Analisis prosedur penyelesaian klaim santunan kematian warga depok

(1)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memeperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Syari’ah (SEI)

Oleh:

PANGESTI DWI PUTRA NIM: 104046201722

KONSENTRASI ASURANSI

PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM) FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(2)

(3)

i

Puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat dan karunia-Nya kepada penulis selama proses penyusunan skripsi ini. Atas rahmat dan hidayah-Nya pula, penulis dapat menyelesaikan karya tulis ini. Shalawat dan salam tak lupa kita sampaikan kepada junjungan kita, Nabi Muhammad SAW yang dengan misi pembebasannya telah memberikan sinar dalam peradaban manusia.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan karya tulis ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Peran serta mereka sangat membantu penulis dalam menyusun karya tulis ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. H. M. Amin Suma, SH, MA, MM., selaku Dekan Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ibu Dr. Euis Amalia, M.Ag., dan Bapak Ah. Azharuddin Latief, M.Ag., selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi Muamalah (Ekonomi Islam) Fakultas Syari’ah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Dr.PHIL.JM.Muslimin.MA selaku Pembimbing Skripsi yang telah memberikan bimbingan dan saran kepada penulis.

4. Bapak O. Sudarya beserta staf pemkot Kota Depok yang telah memberikan kesempatan untuk melakukan penelitian di Pemkot Depok dan memberikan ilmu serta dukungan kepada penulis dalam melakukan penelitian.


(4)

ii penelitian

6. Orang tua tercinta: ayahanda Tasmin dan ibunda Kasmi yang tak pernah letih dan bosan mendoakan penulis dan semua anak kecintaannya. Kasih sayang, dorongan, nasehat, serta ridho keduanya merupakan pondasi bagi segala niat dan tekad penulis dalam menuntut ilmu dan menjalani hidup. Semoga Sang Kholiq mengampuni segala dosanya. Amin.

7. Kakanda tercinta Wuri Handayani dan Adiku Lentia Renofatih yang telah memberikan dukungan moril dan materil yang tak terhingga kepada penulis. Keponakanku tersayang Muhammad Daffa yang selalu memberikan energi baru untuk menjadi lebih baik.

8. Kekasih Tercinta Nur Emmy Lestiyanti yang tak pernah letih dan bosan mendoakan penulis dan telah memberikan dukungan moril sepenuhnya yang tak terhingga kepada penulis sehingga memberikan semangat baru untuk menjadi lebih baik.

9. Teman-teman di Prodi Asuransi Syariah 2004, yang telah memberikan semangat dan doanya dalam proses penyusunan skripsi ini.

Harapan penulis, semoga skripsi ini bermanfaat dan mempunyai kontribusi yang signifikan bagi penelitian selanjutnya. Amin

Jakarta, 12 Desember 2010 1 Rabiul Akhir 1432 H Penulis


(5)

iii

KATA PENGANTAR...i

DAFTAR ISI...iii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah...1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah...9

C. Tujuan dan Manfaat...10

D. Review Studi Terdahulu...12

E. Kerangka Teori dan Konsep...13

F. Metode Penelitian dan Tekhnik Penulisan...15

G. Sistematika Penulisan...17

BAB II TINJAUAN TEORITIS A. ASURANSI SYARIAH 1. Pengertian Asuransi Syariah...21

2. Prinsip Dasar Asuransi Syariah...24

3. Mekanisme Pengelolaan Dana...30

4. Konsep Operasional Asuransi Syariah...34

B. ASURANSI JIWA 1. Pengertian Asuransi Jiwa...36

2. Prinsip Umum Asuransi Jiwa...37


(6)

iv

7. Ciri-Ciri Khusus Asuransi Jiwa Secara Kolektif...45

BAB III SANTUNAN KEMATIAN DIKOTA DEPOK DAN KERJASAMANYA DENGAN ASURANSI SYARIAH MUBAROKAH

A. Sejarah,Visi dan misi kota Depok dan santunan kematian...48 B. Peranan ASM dalam santunan kematian ...58 C. Pelaksanaan santunan kematian yang dilakukan oleh ASM....62

BAB IV ANALISIS PROSEDUR PENYELESAIAN KLAIM SANTUNAN KEMATIAN WARGA KOTA DEPOK

A. Prosedur Pengajuan Klaim Santunan Kematian

Warga Kota Depok……….……..64

B. kendala-kendala yang di hadapi dalam proses pengajuan klaim santunan kematian………...79

C. Solusi dari kendala yang dihadapi dalam proses pengajuan klaim santunan kematian………...81

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan...83 B. Saran...84


(7)

(8)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Hidup di zaman ini memang serba sulit. Problem keseharian yang menumpuk sudah tidak jarang lagi telah menempatkan seseorang untuk mengambil jalan pintas. Faktor ekonomi yang tidak menentu inilah kemudian menjadikan seseorang menghalalkan segala cara. Upaya untuk terus mampu bertahan hidup di tengah kondisi yang serba tidak menentu dan carut-marut. Hal itu cenderung mengarahkan seseorang untuk bersikap egoistik, memikirkan diri sendiri dan bahkan nekat melakukan tindak kriminal. Kemiskinan dan pengangguran yang terus meningkat drastis akhir-akhir ini menempatkan situasi perekonomian mikro menjadi sangat rapuh. Ketidaksiapan masyarakat dalam menghadapi arus pasar bebas dan globalisasi juga dibuatnya kalang-kabut. Tatanan kehidupan yang terus berubah sangat cepat setiap saat bahkan melebihi yang lainnya. Disaat-saat itulah seakan-akan dituntut untuk dapat kompetisi.

Kompetisi yang tidak lagi memandang bulu. Jika masih ingin untuk tetap dapat terus melanjutkan hidup maka haruslah berhasil. Tak heran, dalam kondisi seperti itu setiap individu pasti selalu memikirkan pribadi masing-masing. Menganggap orang yang kurang beruntung lantaran mereka sendiri yang kurang maksimal. Sedangkan bagi mereka yang terbilang sukses beranggapan adalah hasil


(9)

jerih payahnya sendiri. Menumpuk kekayaan tidak lebih hanya untuk diri sendiri. Dalam hal ini jelas tidak ada lagi rasa kebersamaan dan gotong-royong apalagi saling tolong menolong. Meskipun bangsa ini dikenal akan semangat itu tetapi kini tidak lagi. Gelombang monernisasi telah merubah paradigma perikehidupan masyarakat Indonesia.

Sebagai hakikatnya wujud manusia dalam kehidupan di dunia yaitu melaksanakan tugas kekhalifahan dalam kerangka pengabdian kepada sang pencipta. Manusia diberikan amanah untuk memberdayakan seisi alam raya dengan sebaik-baiknya demi kesejahteraan seluruh mahkluk.1 Kebahagiaan dan kesejahteraan merupakan tujuan utama manusia dalam menjalankan kehidupan nya di dunia ini, manusia akan memperoleh kebahagiaan ketika seluruh kebutuhannya dan keinginannya terpenuhi dengan baik dan dapat merasakan kepuasannya tersendiri bagi manusia tersebut. Baik dari aspek materil maupun spiritual, dalam jangka yang pendek maupun dalam jangka yang panjang, dalam upaya mewujudkan kesejahteraan manusia menghadapi kendala pokok yaitu, kurangnya sumber daya yang bisa digunakan untuk mewujudkan kebutuhan tersebut.

Dewasa ini nilai kesadaran masyarakat akan kemampuan menghasilkan atau menghadapi kehidupan ekonominya selalu terancam oleh bahaya kematian, usia tua atau ketidakmampuan dan masalah-masalah ekonomi lainnya, masyarakat harus mempersiapkan diri untuk mengatasi konsekuensi yang tidak terelakkan itu.

1

Adiwarman Karim, Sejarah pemikiran ekonomi islam, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004 hal 2


(10)

Ketidakpastian dihari depan yang penuh risiko menyebabkan setiap orang harus selalu berikhtiar dan memperkecil resikonya, guna menghadapi atau memperkecil risiko tersebut.

Dalam menghadapi risiko yang muncul akibat adanya perubahan masa, setiap manusia dalam kehidupannya dituntut untuk mempertahankannya salah satunya dengan cara menabung atau berinvestasi untuk tujuan berjaga-jaga dihari depan kelak. Tetapi, adakalanya usaha tersebut sering kali tidak mencukupi, karena beban yang ditanggung jauh lebih besar dari yang diperkirakan ataupun di luar kemampuan kita. Maka dari itu, risiko kerugian dapat dikelola secara bersama-sama dengan risk sharing ataupun mengalihkannya kepada pihak lain dengan risk transfer. Upaya pengalihan risiko itu disebut konsep asuransi, dimana peserta diwajibkan membayar premi kepada perusahaan asuransi untuk pertanggungan, yang nilainya tergantung pada risiko yang dialihkannya serta rencana manfaat yang akan diterima kelak nantinya ketika kita menghadapi resiko tersebut.

Cara lainnya untuk menghadapi resiko tersebut yaitu dengan menyimpan kondisi keuangan kita untuk masa yang akan datang misalnya dengan menabung ataupun juga berinvestasi, Disadari ataupun tidak, setiap orang pasti telah berinvestasi,2 baik berupa tindakan, ucapan atau keuangan. Dari pemahaman ini, maka investasi merupakan sebuah proses menentukan pilihan. Pada hakikatnya investasi diperlukan untuk berjaga-jaga terhadap sesuatu yang tidak diharapkan di

2

Jaka E Cahyono, Cara Jitu Meraih Untung dari Reksadana, Jakarta, PT Elex Media Komputindo, 2002 , Cet.3 hal. 6


(11)

masa depan. Hasil yang diharapkan dari investasi tidak selalu untuk membuat kekayaan bertambah, namun juga untuk mempertahankan diri dari kondisi ekonomi atau melindungi kekayaan yang sudah ada.

Dalam hal ini setiap manusia dianjurkan untuk mengatur bagaimana cara mengelola kehidupannya agar mendapatkan kebahagiaan di dunia dan akhirat

sa’adah al-daraini, seperti firman Allah Swt dalam al- Qur’an surat al-Baqarah ayat 201. Adapun salah satu caranya adalah dengan menyiapkan bekal proteksi untuk kepentingan di masa datang agar segala sesuatu yang bernilai negatif, baik dalam bentuk musibah, kecelakaan, kebakaran ataupun kematian, dapat diminimalisir kerugiannya. Hal semacam ini telah dicontohkan oleh Nabi Yusuf tentang ceritanya dalam menakwilkan mimpi Raja Mesir tentang tujuh ekor sapi betina yang gemuk dimakan oleh tujuh ekor sapi betina yang kurus dalam al-Qur’an surat Yusuf ayat 46-493.

                                                                                                                   

"Yusuf, Hai orang yang Amat dipercaya, Terangkanlah kepada Kami tentang tujuh ekor sapi betina yang gemuk-gemuk yang dimakan oleh tujuh ekor sapi betina yang kurus-kurus dan tujuh bulir (gandum) yang hijau dan (tujuh) lainnya yang kering agar aku kembali kepada orang-orang itu, agar mereka mengetahuinya. "Yusuf berkata: "Supaya kamu bertanam tujuh tahun (lamanya) sebagaimana biasa; Maka

3

Artikel oleh AM Hasan Ali dengan judul konsep dan operasional asuransi syariah,disampaikan dalam mata kuliah Dasar-Dasar Ekonomi Islam.


(12)

apa yang kamu tuai hendaklah kamu biarkan dibulirnya kecuali sedikit untuk kamu makan. kemudian sesudah itu akan datang tujuh tahun yang Amat sulit, yang menghabiskan apa yang kamu simpan untuk menghadapinya (tahun sulit), kecuali sedikit dari (bibit gandum) yang kamu simpan. kemudian setelah itu akan datang tahun yang padanya manusia diberi hujan (dengan cukup) dan dimasa itu mereka memeras anggur."

Dalam surat yusuf tersebut memberikan pelajaran berharga bagi manusia pada saat ini yang secara ekonomi dituntun agar mengadakan persiapan secara matang untuk menghadapi masa-masa yang sulit jikalau menimpanya pada waktu yang akan datang. Praktek asuransi ataupun bisnis pertanggungan dewasa ini telah mengadopsi semangat yang timbul dari nilai-nilai yang telah berkembang sejak zaman dahulu dan ada bersamaan dengan kehadiran manusia. Paling tidak terekam melalui cerita Nabi Yusuf di atas dan penjelasan dalam al-Qur’an atau sunnah Nabi Muhammad SAW.

Seperti halnya asuransi merupakan salah satu lembaga keuangan berbasis proteksi dan manfaat lain yang sudah popular di masyarakat dunia. Demikian juga di Indonesia walaupun kehadirannya masih disanksikan banyak kalangan masyarakat Indonesia, dikarenakan masih banyak sebagian masyarakat kita yang anti juga belum mengerti arti serta fungsi polis asuransi bagi kelancaran keuangan mereka. Asuransi umumnya dikenal sebagai salah satu perencanaan pengelolaan resiko kematian dan resiko-resiko lainnya yang berkaitan dengan keuangan dengan cara menitipkan sebagian uang mereka kepada seseorang yang dipercaya untuk kemudian ketika terjadi kerugian, uang tersebut dapat diambilkan untuk menutupi kerugian yang telah


(13)

terjadi4. Pada masanya asuransi menjadi popular ketika masyarakat pada waktu itu dapat menafsirkan akan terjadi kerugian yang cukup besar pada saat melakukan perjalanan dagang. Sejak saat itu asuransi mulai berkembang kepada manfaat yang lainnya, seperti kerugian atas kebakaran, kerugian atas kematian, kerugian atas kecelakaan dan yang lain-lainnya5.

Sejalan dengan waktu asuransi berkembang di seluruh dunia menjadi bisnis keuangan yang menanamkan prinsip mencari keuntungan profit oriented. Sehingga banyak pelaku bisnis mulai beramai-ramai bersaing menawarkan kelebihan manfaat proteksi masing-masing karena bisnis asuransi dinilai menguntungkan. Hingga pada akhirnya asuransi pun menjadi bisnis perjudian atas nasib peserta. Para pengusaha berusaha bagaimana meraih keuntungan atas resiko peserta, juga mempersempit pengeluaran perusahaan dengan melakukan kecurangan. Pada masa itu disebut masa kegelapan6.

Prinsip-prinsip seperti keadilan, kepastian, transparansi dan prinsip saling menanggung, menjadi tiang tangguh untuk memperbaiki sistem yang sudah ada, menjadi bisnis yang sehat serta bernuansa Islami, dengan demikian hadirnya asuransi syariah yang merupakan pembaharuan wajah asuransi yang suram menjadi wajah yang menyegarkan, prinsip-prinsip yang ditanamkan menjadi jawaban dari sekian

4

Lihat Soeisno Djojosoedarsono. Prinsip-prinsip Manajemen Resiko Asuransi. Salemba Empat Jakarta hal 71-73

5

Lihat Afzalur Rahman. Doktrin-doktrin Ekonomi Islam jilid 4. Dana bakti Wakaf.Jakarta. hal 29-38

6


(14)

permasalahan yang ada sejak asuransi muncul7. Dan prinsip usaha asuransi pun di ubah ke asal mulanya yaitu kepada orientasi tanggung jawab sosial juga berprinsip kepada keuntungan profit oriented serta prinsip ibadah8.

Hingga kini asuransi syariah diseluruh dunia mulai berkembang pesat, karena memiliki keunggulan dari sisi sosial dan ekonomi. Karena keduanya berjalan seimbang, akad yang dugunakan yaitu akad takafuli yang berarti tolong menolong yang juga merupakan azas pelaksanaan operasional asuransi syariah. Secara filosopi tidak ada yang berbeda denngan asuransi konvensional, yaitu merupakan usaha untuk menanggung resiko namun secara teknis asuransi syariah merupakan bentuk saling tanggung menanggung diantara sesama peserta (Risk Sharing) bukan peralihan resiko (Risk Transfer) yang biasa digunakan oleh asuransi konvensional. Seperti lembaga keuangan asuransi menawarkan produk-produk asuransi yang memuat unsur proteksi guna menjawab kebutuhan masyarakat. Saat ini masyarakat pun banyak memburu produk-produk dengan unsur proteksi yang menawarkan banyak keuntungan dalam satu transaksi, guna mengefektifkan waktu dan tenaga. Dari gejala sosial ini para perusahaan mulai merenovasi atau menginovasi produk-produknya untuk pemenuhan kebutuhan masyarakat tersebut. Seperti yang dilakukan oleh perusahaan Asuransi Syariah Mubarokah salah satu perusahaan asuransi terbesar di indonesia yang melakukan banyak inovasi-inovasi produknya. Sebagai salah satu contohnya yaitu produk santunan kematian yang bekerjasama dengan pemerintah Kota Depok.

7

Lihat Syakir Sula. Asuransi Syariah life and General Konsep dan system operasional. Gema Insani Press. Jakarta hal 32-57

8


(15)

Pemerintah Kota Depok peduli terhadap kondisi masyarakat. Program Santunan Kematian pun dituangkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kota Depok, 2006-2011. Setelah melalui tahap kajian dan persiapan, program ini pun efektif dimulai tahun 2007, di bawah tanggung jawab teknis Dinas Tenaga Kerja dan Sosial Kota Depok. Bantuan diberikan mulai dari menebus jenazah di rumah sakit, menyewa ambulans, dan tahap-tahap lain sampai jenazah dikuburkan ke liang kubur. Bantuan yang diberikan diharapkan bisa meringankan kehidupan warga yang sehari-harinya hidup sederhana. Juga jangan sampai, keluarga yang ditinggalkan memiliki utang9. Jadi warga Depok kini tak perlu lagi repot mengurus jenazah sanak saudaranya yang meninggal dunia. Bagi mereka yang memiliki kesulitan finansial, Pemerintah Kota Depok dengan gratis memberikan bantuan. Karena program sangat ini membangun rasa kepedulian dan kebersamaan terhadap sesama yang sedang ditimpa musibah. Bahkan, program ini menjadi pelopor bagi pemerintah daerah-daerah lain untuk menjalankan program serupa di daerah-daerah masing-masing.

Sebagai manusia dalam menjalankan fungsi kehidupannya menginginkan kehidupan nya dapat berjalan dengan baik sesuai tujuan hidup, dalam menjalankan kehidupan sehari-hari manusia tidak terlepas dari masalah-masalah yang akan timbul kelak dikemudian hari dalam hal penyelesaian masalah yang akan timbul ini setiap manusia dihadapkan kepada penyelesaian dari masalah itu sendiri maka dalam hal ini fungsi lembaga asuransi sangat diperlukan untuk memperkecil segala bentuk resiko-resiko yang ada, yang kemudian ditanggung melalui pihak asuransi, salah satu dari

9


(16)

produk asuransi syariah seperti asuransi kematian memang sangat penting dan berharga bagi ahli waris yang ditinggalkannya agar pihak yang ditinggalkanya tidak diberikan beban yang begitu berat, pihak asuransi sendiri memberikan santunan kematian bagi nasabahnya bila ada yang jatuh klaim.

Dari pembahasan dan uraian diatas, maka penulis berkeinginan untuk mengkaji lebih dalam tentang bentuk pelaksanaan program santunan asuransi kematian yang diterapkan oleh pemerintah kota depok dalam proses mensejahterakan warganya, bagaimana cara yang dilakukan pemerintah kota depok dalam mensosialisasikan program kepada warganya. Untuk itu penulis tertarik untuk membahasnya dengan judul “Analisis Prosedur Penyelesaian Klaim Santunan Kematian Warga Kota Depok”

B. Pembatasan Dan Perumusan Masalah

Untuk menghindari terjadinya penelitian yang terlalu melebar mengenai Program Santunan Kematian Warga Kota Depok maka di dalam penelitian diperlukan adanya pembatasan dan perumusan masalah.

1. Pembatasan Masalah

Berdasarkan pembahasan dan uraian pada latar belakang masalah diatas, serta mengingat permasalahan yang timbul dari judul ini sangat luas, maka untuk mencapai agar kajian ini terfokus pada pokok permasalahan yang dituju maka studi ini difokuskan pada:


(17)

1.Program santunan asuransi kematian yang digunakan pada penelitian ini hanya periode 1 September 2007 sampai 31 Agustus 2008.

2.Ruang lingkup penelitian ini dilakukan terhadap klaim santunan kematian khususnya warga Kota Depok.

3.Penelitian ini dilakukan pada Pemerintahan Kota Depok khususnya Dinas Tenaga Kerja dan Sosial, Dinas Kependudukan kota Depok, dan PT Asuransi Syariah Mubarakah.

2. Perumusan Masalah

Dalam pembatasan masalah diatas, ada beberapa perumusan masalah yang akan diteliti diantaranya sebagai berikut :

1. Bagaimana prosedur klaim yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Depok. 2. Kendala-kendala yang dihadapi pemerintah kota depok dalam melaksanakan

program santunan asuransi kematian bagi warganya.

3. Solusi dari kendala yang dihadapi dalam proses pengajuan klaim santunan kematian.

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Penelitian ini mempunyai beberapa tujuan, antara lain yaitu untuk mengetahui secara jelas tentang :


(18)

a. Untuk mengetahui bagaimana proses klaim yang dilakukan Pemerintah Kota Depok.

b. Untuk mengetahui bagaimana proses klaim yang dilakukan PT Asuransi Syariah Mubarakah.

c. Untuk mengetahui kendala apa saja yang terjadi dalam pelaksanan program santunan kematian.

2. Manfaat Penelitian

Dengan adanya hasil yang dapat diperoleh dari penelitian ini, diharapkan dapat memberikan manfaat bagi beberapa pihak yaitu :

a. Memberikan sumbangan pemikiran bagi literature pada perpustakaan mengenai Program pelaksanaan santunan asuransi kematian bagi warga kota depok sebagai salah satu program pemerintah dalam mensejahterakan warganya.

b. Memberikan kontribusi terutama bagi penulis dan lebih jauh memberikan penambahan wawasan dan wacana, disamping itu untuk memenuhi syarat meraih gelar Sarjana Ekonomi Islam pada Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

c. Dapat mensosialisasikan Program pelaksanaan santunan kematian pemerintah kota depok kepada masyarakat luas khususnya masyarakat kota depok.


(19)

d. Bagi lembaga akademis atau perguruan tinggi, sebagai bahan informasi ilmiah untuk pengembangan penelitian lebih lanjut.

e. Bagi masyarakat, sebagai bahan informasi dan pengetahuan yang mendalam tentang adanya program pelaksanaan santunan kematian warga kota depok serta prosedur pengajuannya.

D. Review Studi Terdahulu

Setelah membuka daftar database skripsi tahun sebelumnya, maka penulis menyimpulkan bahwa belum ada skripsi yang membahas mengenai prosedur penyelesaian klaim santunan kematian warga Kota Depok, tetapi telah ada yang membahas tentang penyelesaian klaim, adapun judul skripsi tersebut yaitu :

1. Fitriani, 2006 dengan judul skripsi “ Prosedur Penyelesaian Klaim Asuransi Kendaraan Bermotor pada PT Asuransi Tri Pakarta cabang Syari’ah”. Dapat disimpulkan bahwa skripsi tersebut hanya membahas mengenai bagaimana proses penyelesaian klaim yang dilakukan PT Asuransi Tri Pakarta cab Syari’ah, sedangkan penulis membahas prosedur penyelesaian klaim yang lebih rinci mulai dari penyelesaian klaim yang dilakukan oleh pemerintah Kota Depok, penyelesaian klaim yang dilakukan Asuransi Mubarakah dan kendala-kendala yang dihadapi selama program santunan kematian ini berjalan.


(20)

E. Kerangka Teori Dan Konsep

1. Kerangka Teori

Santunan kematian memang merupakan konsep baru dalam sebuah pemerintahan. Seperti halnya pemerintah Kota Depok yang pertama kali menjadi pelopor keberadaan santunan kematian yang diberikan kepada setiap warganya yang meninggal dunia dalam hal menyantuni warganya. Hal ini merupakan bentuk program kesejahteraan yang diberikan pemerintah Kota Depok terhadap warganya. Santunan kematian bagi penduduk resmi kota Depok merupakan santunan yang diberikan khusus bagi penduduk resmi kota Depok yang meninggal dunia disebabkan oleh hal apapun di seluruh wilayah kota Depok dan luar kota Depok. Program yang diluncurkan walikota Depok tujuannya untuk menggerakkan tarbiyah dan meningkatkan keimanan di kalangan Warga kota Depok serta untuk mengurangi perasaan berduka pada keluarga yang ditinggalkan. Setiap warga Depok yang meninggal dunia akan mendapatkan santunan sebesar 2 juta rupiah per orangnya, jika semua syarat-syarat yang diperlukan telah dilengkapi.

Syarat administratif yang penting adalah:

 Harus mempunyai KTP Depok

 KTP tidak boleh kadaluwarsa ketika yang bersangkutan meninggal dunia

 Mempunyai Kartu Keluarga (KK)

 KK tidak boleh kadaluwarsa ketika yang bersangkutan meninggal dunia


(21)

 Surat keterangan ahli waris

Dengan memenuhi persyaratan administratif yang adamaka tidak ada halangan lagi bagi warga Kota Depok dalam mengurusi proses klaim santunan kematian, dalam program ini diharapkan dapat berjalan dengan baik dan pasti akan didukung oleh segenap warga Kota Depok, karena keluarga yang sedang berduka pasti memang memerlukan santunan tersebut untuk keperluan pengurusan jenazah. Dari santunan kematian ini tujuan utamanya adalah untuk membantu memudahkan warga disaat musibah kematian tiba, dengan tidak diminta membayar premi.

2.Kerangka Konsep

PEMERINTAH KOTA DEPOK

ASURANSI SYARIAH MUBAROKAH

DINAS TENAGA KERJA DAN SOSIAL

DINAS KEPENDUDUKAN DAN CATATAN SIPIL SANTUNAN


(22)

F. Metode Penelitian dan Teknik Penulisan

Dalam penelitian yang digunakan dalam penyususnan skripsi ini perlu ditetapkan terlebih dahulu, untuk mengarahkan tehnik dan prosedur penelitian.Ini merupakan cara yang dipergunakan untuk mencapai suatu tujuan yang hendak dicapai.

1. Jenis Penelitian

a. Penelitian Lapangan (Field Research)

Penelitian ini merupakan usaha dalam mengumpulkan data-data dengan cara wawancara langsung kepada pihak-pihak yang berkepentingan dalam program santunan kematian warga kota depok guna mendapatkan informasi dan data yang diperlukan dalam melengkapi penelitian ini.

b. Penelitian Kepustakaan (Library Research)

Penelitian ini dilakukan untuk mencapai pemahaman yang komprehensif tentang konsep yang dikaji, yaitu dengan mengumpulkan data dari buku-buku, bahan makalah, dan bacaan lain yang berhubungan dengan pembahasan penelitian ini. 2. Tehnik Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data-data penelitian, penulis menggunakan metode pengumpulan data tersebut dengan cara wawancara dilakukan untuk menggali data-data dari para responden melalui percakapan langsung yang mengarah kepada masalah yang diteliti. Untuk pelaksanaan wawancara ini digunakan pedoman


(23)

wawancara guna mengarahkan permasalahan sesuai dengan penelitian.Dan dengan mengumpulkan data-data mengenai program santunan asuransi kematian selama satu periode yang diperoleh dari Pemerintah Kota Depok.

1.4. Metode Analisa Data

Dalam metode penganalisaan data penelitian ini, penulis menggunakan metode penulisan deskriptif. Metode penelitian ini dirancang untuk mengumpulkan informasi tentang keadaan-keadaan nyata sekarang dengan tujuan untuk menggambarkan sifat suatu keadaan yang sementara berjalan pada saat penelitan dilakukan. Jenis metode penelitian deskriptif ini adalah sebagai kegiatan yang meliputi pengumpulan data dalam rangka menjawab pertanyaan yang menyangkut keadaan pada waktu yang sedang berjalan dari pokok suatu penelitian10 yaitu berusaha memberikan gambaran tentang program santunan kematian warga kota depok serta proses penyelesaian klaim santunan dengan mengumpulkan semua data-data yang didapat, kemudian menyusunnya dan menjelaskannya serta selanjutnya dianalisa.

10

Coonsuelo G. Sevila, Pengantar Metode Penelitian, dalam Toto Kurniato,”Peran Lembaga Perekonomian Nahdlatul Ulama Dalam Perkembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah Berbasis Syariah,”(Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta,2010),h.12.


(24)

2. Pedoman Teknik Penulisan

Sedangkan Pedoman penulisan skripsi ini berpedoman pada buku penulisan skripsi yang diterbitkan oleh Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Cetakan 1,2007.

G. Sistematika Penulisan

Untuk lebih terarah dalam pembahasan skripsi ini penulis membuat sitematika penulisan terdiri dari bab dan sub bab. Penulis membaginya kedalam lima bab, masing-masing bab terdiri dari sub bab yang merupakan uraian dari masing-masing bab dengan urutan sebagi berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini menguraikan latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dilakukannya penelitian dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, kerangka teori dan kerangka konsep, metode penelitian dan teknik penulisan yang digunakan, jenis penelitian, jenis data dan sumber data, teknik pengumpulan data, metode analisa data, serta sistematika penulisannya.

BAB II : TINJAUAN TEORITIS TENTANG ASURANSI SYARIAH

Dalam bab ini menjelaskan teori tentang asuransi syariah, definisi, landasan hukum asuransi syariah, prinsip-prinsip asuransi syariah,


(25)

karakteristik asuransi syariah, penjelasan mengenai asuransi syariah secara sistematis dan penjelasan tentang produk asuransi kematian.

BAB III : SANTUNAN KEMATIAN KOTA DEPOK SERTA KERJASAMA

DENGAN ASURANSI SYARIAH MUBAROKAH

Dalam bab ini berisi tentang visi dan misi, proses santunan kematian, peranan Asuransi Syariah Mubarokah dalam santunan kematian di Kota Depok dan data terakhir pengajuan klaim santunan.

BAB IV :PROSEDUR PENYELESAIAN KLAIM SANTUNAN

KEMATIAN WARGA KOTA DEPOK

Dalam bab ini menjelaskan hasil penelitian dengan melalui aspek-aspek umum pelaksanaan program santunan kematian dengan menggunakan metode analisis deskriptif dengan pendekatan kualitatif sehingga dapat terlihat laporan penelitian yang sistematis dan tersusun rapih.

BAB V : PENUTUP

Pada bab ini merupakan penutup dari seluruh penulisan skripsi yang memuat kesimpulan dari hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis, sehingga dapat ditarik benang merah dari permasalahan yang diambil.


(26)

BAB II

LANDASAN TEORITIKASURANSI SYARIAH

Pada dasarnya konsep takaful atau asuransi syariah merupakan pesan utama dalam muammalah Islam. Dimana Rasullulah juga mengabarkan bahwa sebaik-baiknya manusia adalah mereka yang memberikan manfaat bagi manusia yang lain. Dan dapat dikatakan bahwa takaful ini merupakan konsep pergaulan tertinggi yang diinginkan oleh Islam berdasarkan peringkat interaksi antar manusia. Seperti yang telah dipahami bahwa interaksi antar manusia diawali pada tingkat saling mengenal

ta’aruf, kemudian tingkat saling memahami tafahum, saling menolong ta’awun, dan akhirnya saling menanggung takaful. Tentu saja peringkat-peringkat interaksi ini sangat dipengaruhi oleh tingkat keimanan seseorang atau sekelompok manusia tersebut. Sehingga perlu dipelajari dan diyakinkan bahwa konsep takaful dalam konteks asuransi syariah sesuai dengan nature takaful yang dikenal dalam norma Islam.

Karena asuransi dalam dunia konvensional pada hakikatnya sebagai alat untuk mengeliminir resiko atas tindakan tertentu dari manusia pada ekonomi, harta, pendidikan, fisik, atau kehidupan sehari-hari. Dengan demikian kondisi-kondisi seperti ini dapat terjaga dengan baik.

Praktek asuransi syariah yang saat ini dilakukan tidak pernah ada pada masa kenabian dahulu. Namun karena ada perubahan pada lingkungan dan kebutuhan


(27)

ekonomi manusia, dimana dibutuhkan keamanan materi bagi mereka yang menderita akibat bencana atau kerugian yang tiba-tiba, maka praktek asuransi syariah menjadikan sebuah inovasi yang dapat dibenarkan menggunakan doktrin maslahah mursalah. Dengan paradigma dan motivasi yang berbeda dengan konvensional, praktek asuransi syariah atau takaful memang berbeda dengan asuransi yang ada. Namun jika dilihat alur dana pada mekanismenya akan terlihat perbedaan yang tidak begitu mencolok.

Perjanjian asuransi yang bertujuan untuk berbagi resiko antara penderita musibah dan perusahaan asuransi dalam berbagai macam lapangan, merupakan hal baru yang belum pernah dikenal dalam kehidupan Rasullulah saw, para sahabat dan Tabi’in.11

Asuransi pada awalnya adalah suatu kelompok yang bertujuan membentuk arisan untuk meringankan beban keuangan individu dan menghindari kesulitan pembiayaan. Secara umum konsep asuransi merupakan persiapan yang dibuat oleh sekelompok orang yang masing-masing menghadapi kerugian kecil sebagai sesuatu yang tidak dapat diduga. Apabila kerugian itu menimpa salah seorang dari mereka yang menjadi anggota perkumpulan itu, maka kerugian itu akan ditanggung bersama oleh mereka.12

11

A. Azhar Basyir, (1993) Asuransi Takaful Sebagai Suatu Alternatif, dalam Seminar Sehari Takaful, Asuransi Syariah, TEPATI, Jakarta, hal 3.

12

Heri Sudarsono,Bank dan Lembaga Keuangan Syariah Deskripsi dan Ilustrasi, edisi 2, Ekonosia Yogyakarta, hal, 112.


(28)

A. Asuransi Syariah 1. Pengertian Asuransi

Definisi asuransi sebetulnya bisa diberikan dari berbagai sudut pandang, yaitu dari sudut pandang ekonomi, hukum, bisnis, sosial, ataupun berdasarkan pengertian metematika. Itu berarti bisa lima definisi bagi asuransi. Tidak ada satu definisi yang bisa memenuhi masing-masing sudut pandang tersebut. Asuransi merupakan bisnis yang unik, yang didalamnya terdapat kelima aspek tersebut, yaitu aspek ekonomi, hukum, sosial, bisnis, dan aspek matematika.13

Muhaimin Iqbal menjelaskan bahwa asuransi syariah adalah suatu pengaturan pengelolaan resiko yang memenuhi ketentuan syariah, tolong menolong secara mutual yang melibatkan peserta dan operator. Syariah berasal dari ketentuan-ketentuan didalam Al-Qur’an dan al-Sunnah.14

Secara baku, definisi asuransi di Indonesia telah ditetapkan dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1992 Tentang Usaha Perasuransian,15 Asuransi atau Pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih, dimana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung dengan menerima premi asuransi, untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan, atau kehilangan keuntungan yang diharapkan. Atau, tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung, yang timbul

13

Herman Darmadi, Manajemen Asuransi, 2000, Bumi Aksara, Jakarta, hal, 2-3. 14

Muhaimin Iqbal, Asuransi Umum Syari’ah dalam praktik upaya menghilangkan gharar,maisir,dan riba,Jakarta Gema Insani Press 2006hal 2.

15

Dewan Asuransi Indonesia, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1992 dan Peraturan Pelaksanaan Tentang Usaha Perasuransian, Edisi 2003, DAI, hal.2-3.


(29)

dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau untuk memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan. Sedangkan, ruang lingkup usaha asuransi yaitu usaha jasa keuangan yang dengan menghimpun dana masyarakat melalui pengumpulan premi asuransi, memberi perlindungan kepada anggota masyarakat pemakai jasa asuransi terhadap kemungkinan timbulnya kerugian karena suatu peristiwa yang tidak pasti atau terhadap hidup atau meninggalnya seseorang.

Dari pengertian asuransi tersebut diketahui adanya tiga unsur pokok dalam asuransi yaitu bahaya yang dipertanggungkan, premi pertanggungan, dan sejumlah uang ganti rugi pertanggungan. Bahaya yang dipertanggungkan sifatnya tidak pasti akan terjadi. Premi pertanggungan pun tidak mesti sesuai yang tertera didalam polis. Jumlah uang santunan atau ganti rugi sering atau bahkan pada umumnya jauh lebih besar daripada premi yang dibayarkan kepada perusahaan asuransi.

Kitab Undang-Undang (UU) Hukum Dagang pasal 246 memberikan pengertian asuransi sebagai berikut: asuransi atau pertanggungan adalah suatu perjanjian, dengan mana seorang penangung mengikat diri kepada seorang tertanggung, dengan menerima premi, untuk memberikan penggantian kepadanya karena suatu kerugian, kerusakan, atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, yang mungkin akan dideritanya karena suatu peristiwa yang tak tertentu.16

16

Dengan demikian asuransi merupakan hubungan hukum antara dua pihak yang saling terikat dalam suatu perjanjian yang mengakibatkan hak dan kewajiban antara “tertanggung” (insured/assured), yaitu pihak yang mempercayakan (mengasuransikan) miliknya terhadap suatu resiko yang mungkin terjadi, dan “penanggung” (insures/under writer’s) yaitu pihak yang menerima


(30)

Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI) dalam fatwanya tentang pedoman umum asuransi syariah, memberi definisi tentang asuransi. Menurutnya, Asuransi Syariah Ta’min, Takaful, Tadhamu adalah usaha saling melindungi dan tolong menolong diantara sejumlah orang/ pihak melalui investasi dalam bentuk aset dan atau tabarru’ yang memberikan pola pengembalian untuk menghadapi resiko tertentu melalui akad (perikatan) yang sesuai dengan syariah17.

Dengan demikian istilah lain yang sering digunakan untuk asuransi syariah adalah Takaful yang berasal dari kata Takafala-yatakafalu, yang secara etimologis berarti menjamin atau saling menanggung. Takaful dalam pengertian muammalah ialah saling memikul resiko diantara sesama orang sehingga antara satu dengan yang lainnya menjadi penanggung atas resiko yang lainnya. Saling pikul memikul resiko ini dilakukan atas dasar saling tolong menolong dalam kebaikan dengan cara masing-masing mengeluarkan dana tabarru dana ibadah, sumbangan, derma yang ditujukan untuk menanggung resiko.18 Takaful dalam pengertian ini sesuai dengan Al-Qur’an surat Al-Maidah ayat 2.

                                                               pertanggungan. Pihak ini lazim disebut “perusahaan asuransi”. Lihat Thomas Suyatno, dll (1993),

Kelembagaan Perbankan, STIE Perbanas dan Gramedia, Jakarta, hal 80.

17

Fatwa Dewan Syariah Nasional No.21/DSN-MUI/X/2001 Tentang Pedoman Umum Asuransi Syariah.

18

Muhammad Syakir Sula, Asuransi Syariah life and General Konsep dan Operasional,Jakarta GemaInsani Press 4004 hal,32.


(31)

                                       

“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya”.

Dari kesemua pengertian tentang konsep asuransi syariah penjelasan yang terpenting yaitu :

 Akad yang sesuai dengan syariah yang dimaksud diatas adalah yang tidak mengandung gharar (penipuan), maysir (perjudian), riba, zhulm (penganiayaan), risywah (suap), barang haram dan maksiat.

 Akad tabarru adalah semua bentuk akad yang dilakukan dengan tujuan kebajikan dan tolong menolong, bukan semata untuk tujuan komersial.

 Akad tijarah adalah semua pihak bentuk akad yang dilakukan untuk tujuan komersial.19

2. Prinsip Dasar Asuransi Syariah

Prinsip dasar yang ada dalam asuransi syariah tidaklah jauh berbeda dengan prinsip dasar yang berlaku pada konsep ekonomika islami secara komprehensif dan bersifat major. Hal ini disebabkan karena kajian asuransi syariah merupakan turunan

minor dari konsep ekonomika islami20. Biasanya literatur ekonomika islami selalu

19

Abdul ghoni dan Erny arianty, Akutansi Asuransi Syariah Antara Teori & Praktik, Jakarta 2007 Insco Solusihal 1.

20

AM.Hasan Ali,Asuransi dalam Persfektif Hukum Islam suatu tinjauan analisis historis, teoritis, & praktis ,Kencana Jakarta 2004 hal 125.


(32)

melakukan penurunan nilai pada tataran konsep atau institusi yang ada dalam lingkup kajiannya, seperti lembaga perbankan dan asuransi.

a. Tauhid

Prinsip tauhid adalah dasar utama dari setiap bentuk bangunan yang dalam syariah islam. Setiap bangunan dan aktivitas kehidupan manusia harus didasarkan pada nilai-nilai tauhid. Artinya bahwa dalam setiap gerak langkah serta bangunan hukum harus mencerminkan nilai-nilai ketuhanan. Tauhid sendiri dapat diartikan sebagai suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan, manusia dengan atribut yang melekat pada dirinya adalah fenomena sendiri yang realitanya tidak dapat dipisahkan dari penciptanya21.

Dalam berasuransi yang harus diperhatikan adalah bagaimana seharusnya menciptakan suasana dan kondisi bermuammalah yang tertuntun oleh nilai-nilai ketuhanan. Paling tidak dalam setiap melakukan aktivitas berasuransi ada semacam keyakinan dalam hati bahwa Allah SWT selalu mengawasi seluruh gerak langkah kita dan selalu berada bersama kita. kalau pemahaman semacam ini terbentuk dalam setiap “pemain” yang terlibat dalam perusahaan asuransi maka pada tahap awal masalah yang sangat urgensi telah terlalui dan dapat melangsungkan perjalanan bermuammalah seterusnya.

b. Keadilan ( justice )

Prinsip kedua dalam berasuransi adalah terpenuhinya nilai-nilai keadilan antara pihak-pihak yang terikat dengan akad asuransi. Keadilan dalam hal ini

21


(33)

dipahami sebagai upaya dalam menempatkan hak dan kewajiban antara nasabah dan perusahaan asuransi. Pertama, nasabah asuransi harus memosisikan pada kondisi yang mewajibkannya untuk selalu membayar iuran uang santunan (premi) dalam jumlah tertentu kepada perusahaan asuransi dan mempunyai hak untuk mendapatkan sejumlah dana santunan jika terjadi peristiwa kerugian22.

Kedua, perusahaan asuransi yang berfungsi sebagai lembaga pengelola dana mempunyai kewajiban membayar klaim (dana santunan) kepada nasabah. Di sisi lain, keuntungan yang dihasilkan perusahaan asuransi dari hasil investasi dana nasabah harus dibagi sesuai dengan akad yang disepakati sejak awal.

c. Tolong-menolong (ta’awun)

Prinsip dasar yang lain dalam melaksanakan kegiatan berasuransi harus didasari semangat tolong-menolong antara nasabah. Sesorang yang masuk asuransi, sejak awal harus mempunyai niat dan motivasi untuk membantu meringankan beban temannya yang pada suatu saat ketika mendapatkan musibah atau kerugian. Praktik tolong menolong dalam asuransi adalah unsur utama pembentuk (DNA-Chromosom)

bisnis asuransi, tanpa adanya unsur ini atau semata-mata hanya untuk mengejar keuntungan bisnis (profit oriented) berarti perusahaan asuransi itu sudah kehilangan karakter utamanya23.

d. Kerjasama (cooperation)

22

Ibid h.127 23


(34)

Prinsip kerjasama (coorperation) merupakan prinsip universal yang selalu ada dalam literatur ekonomi Islam. Manusia sebagai makhluk yang mendapat mandat dari Khaliq-Nya untuk mewujudkan perdamaian dan kemakmuran dimuka bumi mempunyai dua wajah yang tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya. Manusia sebagai makhluk sosial tidak dapat hidup sendiri tanpa adanya bantuan dari orang lain, sebagai apresiasi dirinya sebagai makhluk sosial, nilai kerjasama adalah suatu norma yang tidak dapat ditawar lagi. Hanya dengan mewujudkan kerjasama antar sesama manusia, manusia baru dapat merealisasikan kedudukannya sebagai makhluk sosial24.

Kerjasama dalam bisnis asuransi dapat berwujud dalam bentuk akad yang dijadikan acuan antara kedua belah pihak yang terlibat, yaitu antara anggota (nasabah) dan perusahaan asuransi. Dalam operasionalnya, akad yang dipakai dalam bisnis asuransi biasanya memakai konsep mudharabah dan musyarakah. Diantara kedua konsep tersebut merupakan dua buah konsep dasar dalam kajian ekonomika Islam dan mempunyai nilai historis dalam perkembangan keilmuan ini.

e. Amanah (trustworthy/al-amanah)

Prinsip amanah dalam organisasi perusahaan dapat terwujud dalam nilai-nilai akuntanbilitas (pertanggungjawaban) perusahaan dalam penyajian laporan keuangan dalam setiap periode. Dalam hal ini perusahaan asuransi harus member kesempatan besar kepada nasabah untuk mengakses laporan keuangan perusahaan, laporan

24


(35)

keuangan yang dikeluarkan perusahaan asuransi harus mencerminkan nilai-nilai kebenaran dan keadilan dalam bermuammalah melalui auditor public25.

Prinsip amanah juga harus berlaku pada diri nasabah asuransi. Seseorang yang menjadi nasabah asuransi berkewajiban menyampaikan informasi yang benar berkaitan dengan pembayaran iuran atau premi dan tidak memanipulasi kerugian yang menimpa dirinya.

f. Kerelaan (al-ridha)

Prinsip kerelaan (al-ridha) dalam berbisnis asuransi dapat diterapkan dalam setiapa anggota (nasabah) asuransi agar mempunyai motivasi dari awal untuk merelakan sejumlah dana atau premi yang disetorkan kepada perusahaan asuransi, yang difungsikan sebagai dana sosial (tabarru) memang betul-betul digunakan untuk tujuan membantu meringankan sesama anggota atau nasabah asuransi yang lain jika mengalami bencana kerugian26.

g. Larangan Riba

Riba secara bahasa bermakna ziyadah (tambahan). Dalam pengertian lain, secara linguistic berarti tumbuh dan membesar. Sedangkan untuk pengambilan teknis riba berarti pengambilan tambahan dari harta pokok atau modal secara bathil. Dalam kitab Tafsir Kabir sebagaimana yang dijelaskan oleh A.M Hasan Ali dalam bukunya

25

Ibid h.128 26


(36)

yang berjudul Asuransi dalam Persfektif Hukum Islamsuatu tinjauan analisis historis, teoritis, & praktis mengajukan beberapa alasan mengenai pengharaman riba27 :

• Riba tak lain adalah mengambil harta orang lain tanpa ada nilai imbalan apapun. Padahal, menurut sabda Nabi Muhammad SAW, harta seseorang adalah seharam darahnya bagi orang lain.

• Riba dilarang karena menghalangi manusia untuk terlibat dalam usaha yang aktif. Orang kaya, jika ia mendapat penghasilan dari riba, akan bergantung pada cara yang gampang ini dan membuang pikiran untuk giat berusaha.

• Kontrak riba memunculkan hubungan yang tegang diantara sesama manusia.

• Keharaman riba dibuktikan dengan ayat al-Qur’an, dan kita tidak perlu mengetahui alasan pengharamannya. Kita harus membuangnya karena haram, meskipun kita tidak tahu pengharamannya.

h. Larangan Maisir (judi)

Allah SWT telah memberi penegasan terhadap keharaman melakukan aktivitas ekonomi yang mempunyai unsur maisir (judi). Artinya adanya salah satu pihak yang untung namun di lain pihak justru mengalami kerugian. Hal ini tampak jelas apabila pemegang polis dengan sebab-sebab tertentu membatalkan kontraknya sebelum masa reversingperiod, biasanya tahun ketiga maka yang bersangkutan tidak akan menerima kembali uang yang telah dibayarkan kecuali sebagian kecil saja. Juga

27


(37)

adanya unsur keuntungan yang dipengaruhi oleh pengalaman underwriting, dimana untung rugi terjadi sebagai hasil dari ketetapan28.

i. Larangan Gharar (ketidakpastian)

Gharar dalam pengertian bahasa adalah al-khida (penipuan), yaitu suatu tindakan yang didalamnya diperkirakan tidak ada unsur kerelaaan. Wahbah al-Zuhaili didalam bukunya A.M Hasan Ali yang berjudul Asuransi dalam Persfektif Hukum Islam suatu tinjauan analisis historis, teoritis, & praktis memberi pengertian tentang gharar sebagai al-khatar dan al-taghrir, yang artinya penampilan yang menimbulkan kerusakan (harta) atau sesuatu yang tampaknya menyenangkan tetapi hakikatnya menimbulkan kebencian29.

3. Mekanisme Pengelolaan Dana

3.1 Perusahaan Sebagai Pemegang Amanah

Sistem operasional asuransi syariah (takaful) adalah saling bertanggung jawab, bantu-membantu, dan saling melindungi antara para pesertanya. Perusahaan asuransi syariah di beri kepercayaan atau amanah oleh para pesertanya untuk mengelola premi, mengembangkan dengan jalan yang halal, dan memberikan santunan kepada yang mengalami musibah sesuai dengan isi akta perjanjian. Keuntungan perusahaan diperoleh dari pembagian keuntungan dana peserta yang dikembangkan dengan prinsip mudharabah (sistem bagi hasil). Para peserta takaful berkedudukan sebagai pemilik modal (shohibul maal) dan perusahaan takaful

28

Ibid h.130 29


(38)

berfungsi sebagai pemegang amanah (mudharib). Keuntungan yang diperoleh dari pengembangan dana itu dibagai antara para peserta dan perusahaan sesuai dengan ketentuan (nisbah) yang telah disepakati30. Mekanisme pengelolaan dana peserta atau premi terbagi menjadi dua sistem.

1. Sistem pada produk saving “tabungan”.

2. Sistem pada produk non saving “tidak ada tabungan”. 3.2 Sistem Pada Produk Saving (unsur tabungan)

Setiap peserta wajib membayar sejumlah uang atau premi secara teratur kepada perusahaan. Besarnya premi yang dibayarkan tergantung kepada keuangan peserta. Akan tetapi, perusahaan menetapkan jumlah minimum premi yang akan dibayarkan. Setiap premi yang akan dibayarkan oleh peserta aikan dipisah dalam dua rekening yang berbeda.

1. Rekening Tabungan Peserta

Yaitu dana yang merupakan milik peserta, yang akan dibayarkan bila : - Perjanjian berakhir,

- Peserta mengundurkan diri, - Peserta meninggal dunia. 2. Rekening Tabarru

30

Muhammad Syakir Sula, Asuransi Syariah life and General Konsep dan Operasional,Jakarta Gema Insani Press 2004 hal,176.


(39)

Yaitu kumpulan dari dana-dana kebajikan yang telah diniatkan oleh peserta asuransi sebagai iuran dana kebajikan untuk tujuan saling menolong dan saling membantu diantara para peserta, yang dibayarakan bila :

- Peserta meninggal dunia

- Perjanjian telah berakhir (jika ada surplus dana)

Sistem inilah sebagai implementasi dari akad takafuli dan akad mudharabah, sehingga asuransi syariah dapat terhindar dari unsur gharar dan maisir. Selanjutnya kumpulan dana peserta ini diinvestasikan sesuai dengan syariat Islam. Tiap keuntungan yang diperoleh dari hasil investasi, setelah dikurangi oleh beban asuransi (klaim dan premi asuransi), akan dibagi rata menurut prinsip mudharabah. Persentase perbandingan mudharabah dibuat dalam suatu perbandingan tetap berdasarkan perjanjian kerjasama antara perusahaan dengan peserta.

Adapun manfaat takaful pada unsur tabungan yang akan diperoleh peserta atau ahli warisnya adalah sebagai berikut31.

1. Jika peserta ditakdirkan meninggal dunia dalam masa perjanjian, maka ahli warisnya akan memperoleh

- Dana rekening tabungan yang telah disetor,

- Bagian keuntungan atas bagi hasil investasi mudharabah dari rekening tabungan,

- Selisih manfaat takaful awal (rencana menabung) dengan premi yang sudah dibayar.

31


(40)

2. Bila peserta mengundurkan diri sebelum perjanjian berakhir, maka peserta akan memperoleh

- Dana rekening tabungan yang telah disetor,

- Bagian keuntungan atas bagi hasil investasi mudharabah dari rekening tabungan.

3.3 Sistem pada Produk Non Saving (non tabungan)32

Setiap premi yang dibayar oleh peserta, akan dimasukan kedalam rekening

tabarru perusahaan. Yaitu, kumpulan dana yang telah diniatkan oleh peserta sebagai iuran dan kebajikan untuk tujuan saling menolong dan saling membantu. Kumpulan dana peserta ini akan diinvestasikan sesuai dengan syariat Islam. Keuntungan hasil investasi setelah dikurangi dengan beban asuransi yaitu beban klaim dan premi peserta, akan dibagi antara peserta dan perusahaan menurut prinsip al-mudharabah

dalam suatu perbandingan tetap berdasarkan perjanjian kerjasama antara perusahaan dan peserta.

Adapun manfaat takaful pada produk non tabungan seperti

1. Bila peserta ditakdirkan meninggal dunia dalam masa perjanjian, maka ahli warisnya akan mendapatkan dana santunan meninggal dari perusahaan asuransi, sesuai dengan jumlah yang direncanakan oleh peserta.

32


(41)

2. Bila peserta hidup, sampai masa perjanjian berakhir, maka peserta akan mendapatkan bagian keuntungan atas rekening tabarru yang telah ditentukan oleh perusahaan dengan skema mudharabah.

Dalam operasionalnya asuransi syariah yang berbentuk bisnis seperti ini, sumber biaya operasionalnya menjadikan sangat menentukan dalam perkembangan dan percepatan pertumbuhan. Asuransi syariah yang bersifat sosial tentu tidak terlampau menggutamakan aspek perolehan profit, tetapi lebih mengutamakan aspek manfaat-manfaat yang sebesar-besarnya bagi anggotanya, sebagaimana fungsi utama asuransi syariah, yaitu wataawanu alal biniwattaqwa’ saling menolong dalam kebajikan dan taqwa.

4. Konsep Operasional Asuransi Syariah

4.1 Konsep Takafuli (Tolong-Menolong)

Dalam konsep asuransi syariah, sebenarnya lebih mempresentasikan ke hadits Nabi Muhammad SAW yang menjadi dasar konsep tolong-menolong atau saling melindungi dalam kebenaran sebagaimana yang termuat dalam surat al-Ma’idah ayat 2. Dalam hadits riwayat Bukhari dan Muslim, Rasullulah bersabda, “Mukmin terhadap mukmin lainnya seperti memperkuat satu sama lain.” Pada hadits riwayat

Bukhari yang lain, “orang-orang mukmin dalam kecintaan dan kasih sayang mereka

seperti satu badan. Apabila salah satu anggota badan itu menderita sakit, maka seluruh badan merasakannya.”


(42)

Bentuk tolong-menolong ini diwujudkan dalam kontribusi dana kebajikan atau dana tabarru sebesar yang ditetapkan. Apabila ada salah satu dari peserta

takafuli atau peserta asuransi syariah mendapat musibah, maka peserta lainnya ikut menanggung resiko, dimana klaimnya dibayarkan dari akumulasi dana tabarru yang terkumpul.33 Pada beberapa praktik asuransi syariah, surplus dana tabarru’ dikembalikan sebagian kepada peserta melalui mekanisme mudharabah (bagi hasil).

4.2 Perjanjian (Akad)

Akad yang mendasari kontrak asuransi syariah adalah akad tabarru’, dimana pihak pemberi dengan ikhlas memberikan sesuatu (kontribusi/premi) tanpa ada keinginan untuk meminta apapun dari orang yang menerima, kecuali hanya mengharapkan keridhaan Allah. Hal ini tentu saja akan sangat berbeda dengan akad dalam asuransi konvensional. Dalam asuransi konvensional akad yang digunakan adalah akad mu’awadhah, yaitu suatu perjanjian yang dimana pihak yang memberikan sesuatu kepada pihak lain berhak menerima pengganti dari pihak yang diberinya. Namun dalam praktik asuransi syariah saat ini, terdapat perbedaan dalam implementasi akad tabarru, sebagian asuransi syariah dalam praktiknya memberikan bagi hasil atau mudharabah apabila terjadi surplus dana tabarru. Sebagian lagi asuransi syariah tidak memberikan dengan alasan yang telah dikemukakan, bahwa dana tabarru adalah dana yang sudah di ikhlaskan untuk tolong menolong, peserta asuransi tidak perlu mengharapkan pengembalian apapun kecuali hanya mengharapkan kebaikan dan pahala dari Allah. Pada dasarnya operasional asuransi

33


(43)

syariah tidak jauh berbeda dengan asuransi konvensional jika dilihat dari alur dana yang ada. Namun jika dilihat dari pengelolaan dan prinsip-prinsip yang ada maka jelas terlihat perbedaan diantara keduanya, dimana asuransi syariah mematuhi prinsip syariah dengan tidak melakukan praktek yang mengandung unsur riba, gharar, dan

maisir.34

B. Asuransi Jiwa

1. Pengertian Asuransi Jiwa

Dalam asuransi jiwa yang menjadi pertanggungannya adalah yang disebabkan oleh kematian. Dari kematian tersebut mengakibatkan hilangnya pendapatan seseorang atau suatu keluarga tertentu. Resiko yang dimungkinkan timbul pada asuransi jiwa terutama terletak pada unsur waktu. Oleh karena itu, sulit untuk mengetahui kapan seseorang meninggal dunia. Maka untuk memperkecil resiko tersebut sebaiknya diadakan pertanggungan jiwa.

Asuransi jiwa adalah asuransi yang bertujuan menanggung orang terhadap kerugian financial tak terduga yang disebabkan karena meninggalnya terlalu cepat atau hidupnya terlalu lama.35 Disini terlukis bahwa dalam asuransi jiwa resiko yang dihadapi adalah resiko kematian dan hidup seseorang terlalu lama. Hal ini sudah barang tentu akan membawa banyak aspek, apabila resiko yang terdapat dalam diri seseorang tidak diasuransikan keperusahaan asuransi jiwa.

34

Ali Sakti, Analisis Teoritis Ekonomi Islam Jawaban Atas Kekacauan Ekonomi Modern, Jakarta Paradigma dan Aqsa Publishing 2007 hal 300.

35

Drs.H. Abbas Salim, M.A Asuransi dan Manajemen Resiko edisi 2 Jakarta PT RajaGrafindo Persada 2005 hal 25.


(44)

Umpamanya jaminan untuk keturunan (dependents), seseorang bapak kalau dia meninggal dunia sebelum waktunya atau dengan tiba-tiba, si anak tidak akan terlantar selama hidupnya. Bisa juga terjadi terhadap seseorang yang telah mencapai umur ketuaannya (old age) dan tidak mampu untuk mencari nafkah atau membiayai anak-anaknya, maka membeli asuransi jiwa, resiko yang mungkin diderita dalam arti kehilangan kesempatan untuk mendapat penghasilan akan ditanggung oleh perusahaan asuransi.

Menurut Prof. Dr. Wirjono Prodjodikoro asuransi jiwa yaitu persetujuan untuk mengadakan pembayaran sejumlah uang dengan menerima premi, dalam hubungannya hidup atau wafatnya seseorang.36

Ternyata disini sudah jelas bahwa asuransi jiwa ada faedahnya dengan tujuan utamanya adalah untuk menanggung atau menjamin seseorang terhadap kerugian-kerugian financial.

2. Prinsip Umum Asuransi Jiwa

Pada dasarnya prinsip asuransi jiwa terdiri dari prinsip ekonomi, prinsip aktuaria, dan prinsip hukum, akan tetapi beberapa pakar asuransi jiwa menambahkan prinsip tersebut dengan prinsip kerjasama37.

1. Prinsip Ekonomi

36

Prof. Dr. Wirjono Prodjodikoro, S.H. Hukum Asuransi di Indonesia, Jakarta Intermasa 1996 hal 158.

37

Drs.H. Abbas Salim, M.A Asuransi dan Manajemen Resiko edisi 2 Jakarta PT RajaGrafindo Persada 2005 hal 27


(45)

Di dalam prinsip ekonomi, asuransi jiwa memberikan dorongan kepada manusia untuk menggunakannya sebagai alat untuk mengurangi kerugian secara ekonomi dimasa yang akan datang, sebab didalam asuransi jiwa terdapat unsur-unsur proteksi dan tabungan. Kerugian ekonomi yang dimaksud merupakan kerugian yang disebabkan oleh resiko-resiko yang pasti dihadapi, misalnya resiko kematian, resiko hari tua, resiko kecelakaan, yang mana akan mengakibatkan pengurangan pada penghasilan seseorang. Apabila resiko-resiko tersebut terjadi terhadap pencari nafkah, maka dengan penutupan asuransi jiwa yang memadai akan dapat menyangga dan mengurangi tekanan financial seseorang yang hidupnya tergantung kepada pencari nafkah tersebut. Oleh karena itu, asuransi jiwa dapat mengurangi gangguan rasa cemas dan mengurangi keragu-raguan yang mana mempunyai hubungan yang erat dengan kesehatan.

2. Prinsip Aktuaria

Didalam kontrak asuransi jiwa terdapat kewajiban hak tertanggung dan penanggung. Tertanggung, berkewajiban untuk membayar premi dan berhak mendapatkan jumlah-jumlah tertentu. Misalnya, jumlah uang pertanggungan, pinjaman atas polis dan bonus/deviden. Penanggung, berkewajiban untuk membayar jumlah uang pertanggungan dan berhak untuk mendapatkan premi. Didalam perhitungan premi tersebut, maka digunakanlah dasar-dasar perhitungan aktuaria. Contohnya, tingkat kematian mortalita table, suku bunga interest, dan biaya loading. Dari perhitungan tersebut terbentuklah cadangan yang akan digunakan oleh


(46)

perusahaan asuransi jiwa untuk membayar kewajiban-kewajibannya kepada tertanggung (perhitungan tersebut didasarkan atas prinsip aktuaria).

3. Prinsip Hukum

Unsur-unsur yang terdapat dalam prinsip hukum adalah Utmost Good Faith

(iktikad baik) dan insurable interest (kepentingan yang dapat diasuransikan).

- Utmost Good Faith adalah calon tertanggung dianggap sebagai pemilik material facts dan berkewajiban untuk mengungkapkan dengan jelas dan akurat serta I’tikad baik. Facts yang dimaksud adalah facts yang dapat mempengaruhi underwriter didalam menentukan akseptasi, premium rate dan penilaian lainnya. Dengan kata lain keputusan underwriter terhadap seleksi resiko tergantung kepada

facts yang diberikan tertanggung/ proposer.

- Insurable Interest adalah seseorang dapat menutup asuransi, apabila ia mempunyai kepentingan financial dengan yang diasuransikannya dan diakui secara hukum. Selanjutnya ia akan menderita kerugian financial terhadap yang diasuransikannya apabila resiko kerugian tersebut menimpanya. Dan didalam asuransi jiwa insurable interest terjadi pada saat penutupan asuransi.

3. Fungsi Serta Tujuan Asuransi Jiwa

Tujuan pertanggungan jiwa ialah mengadakan jaminan bagi masyarakat, yaitu mengambil alih semua beban resiko dari tiap-tiap individu. Bilamana jika ditanggung sendiri akan terasa lebih berat, maka lebih baik dialihkan ke perusahaan asuransi


(47)

jiwa. Untuk mengambil alih resiko dari masyarakat itu, oleh perusahaan asuransi dipungut suatu pembayaran yang relative lebih rendah yang disebut premi38.

Disini terdapat peranan penting serta tujuan asuransi jiwa yang bisa memberikan keuntungan-keuntungan tertentu terhadap individu atau kelompok, yaitu sebagai berikut :

1. Dari segi masyarakat umumnya (social)

a. Menenteramkan kepala keluarga (suami/bapak), dalam arti memberi jaminan penghasilan, pendidikan, apabila kepala keluarga tersebut meninggal dunia. b. Dengan membeli polis asuransi jiwa dapat digunakan sebagai alat untuk

menabung. Pada umumnya pendapatan perkapita dari masyarakat masih sangat rendah, oleh karena itu, dalam praktik terlihat bahwa keinginan masyarakat untuk membeli asuransi jiwa masih sedikit.

c. Sebagai sumber penghasilan (earning power). Ini dapat kita lihat pada Negara-negara yang sudah maju, seseorang yang merupakan “kunci” dalam perusahaan akan diasuransikan oleh perusahaannya dimana ia bekerja. Banyak sedikitnya akan mempengaruhi terhadap kehidupan perusahaan yang sedang berjalan.

d. Tujuan lain asuransi jiwa ialah untuk menjamin pengobatan dan menjamin kepada keturunan andaikata yang mengasuransikan tidak mampu untuk mendidik anak-anaknya (beasiswa/pendidikan).

2. Dari segi pemerintah/publik

38


(48)

Perusahaan asuransi jiwa di negara kita yang besar operasinya, umumnya kepunyaan pemerintah. Bahwa disini perusahaan asuransi merupakan suatu lembaga keuangan yang memberikan fasilitas untuk pembiayaan yang dapat digunakan untuk dalam tahap pembangunan ekonomi Indonesia. Berdasarkan Undang-Undang No. 19 tahun 1960, ternyata bahwa sumbangan lembaga asuransi terhadap pembangunan ekonomi adalah :

a. Sebagai alat pembentukan modal (capital formation) b. Lembaga penabungan (saving)

Jadi dapat dikatakan bahwa tujuan perusahaan asuransi untuk turut membangun ekonomi nasional di bidang perasuransian jiwa sesuai dengan Repelita, dengan mengutamakan kebutuhan rakyat dan ketenteraman serta kesenangan bekerja dalam perusahaan menuju adil dan makmur materiil dan spiritual.

4. karakteristik Asuransi Jiwa

Menurut PSAK No 36. Karakteristik asuransi jiwa antara lain :

1) Usaha asuransi jiwa merupakan suatu sistem proteksi manghadapi resiko keuangan atas hidup atau meninggalnya seseorang dan sekaligus merupakan upaya penghimpunan dana masyarakat.

2) Premi merupakan pendapatan perusahaan asuransi, disamping hasil investasi yang menjadi kegiatan tidak terpisahkan dari usaha asuransi jiwa.

3) Investasi berfungsi utama untuk memenuhi seluruh kewajiban manfaat yang akan diberikan kepada tertanggung.


(49)

4) Kewajiban keuangan bagi usaha asuransi jiwa terkait denganh ketidakpastian terjadinya suatu peristiwa, hal ini mempengaruhi penyajian laporan keuangan. 5) Pihak tertanggung (pembeli kontrak asuransi) membayar terlebih dahulu premi

asuransi atau titipan premi kepada perusahaan asuransi sebelum sesuatu atau peristiwa yang diasuransikan terjadi, pembayaran ini merupakan pendapatan bagi perusahaan asuransi. Pada saat kontrak asuransi disetujui perusahaan asuransi biasanya belum mengetahui apakah ia akan membayar manfaat asuransi berapa besar pembayaran itu, dan kalau terjadi kapan terjadinya. Hal ini berpengaruh kepada masalah pengakuan pendapatan dan pengukuran beban.

6) Perusahaan asuransi jiwa harus memenuhi kesehatan keuangan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dibidang perasuransian, misalnya batas tingkat solvabilitas (solvency margin).

5. Jenis Kontrak Polis Asuransi Jiwa

Dalam mempelajari asuransi jiwa sebelumnya dapat kita bagi atas ordinary life insurance (asuransi jiwa biasa) yang terdiri atas sebagai berikut39 :

1. Term Of Life Insurance (Eka Waktu)

Asuransi eka waktu mempunyai suatu bentuk pertanggungan yang mempunyai jangka waktu tertentu. Misalnya jangka waktu 2 tahun, 3 tahun, 5 tahun dan seterusnya. Pembayaran premi pada term insurance lebih murah dibandingkan dengan jenis pertanggungan jiwa lainnya. Kejelekannya adalah bilamana jangka

39

Drs.H. Abbas Salim, M.A Asuransi dan Manajemen Resiko edisi 2 Jakarta PT RajaGrafindo Persada 2005 hal.34.


(50)

waktu telah habis (daluwarsa) sedangkan pembeli asuransi masih hidup, pemegang polis asuransi tidak bisa manarik uangnya kembali atau tidak ada cash value.

2. Whole Life Insurance (seumur hidup)

Whole life insurance adalah asuransi secara permanen dimana pembayaran premi setiap tahun sama besarnya/ level premium. Untuk pembayaran premi tersebut ditetapkan sekali dan berlaku untuk seumur hidup, berapa pun meningkatnya resiko premi yang dilunasi oleh pemegang polis tetap saja besarnya. Saat ini didalam praktik sudah kurang dipergunakan karena sudah tidak menguntungkan bagi perusahaan asuransi yang bersangkutan. Kebaikan cara ini adalah uang premi yang diterima perusahaan dapat dipakai untuk melaksanakan investasi modal.

3. Endowment life Insurance (Dwiguna)

Pada endowment life insurance, asuransi yang dibayarkan bilamana dalam jangka waktu tertentu seseorang meninggal dunia atau ia tetap masih hidup. Pembayaran premi lebih mahal bila dibandingkan dengan term insurance. Pada

endowment life insurance mengandung unsur asuransi eka waktu (term insurance) dan pure endowment (alat untuk menabung) misalnya digunakan untuk keprluan biaya pendidikan anak dikemudian hari. Bedanya dengan term insurance ialah bilamana kontrak lewat waktunya, maka uang pertanggungan tidak akan hilang, jadi bisa diterima kembali. Lamanya kontrak tergantung kepada perjanjian yang dibuat oleh pihak-pihak yang bersangkutan40.

4. Annuity (anuitas)

40


(51)

Anuitas prinsipnya berbeda dengan asuransi biasa. Anuitas bertujuan untuk membentuk dana (funds) agar bisa digunakan pada waktu hari tuanya. Hal yang penting disini adalah cara bagaimana mengumpulkan dana-dana, sedangkan pada asuransi tujuannya untuk memperkecil resiko, yaitu resiko keuangan yang mungkin akan timbul dimasa-masa yang akan datang. Mana yang baik dari keempat pertanggungan tersebut diatas, tergantung dari segi mana kita melihatnya, dari nasabah asuransi atau perusahaan asuransi.

6. Sifat-Sifat Kontrak Asuransi Jiwa

Dalam pertanggungan asuransi jiwa ada beberapa sifat khas dari perjanjian tersebut.

a. All police are valued policies. Pada asuransi jiwa jumlah nilai polis sudah ditentukan jumlah maksimum dari pertanggungan. Kontrak asuransi tidak

indemnity, artinya kita bisa memperoleh keuntungandari pertanggungan tersebut. b. Kadang-kadang jangka waktu asuransi digunakan untuk seumur hidup (whole life

insurance), pembayaran premi sama besarnya walaupun resiko bertambah lama bertambah besar.

c. Dengan membayar premi secara level premium (merata), kerugian-kerugian pada waktu membayar di kompensir pada waktu yang akan datang.

d. Asuransi jiwa mengandung unsur ‘investasi’ (capital formation). e. Pembuktian klaim mudah karena :


(52)

- Tertanggung benar-benar meninggal dunia.

- Apakah ahli waris benar-benar yang berhak menerimanya.

f. Kontrak adalah uncontestable contract artinya bila seseorang berbohong dan ini tidak diketahui oleh perusahaan, maka perjanjian tidak bisa dibatalkan.

g. Perusahaan asuransi akan membayar sejumlah uang tertentu kepada ahli warisnya.

7. Sifat-Sifat Khusus Asuransi Jiwa Secara Kolektif

Sifat-sifat asuransi jiwa secara kolektif adalah sebagai berikut41 :

a. Susunan asuransi kolektif bermacam-macam, salah satu syarat pokok yang harus dipenuhi ialah, jumlah kelompok atau group paling sedikit berjumlah dua puluh lima orang atau lebih dan tergabung dalam organisasi tertentu. Misalnya group

life insurance terdiri dari satu tipe pekerja-pekerja industri atau pabrik.

b. Kontrak atau perjanjian asuransi yang dibuat group dengan perusahaan asuransi sifatnya tertutup. Dalam sistem group ini, kita lihat ada tiga pihak yang berkepentingan yaitu :

- Pemegang polis asuransi - Perusahaan asuransi

- Tertanggung ( yaitu orang-orang yang tergabung dalam satu organisasi) c. Bilamana salah seorang karyawan atau buruh ingin keluar dari kelompok tersebut,

maka ia boleh mengganti polis asuransi nya dengan polis perorangan (individu).

41


(53)

d. Pegawai atau buruh tidak boleh memilih sendiri macam atau jenis asuransi yang diinginkan. Hal ini ditentukan sendiri oleh perusahaan.

e. Jika pembayaran premi asuransi dibayar oleh perusahaan yang bersangkutan, maka ahli waris bagi tertanggung ditentukan oleh pihak perusahaa. Dan bila premi asuransi dibayar sendiri oleh buruh atau karyawan yang bersangkutan, maka tertanggung berhak menentukan siapa yang menjadi ahli warisnya bersama-sama dengan pihak perusahaan.

f. Perjanjian atau kontrak yang telah dibuat batal jika premi tidak dibayar, karyawan keluar atau berhenti dan lain-lain.

g. Andaikata karyawan keluar atau berhenti dari kelompok tersebut, maka perusahaan dapat menggantikan tempatnya dengan karyawan atau buruh yang lainnya.

Dari uraian-uraian diatas ternyata bahwa asuransi jiwa secara kolektif sangatlah berbeda dan mempunyai cirri-ciri khusus bila dibandingkan dengan asuransi jiwa biasa. Pada umumnya premi asuransi jiwa secara kolektif lebih rendah dari pada asuransi secara individual. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhinya sebagai berikut42 :

- Pada asuransi jiwa kolektif tidak dilakukan medical examination

(pemeriksaan kesehatan), seperti dalam asuransi jiwa biasa. Jadi dengan demikian, akan mengurangi biaya–biaya asuransi, terutama yang menyangkut dengan biaya pemeriksaan. Keadaan seperti ini dapat memberi pengaruh pada penetapan tarif

42


(54)

premi, oleh karena itu biaya pemeriksaan kecil, akibat tarif yang ditetapkan juga rendah.

- Dilihat dari sudut marketing, biaya-biaya advertising atau periklanan, reklame, dan promosi penjualan tidak diperlukan. Karena para calon pembeli asuransi telah tergabung dalam satu organisasi, jadi tidak diperlukan untuk mengeluarkan biaya-biaya promosi penjualan yang tinggi, jika dibandingkan dengan penjualan polis tersebut secara individu.

- Biaya-biaya penagihan relatif kecil, karena para tertanggung telah terorganisasi dalam suatu kelompok, keadaan seperti ini dapat menghemat biaya untuk menagih.


(55)

BAB III

SANTUNAN KEMATIAN KOTA DEPOK SERTA KERJASAMANYA DENGAN ASURANSI SYARIAH MUBAROKAH

A. Visi, Misi dan Proses Santunan Kematian Kota Depok

Visi dan Misi Kota Depok

Visi dan misi jangka menengah lima tahunan, yang akan ditetapkan pemangku jabatan WaliKota selama periode jabatannya tahun 2006-2011, mencerminkan prioritas pembangunan Kota Depok untuk lima tahun ke depan yang dilihat dari rentan waktu tersebut.43

Visi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) untuk lima tahun ke depan, yaitu ”Menuju Kota Depok yang melayani dan mensejahterakan”. Visi Walikota yang tertuang dalam RPJMD Kota Depok lima tahun ke depan, terkandung pengertian yaitu Melayani berarti meningkatkan kualitas pelayanan aparatur dan penyediaan sarana dan prasarana bagi warga Depok dengan meningkatkan kemampuan lembaga dan aparatur pemerintahan dalam memberikan dan menyediakan barang-barang publik dengan cara-cara yang paling efisien dan meningkatkan kemampuan masyarakat untuk ikut serta dalam pembangunan daerah. Mensejahterakan berarti meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan

43

Situs Resmi kota Depok ( http://www.depok-online.com ) diakses pada tanggal 28 April 2009


(56)

mengembangkan potensi ekonomi yang dapat memberikan lapangan pekerjaan dan kehidupan bagi masyarakat banyak dan juga keuangan daerah.

Untuk mewujudkan Visi RPJMD Kota Depok lima tahun ke depan, telah dirumuskan Misi RPJMD tahun 2006-2011 yaitu:

1) Mewujudkan pelayanan yang ramah ,cepat dan transparan.

2) Membangun dan mengelola sarana dan prasarana infrastruktur yang cukup, baik dan merata.

3) Mengembangkan perekonomian masyarakat, dunia usaha dan keuangan daerah. 4) Meningkatkan kualitas keluarga, pendidikan, kesehatan dan kesejahteraan

masyarakat berlandaskan nilai-nilai agama.

Dari ke empat penjabaran tersebut misi RPJMD Kota Depok Tahun 2006-2011 dimaksudkan untuk memayungi arah kebijakan dan strategi pencapaian program lima tahunan kedepan yaitu44 :

a) Mewujudkan Pelayanan Yang Ramah, Cepat Dan Transparan.

Pada misi ini dititikberatkan pada peningkatan kualitas pelayanan publik yang diharapkan dapat meningkatkan indeks kepuasan masyarakat pengguna layanan, dengan kebijakan strategis pencapaiannya diantaranya peningkatan integrasi pelayanan melalui pembentukan pelayanan terpadu terhadap beberapa jenis

44

Situs Resmi kota Depok ( http://www.depok-online.com ) diakses pada tanggal 28 April 2009


(57)

pelayanan pemerintah. Hal ini dimaksudkan untuk meningkatkan minat investor dengan pelayanan yang ramah, cepat dan transparan.

b) Membangun Dan Mengelola Sarana & Prasarana Infrastruktur Yang Cukup, Baik

Dan Merata.

Misi ini dimaksudkan untuk meningkatkan pendistribusian pelayanan sarana dan prasarana yang merata di seluruh wilayah Kota Depok. Hal ini dilakukan melalui peningkatan pelayanan transportasi dengan kegiatan pembangunan, serta peningkatan, rehabilitasi dan pemeliharaan sarana dan prasarana transportasi seperti pembukaan ruas jalan baru maupun dengan pembangunan ruas jalan tol serta pengembangan manajemen transportasi. Misi ini juga menekankan pada kebijakan peningkatan pengelolaan kebersihan dan lingkungan hidup seperti peningkatan kualitas pengelolaan lingkungan hidup, pengendalian banjir serta meningkatkan manajemen pengelolaan persampahan di TPA maupun TPS. Sebelum ini paradigma pengelolaan sampah hanya sebatas kumpul-angkut-buang dengan tetap meninggalkan masalah.

c) Mengembangkan Perekonomian Masyarakat, Dunia Usaha Dan Keuangan Daerah.

Melalui misi ketiga ini akan melahirkan berbagai kebijakan, diantaranya peningkatan perekonomian masyarakat melalui peningkatan jaringan kemitraan koperasi, UKM dan dunia usaha, meningkatkan investasi daerah berbasis tenaga kerja dengan menciptakan kebijakan yang memberi kemudahan bagi investor yang disertai


(58)

dengan peningkatan kualitas tenaga kerja terlatih. Kebijakan lainnya adalah meningkatkan agribisnis perkotaan dan pelayanan pertanian; mengembangkan pusat pertumbuhan perekonomian baru dengan menyiapkan kawasan niaga industri yang ramah lingkungan; meningkatkan kapasitas keuangan daerah melalui upaya peningkatan pendapatan daerah dan manajemen pengelolaan keuangan daerah, serta peningkatan akuntabilitas pengadaan barang dan jasa melalui sertifikasi pejabat pembuat komitmen dan panitia pengadaan barang dan jasa. Di bidang pariwisata akan dilakukan kebijakan pengembangan potensi pariwisata, seni dan budaya melalui peningkatan pelestarian seni dan budaya, dan pengembangan obyek wisata.

d) Meningkatkan Kualitas Keluarga, Pendidikan, Kesehatan Dan Kesejahteraan Masyarakat Yang Berlandaskan Nilai-Nilai Agama45.

Pada beberapa misi ini kebijakan yang disusun diantaranya meningkatkan kesejahteraan masyarakat, perluasan kesempatan memperoleh pendidikan dan peningkatan kualitas pendidikan, serta meningkatkan peran serta masyarakat dalam pendidikan, baik melalui peningkatan peran serta dunia usaha dalam penyelenggaraan pendidikan maupun melalui gerakan masyarakat peduli pendidikan.

Kebijakan terhadap pemberdayaan masyarakat dilakukan melalui peningkatan penanganan masalah-masalah sosial, penyelenggaraan jaminan sosial seperti pemberian santunan kematian yang diintegrasikan melalui asuransi kematian yang

45

Situs Resmi kota Depok ( http://www.depok-online.com ) diakses pada tanggal 28 April 2009


(59)

pelaksanaannya dilakukan melalui sistem informasi administrasi kependudukan (SIAK) Kota Depok, pelaksanaan nikah gratis sebagai upaya untuk melegalkan status perkawinan, terutama bagi masyarakat miskin. Selain itu dikembangkan juga kebijakan peningkatan pelayanan hak-hak dasar masyarakat melalui peningkatan kualitas kehidupan beragama, peningkatan kualitas kehidupan politik, peningkatan kualitas penyelenggaraan manajemen kependudukan, pembinaan organisasi kemasyarakatan serta penganggulangan bencana.

Pada misi ini juga akan dilakukan kebijakan peningkatan potensi dan prestasi olah raga, serta meningkatkan pemahaman dan pengamalan prinsip serta nilai agama yang benar dalam kehidupan sehari-hari sehingga terbentuk akhlak, moral, mental yang mulia, spirit dan daya juang yang tinggi serta jiwa inovatif dan kewirausahaan yang profesional. Dengan nilai-nilai tersebut warga Depok diharapkan dapat membangun basis komunitas yang mandiri dalam menopang kokohnya kehidupan berbangsa dan bernegara.

Hasil regristrasi penduduk yang dilaksanakan Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Depok, keadaan sampai dengan bulan Desember 2007 tercatat sebanyak : 1.201.618 jiwa. Dengan perincian penduduk laki-laki 615.180 jiwa dan perempuan 586.438 jiwa, dengan proporsi pernyataan dari masing-masing kecamatan.


(60)

Jumlah Penduduk Kota Depok Tahun 2007

Kecamatan Laki-laki Perempuan Jumlah KK

Sukmajaya 130.211 125.339 255.550 64.124

Pancoran Mas 120.672 114.497 235.169 58.615

Beji 54.545 52.041 106.586 26.954

Cimanggis 167.030 159.393 326.423 81.909

Limo 63.901 60.600 124.501 30.848

Sawangan 78.821 74.568 153.389 37.842

Total 615.180 586.438 1.201.618 300.292 Sumber : Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Depok

Dari banyaknya jumlah penduduk tersebut, luas wilayah Kota Depok hanya 200,29 km2, maka kepadatan penduduk Kota Depok adalah 6.863 jiwa/km2. Tingkat kepadatan penduduk tersebut tergolong padat, apalagi jika dikaitkan dengan penyebaran penduduk yang tidak merata.

Dalam kurun waktu 5 tahun (2000 – 2005) penduduk Kota Depok mengalami peningkatan sebesar 447.993 jiwa. Pada tahun 1999 jumlah penduduk masih dibawah 1 juta jiwa dan pada tahun 2005 telah mencapai 1.374.522 jiwa, sehingga perkembangan rata-rata 4,23 % per tahun. Peningkatan tersebut disebabkan tingginya angka migrasi setiap tahunnya. Pada tahun 2010, diperkirakan jumlah penduduk akan


(1)

4. Nama : Bpk Endang Abdurohman Umur : 40 Tahun

Alamat : Jln.H. Asmawi RT 03 RW 10 No 05 Kecamatan Beji Kelurahan Beji

1 Apakah sebelumnya bapak mengetahui adanya program santunan asuransi kematian yang diluncurkan pemerintah kota Depok ?

- Lumayan tahu waktu itu saya disaranin sama saudara saya untuk mengajukan klaim santunan ke pemkot Depok karena disitu ada program santunan kematian bagi warga asli Depok.

2 Bagaimana pandangan bapak tentang adanya program santunan kematian ini?

- Cukup membantu juga bagi ahli waris dan warga Depok untuk bantu-bantu biaya penguburan misalnya ya intinya meringankan bebanlah. 3 Apakah sebelumnya bapak mengetahui cara-cara proses pengajuan klaim

santunan kematian ini?

- Saya sih dikasih tahu cara-cara ngajuin santunannya.

4 Apakah sebelumnya bapak mengetahui apa saja persyaratan yang diperlukan untuk pengajuan klaim santunan kematian ini?

- Kurang tahu, ya maklumlah saya kan dari awalnya kurang begitu jelas informasinya.

5 Menurut bapak cukup sulit atau mudahkah cara-cara mengurusi persyaratannya sampai proses pengajuan?

- Menurut saya agak repot juga mas,harus mondar mandir kesana kemari, maunya sih mas nyuruh orang yang ngurusinnya tapi karena gak boleh harus anggota keluarganya ya jadi saya ngurusin sendiri. 6 Menurut bapak apakah persyaratan yang harus dipenuhi cukup sulit atau


(2)

115

- Ya hanya KTP ahli waris, KTP yang meninggal, KK, surat kematian. Ya lumayan gak terlalu yah mas.

7 Bagaimana tanggapan bapak dalam proses pengajuan klaim santunan kematian ini cukup memuaskankah dari segi pelayanannya?

- Bagi saya cukup memuaskan lah dari segi pelayanannya.

8 Menurut bapak hal apa saja yang harus dibenahi dalam proses pengajuan santunan kematian ini?

- Mungkin dari segi kualitas orang-orangnya yang ngurusin pengajuan warga.

9 Menurut bapak/Ibu kendala apa saja yang dialami dalam proses pengajuan klaim santunan kematian ini?

- Menurut saya lebih ditambah lagi dari segi SDM nya biar lebih cepat dan mudah dalam mengajukan klaim warga.

10 Apa saran bapak/ibu terhadap program santunan kematian ini?

- Mungkin dengan adanya program ini lebih banyak membantu dan bisa diperpanjang lagi program kedepannya.


(3)

5. Nama : Bpk Mursyad Umur : 42 Tahun

Alamat : Jln.Raya Bedahan Timur RT 03 RW 06 No 95 Kecamatan Sawangan baru Kelurahan Sawangan

1 Apakah sebelumnya bapak mengetahui adanya program santunan asuransi kematian yang diluncurkan pemerintah kota Depok ?

- Saya tahu dari omongan-omongan tetangga saya.

2 Bagaimana pandangan bapak tentang adanya program santunan kematian ini?

- Bagus ya untuk meringankan beban ahli waris yang ditinggalkan, misalnya untuk biaya-biaya penguburan.

3 Apakah sebelumnya bapak mengetahui cara-cara proses pengajuan klaim santunan kematian ini?

- Kurang tahu, soalnya saya tahunya hanya program santunannya. 4 Apakah sebelumnya bapak mengetahui apa saja persyaratan yang

diperlukan untuk pengajuan klaim santunan kematian ini?

- Setahu saya hanya KTP ahli waris, KTP yang meninggal, KK, surat kematian.

5 Menurut bapak cukup sulit atau mudahkah cara-cara mengurusi persyaratannya sampai proses pengajuan?

- Lumayan sulit juga saya harus bolak-balik.

6 Menurut bapak apakah persyaratan yang harus dipenuhi cukup sulit atau mudah?

- Kalau untuk persyaratannya gak terlalu sulit.

7 Bagaimana tanggapan bapak dalam proses pengajuan klaim santunan kematian ini cukup memuaskankah dari segi pelayanannya?


(4)

117

8 Menurut bapak hal apa saja yang harus dibenahi dalam proses pengajuan santunan kematian ini?

- Menurut saya sudah cukuplah mas.

9 Menurut bapak/Ibu kendala apa saja yang dialami dalam proses pengajuan klaim santunan kematian ini?

- Mungkin kurang sosialisasi kewarga-warga soalnya masih sedikit yang mengetahui cara-caranya.

10 Apa saran bapak/ibu terhadap program santunan kematian ini?

- Cukup bagus dalam meringankan beban ahli waris yang ditinggalkan seperti saya.


(5)

(6)