Munculnya Kampus USU Dan Pengaruhnya Terhadap Kampung Susuk

80

BAB IV PERKEMBANGAN KAMPUNG SUSUK

4.1. Aspek-Aspek Yang Mendukung Perkembangan Kampung Susuk

Kampung Susuk sebagai daerah yang berada di Kelurahan Tanjung Sari merupakan salah satu daerah yang paling padat jumlah penduduknya di Kecamatan Medan Baru. Perkembangan Kampung Susuk telah mencapai beberapa sektor yakni ekonomi, kependudukan, pendidikan dan sosial budaya. Hal ini tidak terlepas dari beberapa aspek yang mendorongnya. Berikut merupakan beberapa aspek yang mendukung perkembangan Kampung Susuk Tersebut.

4.1.1. Munculnya Kampus USU Dan Pengaruhnya Terhadap Kampung Susuk

Kampus USU merupakan sebuah Universitas Negeri yang berada persis di samping wilayah Kampung Susuk. Berdirinya Kampus USU di samping Kampung Susuk secara drastis menjadi semacam pelecut berkembangnya wilayah Kampung Susuk baik dari segi infrastruktur, kependudukan maupun ekonomi. Sejarah Universitas Sumatera Utara USU dimulai dengan berdirinya Yayasan Universitas Sumatera Utara pada tanggal 4 Juni 1952. Pendirian yayasan ini dipelopori oleh Gubernur Sumatera Utara untuk memenuhi keinginan masyarakat Sumatera Utara khususnya dan masyarakat Indonesia umumnya. Universitas Sumatera Utara 81 Pada zaman pendudukan Jepang, beberapa orang terkemuka di Kota Medan termasuk Dr. Pirngadi dan Dr. T. Mansoer membuat rancangan perguruan tinggi Kedokteran. Setelah kemerdekaan Indonesia, pemerintah mengangkat Dr. Mohd. Djamil di Bukit Tinggi sebagai ketua panitia. Setelah pemulihan kedaulatan akibat clash pada tahun 1947, Gubernur Abdul Hakim mengambil inisiatif menganjurkan kepada rakyat di seluruh Sumatera Utara mengumpulkan uang untuk pendirian sebuah universitas di daerah ini. Pada tanggal 31 Desember 1951 dibentuk panitia persiapan pendirian perguruan tinggi yang diketuai oleh Dr. Soemarsono yang anggotanya terdiri dari Dr. Ahmad Sofian, Ir. Danunagoro dan sekretaris Mr. Djaidin Purba. Sebagai hasil kerjasama dan bantuan moril dan material dari seluruh masyarakat Sumatera Utara yang pada waktu itu meliputi juga Daerah Istimewa Aceh, pada tanggal 20 Agustus 1952 berhasil didirikan Fakultas Kedokteran di Jalan Seram dengandua puluh tujuh orang mahasiswa diantaranya dua orang wanita. Kemudian disusul dengan berdirinya Fakultas Hukum dan Pengetahuan Masyarakat 1954, Fakultas Keguruandan Ilmu Pendidikan 1956,dan Fakultas Pertanian 1956. Pada tanggal 20 November 1957, USU diresmikan oleh Presiden Republik Indonesia Dr. Ir. Soekarno menjadi universitas negeri yang ketujuh di Indonesia. Pada tahun 1959, dibuka Fakultas Teknik di Medan dan Fakultas Ekonomi di Kutaradja Banda Aceh yang diresmikan secara meriah oleh Presiden R.I. kemudian disusul berdirinya Fakultas Kedokteran Hewan dan Peternakan 1960 di Banda Aceh. Sehingga pada waktu itu, USU terdiri dari lima fakultas di Medan dan dua Universitas Sumatera Utara 82 fakultas di Banda Aceh. Selanjutnya menyusul berdirinya Fakultas Kedokteran Gigi 1961, Fakultas Sastra 1965, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam 1965,Fakultas Ilmu-Ilmu Sosial dan Ilmu Politik 1982, Sekolah Pascasarjana 1992, Fakultas Kesehatan Masyarakat 1993, Fakultas Farmasi 2006, dan Fakultas Psikologi 2007, serta Fakultas Keperawatan 2009. Pada tahun 2003, USU berubah status dari suatu Perguruan Tinggi Negeri PTN menjadi suatu perguruan tinggi Badan Hukum Milik Negara BHMN. Perubahan status USU dari PTN menjadi BHMN merupakan yang kelima di Indonesia. Sebelumnya telah berubah status UI, UGM, ITB dan IPB pada tahun 2000. Setelah USU disusul perubahan status UPI 2004 dan UNAIR 2006. Kampus USU berlokasi di Padang Bulan, sebuah area yang hijau dan rindang seluas 120 ha yang terletak di tengah Kota Medan. Zona akademik seluas 90 ha menampung hampir seluruh kegiatan perkuliahan dan praktikum mahasiswa. Dari jumlah populasi mahasiswa, karyawan dan dosen ditambah dengan sejarah panjang yang telah dilalui oleh USU tentunya cukup memberikan indikasi bahwa kondisi tersebut seyogyanya akan mempunyai dampak terhadap proses perkembangan wilayah di sekitarnya seperti Kampung Susuk. Sejak didirikan 4 Juni 1952 sampai dengan sekarang, USU adalah merupakan salah satu perguruan tinggi negeri yang menjadi favorit para calon mahasiswa di wilayah Propinsi Sumatera Utara dan sekitarnya. Selain itu kehadiran suatu institusi atau suatu lembaga pendidikan seperti USU tentu memberikan banyak dampak positif bagi lingkungan sekitarnya. Dampak Universitas Sumatera Utara 83 yang dirasakan oleh masyarakat Kampung Susuk selain meningkatnya kualitas SDM, tapi juga adanya multiplier efect dari keberadaan USU terhadap masyarakat sekitarnya. Bentuk multiplier efect keberadaan USU terhadap masyarakat sekitar dapat dilihat dan dirasakan oleh masyarakat Kampung Susuk umumnya dan masyarakat yang berdomisili di sekitar USU pada khususnya. Dengan melihat kondisi eksisting wilayah di sekitar kampus USU menunjukkan bahwa beberapa kegiatan ekonomi yang berkembang antara lain adalah unit-unit usaha percetakan, jasa perumahan atau rumah-rumah kos, rumah makan serta jasa-jasa lain. Hal tersebut pula lah yang terjadi pada masyarakat yang tinggal di Kampung Susuk. Warga masyarakat yang tinggal berdekatan dengan wilayah Kampus USU mengalami dinamika sosial. Dalam sosiologi, dinamika sosial diartikan sebagai keseluruhan perubahan dari seluruh komponen masyarakat dari waktu ke waktu. Keterkaitan antara dinamika sosial dengan interaksi sosial adalah interaksi mendorong terbentuknya suatu gerak keseluruhan antara komponen masyarakat yang akhirnya menimbulkan perubahan-perubahan dalam masyarakat baik secara progresif atau pun retrogresif Soekanto : 2003 Pembangunan pada suatu wilayah dapat mendatangkan dampak berupa manfaat yang positif atau juga berupa kemudharatan dampak negatife, terutama kepada masyarakat yang tinggal di dekat sekitar kegiatan lokasi pembangunan sebagai penerima akibat dampak. Dalam hal ini komunitas lokal harus mencarimendapat peluang agar terjadi penyesuaian terhadap perubahan karena keadaan baru tersebut Anwar, 1995. Dalam hal ini para petani yang telah mencari Universitas Sumatera Utara 84 nafkah dari lahan sawahnya selama bertahun-tahun tentu saja harus mencari pekerjaan lainnya akibat semakin menyempitnya lahan pertanian.

4.1.2. Pertemuan Penduduk Masyarakat Asli Dengan Para Pendatang