan, karakteristik pemilik lahan, peraturan pemerintah dan inisiatif develover.
Universitas Sumatera Utara