84
nafkah dari lahan sawahnya selama bertahun-tahun tentu saja harus mencari pekerjaan lainnya akibat semakin menyempitnya lahan pertanian.
4.1.2. Pertemuan Penduduk Masyarakat Asli Dengan Para Pendatang
Kampung Susuk merupakan salah satu wilayah yang paling padat karena ditinggali oleh para mahasiswa dari berbagai daerah yang kuliah di kampus USU.
Jaraknya yang sangat dekat dengan kampus USU membuat banyak mahasiswa yang tinggal di daerah kos-kosan yang ada di Kampung Susuk.
Banyaknya mahasiswa yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia membuat banyak macam suku berbaur dalam kehidupan di Kampung Susuk. Suku
Karo menjadi tuan rumah atau diklaim sebagai suku asli yang sudah lama mendiami Kampung Susuk tersebut. Kemudian disusul dengan Batak Toba, Nias, Jawa dan
suku lainnya. Dalam kesehariannya mereka tidak membatasi interaksinya dengan suku
lainnya. Bahkan untuk mahasiswa pendatang yang tinggal di Kampung Susuk tidak akan lengkap hidupnya saat kembali ke kampung halamannya tanpa menguasai
bahasa Karo. Hal tersebut timbul karena dalam pergaulan sehari-hari mahasiswa dari Karo selalu memakai bahasa Karo dalam berinteraksi dengan teman sesama suku
Karo nya. Atau terkadang juga mengeluarkan istilah-istilah dalam bahasa Karo ketika berinteraksi dengan suku lainnya.
Young dan Raymond W. Mack dalam Soekanto : 2003 mendefenisikan Interaksi Sosial adalah hubungan-hubungan sosial yang dinamis dan menyangkut
Universitas Sumatera Utara
85
hubungan-hubungan antar individu, baik antara individu dengan kelompok, maupun antara kelompok dengan kelompok. Melalui interaksi akan terjadi perubahan-
perubahan yang memungkinkan terbentuknya hal-hal baru sehingga dinamika masyarakat menjadi hidup dan dinamis. Oleh karena itu, interaksi sosial merupakan
dasar terbentuknya dinamika sosial yang ada di masyarakat. Bahasa yang kedengarannya unik di telinga suku pendatang membuat mereka
mencoba untuk belajar bahasa Karo. Begitu juga sebaliknya, masyarakat dan mahasiswa Karo juga menyerap berbagai macam pengetahuan dari suku lainnya
untuk mereka pelajari dan terapkan. Hal yang menarik adalah bahwa ungkapan atau istilah yang paling sering dihafal oleh para masyarakat dari suku lainnya adalah
istilah atau kata-kata kasar dari suku yang memiliki bahasa tersebut. Satu hal yang menarik juga adalah kondisi Kampung Susuk yang begitu padat
ternyata tidak dibarengi dengan penataan dan kebersihan lingkungan yang memadai. Sehingga harga kos di Kampung Susuk menjadi hampir sama dengan kos yang ada di
tempat lain yang lebih jauh dari kampus USU. Lingkungan yang kurang bersih membuat Kampung Susuk menerima label sebagai tempat kos yang tidak disukai
oleh mahasiswa-mahasiswa kaya ataupun perempuan. Biasanya mahasiswi akan lebih memilih tinggal di daerah luar Kampung
Susuk seperti daerah Pembangunan, Sei Padang dan Sembada sebagai tempat tinggal sementara. Hal ini terjadi karena daerah-daerah tersebut lebih bersih dan terjamin
keamanannya. Orang Karo sebagai warga asli juga tidak nyaman dengan keadaan tersebut namun, kondisi lingkungan yang tidak sehat tersebut juga merupakan hasil
Universitas Sumatera Utara
86
perbuatan dari mahasiswa-mahasiswa pendatang yang tiggal di Kampung Susuk yang tidak mau menjaga lingkungannya.
4.1.3. Alih Fungsi Lahan Dari Lahan Pertanian Menjadi Gedung-Gedung