Prinsip Dasar Asuransi Syariah

melakukan penurunan nilai pada tataran konsep atau institusi yang ada dalam lingkup kajiannya, seperti lembaga perbankan dan asuransi. a. Tauhid Prinsip tauhid adalah dasar utama dari setiap bentuk bangunan yang dalam syariah islam. Setiap bangunan dan aktivitas kehidupan manusia harus didasarkan pada nilai-nilai tauhid. Artinya bahwa dalam setiap gerak langkah serta bangunan hukum harus mencerminkan nilai-nilai ketuhanan. Tauhid sendiri dapat diartikan sebagai suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan, manusia dengan atribut yang melekat pada dirinya adalah fenomena sendiri yang realitanya tidak dapat dipisahkan dari penciptanya 21 . Dalam berasuransi yang harus diperhatikan adalah bagaimana seharusnya menciptakan suasana dan kondisi bermuammalah yang tertuntun oleh nilai-nilai ketuhanan. Paling tidak dalam setiap melakukan aktivitas berasuransi ada semacam keyakinan dalam hati bahwa Allah SWT selalu mengawasi seluruh gerak langkah kita dan selalu berada bersama kita. kalau pemahaman semacam ini terbentuk dalam setiap “pemain” yang terlibat dalam perusahaan asuransi maka pada tahap awal masalah yang sangat urgensi telah terlalui dan dapat melangsungkan perjalanan bermuammalah seterusnya. b. Keadilan justice Prinsip kedua dalam berasuransi adalah terpenuhinya nilai-nilai keadilan antara pihak-pihak yang terikat dengan akad asuransi. Keadilan dalam hal ini 21 Ibid h.127 dipahami sebagai upaya dalam menempatkan hak dan kewajiban antara nasabah dan perusahaan asuransi. Pertama, nasabah asuransi harus memosisikan pada kondisi yang mewajibkannya untuk selalu membayar iuran uang santunan premi dalam jumlah tertentu kepada perusahaan asuransi dan mempunyai hak untuk mendapatkan sejumlah dana santunan jika terjadi peristiwa kerugian 22 . Kedua, perusahaan asuransi yang berfungsi sebagai lembaga pengelola dana mempunyai kewajiban membayar klaim dana santunan kepada nasabah. Di sisi lain, keuntungan yang dihasilkan perusahaan asuransi dari hasil investasi dana nasabah harus dibagi sesuai dengan akad yang disepakati sejak awal. c. Tolong-menolong ta’awun Prinsip dasar yang lain dalam melaksanakan kegiatan berasuransi harus didasari semangat tolong-menolong antara nasabah. Sesorang yang masuk asuransi, sejak awal harus mempunyai niat dan motivasi untuk membantu meringankan beban temannya yang pada suatu saat ketika mendapatkan musibah atau kerugian. Praktik tolong menolong dalam asuransi adalah unsur utama pembentuk DNA-Chromosom bisnis asuransi, tanpa adanya unsur ini atau semata-mata hanya untuk mengejar keuntungan bisnis profit oriented berarti perusahaan asuransi itu sudah kehilangan karakter utamanya 23 . d. Kerjasama cooperation 22 Ibid h.127 23 Ibid h.128 Prinsip kerjasama coorperation merupakan prinsip universal yang selalu ada dalam literatur ekonomi Islam. Manusia sebagai makhluk yang mendapat mandat dari Khaliq-Nya untuk mewujudkan perdamaian dan kemakmuran dimuka bumi mempunyai dua wajah yang tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya. Manusia sebagai makhluk sosial tidak dapat hidup sendiri tanpa adanya bantuan dari orang lain, sebagai apresiasi dirinya sebagai makhluk sosial, nilai kerjasama adalah suatu norma yang tidak dapat ditawar lagi. Hanya dengan mewujudkan kerjasama antar sesama manusia, manusia baru dapat merealisasikan kedudukannya sebagai makhluk sosial 24 . Kerjasama dalam bisnis asuransi dapat berwujud dalam bentuk akad yang dijadikan acuan antara kedua belah pihak yang terlibat, yaitu antara anggota nasabah dan perusahaan asuransi. Dalam operasionalnya, akad yang dipakai dalam bisnis asuransi biasanya memakai konsep mudharabah dan musyarakah. Diantara kedua konsep tersebut merupakan dua buah konsep dasar dalam kajian ekonomika Islam dan mempunyai nilai historis dalam perkembangan keilmuan ini. e. Amanah trustworthyal-amanah Prinsip amanah dalam organisasi perusahaan dapat terwujud dalam nilai-nilai akuntanbilitas pertanggungjawaban perusahaan dalam penyajian laporan keuangan dalam setiap periode. Dalam hal ini perusahaan asuransi harus member kesempatan besar kepada nasabah untuk mengakses laporan keuangan perusahaan, laporan 24 Ibid h.128 keuangan yang dikeluarkan perusahaan asuransi harus mencerminkan nilai-nilai kebenaran dan keadilan dalam bermuammalah melalui auditor public 25 . Prinsip amanah juga harus berlaku pada diri nasabah asuransi. Seseorang yang menjadi nasabah asuransi berkewajiban menyampaikan informasi yang benar berkaitan dengan pembayaran iuran atau premi dan tidak memanipulasi kerugian yang menimpa dirinya. f. Kerelaan al-ridha Prinsip kerelaan al-ridha dalam berbisnis asuransi dapat diterapkan dalam setiapa anggota nasabah asuransi agar mempunyai motivasi dari awal untuk merelakan sejumlah dana atau premi yang disetorkan kepada perusahaan asuransi, yang difungsikan sebagai dana sosial tabarru memang betul-betul digunakan untuk tujuan membantu meringankan sesama anggota atau nasabah asuransi yang lain jika mengalami bencana kerugian 26 . g. Larangan Riba Riba secara bahasa bermakna ziyadah tambahan. Dalam pengertian lain, secara linguistic berarti tumbuh dan membesar. Sedangkan untuk pengambilan teknis riba berarti pengambilan tambahan dari harta pokok atau modal secara bathil. Dalam kitab Tafsir Kabir sebagaimana yang dijelaskan oleh A.M Hasan Ali dalam bukunya 25 Ibid h.128 26 Ibid h.129 yang berjudul Asuransi dalam Persfektif Hukum Islam suatu tinjauan analisis historis, teoritis, praktis mengajukan beberapa alasan mengenai pengharaman riba 27 : • Riba tak lain adalah mengambil harta orang lain tanpa ada nilai imbalan apapun. Padahal, menurut sabda Nabi Muhammad SAW, harta seseorang adalah seharam darahnya bagi orang lain. • Riba dilarang karena menghalangi manusia untuk terlibat dalam usaha yang aktif. Orang kaya, jika ia mendapat penghasilan dari riba, akan bergantung pada cara yang gampang ini dan membuang pikiran untuk giat berusaha. • Kontrak riba memunculkan hubungan yang tegang diantara sesama manusia. • Keharaman riba dibuktikan dengan ayat al-Qur’an, dan kita tidak perlu mengetahui alasan pengharamannya. Kita harus membuangnya karena haram, meskipun kita tidak tahu pengharamannya. h. Larangan Maisir judi Allah SWT telah memberi penegasan terhadap keharaman melakukan aktivitas ekonomi yang mempunyai unsur maisir judi. Artinya adanya salah satu pihak yang untung namun di lain pihak justru mengalami kerugian. Hal ini tampak jelas apabila pemegang polis dengan sebab-sebab tertentu membatalkan kontraknya sebelum masa reversing period, biasanya tahun ketiga maka yang bersangkutan tidak akan menerima kembali uang yang telah dibayarkan kecuali sebagian kecil saja. Juga 27 Ibid h.129 adanya unsur keuntungan yang dipengaruhi oleh pengalaman underwriting, dimana untung rugi terjadi sebagai hasil dari ketetapan 28 . i. Larangan Gharar ketidakpastian Gharar dalam pengertian bahasa adalah al-khida penipuan, yaitu suatu tindakan yang didalamnya diperkirakan tidak ada unsur kerelaaan. Wahbah al-Zuhaili didalam bukunya A.M Hasan Ali yang berjudul Asuransi dalam Persfektif Hukum Islam suatu tinjauan analisis historis, teoritis, praktis memberi pengertian tentang gharar sebagai al-khatar dan al-taghrir, yang artinya penampilan yang menimbulkan kerusakan harta atau sesuatu yang tampaknya menyenangkan tetapi hakikatnya menimbulkan kebencian 29 .

3. Mekanisme Pengelolaan Dana

3.1 Perusahaan Sebagai Pemegang Amanah Sistem operasional asuransi syariah takaful adalah saling bertanggung jawab, bantu-membantu, dan saling melindungi antara para pesertanya. Perusahaan asuransi syariah di beri kepercayaan atau amanah oleh para pesertanya untuk mengelola premi, mengembangkan dengan jalan yang halal, dan memberikan santunan kepada yang mengalami musibah sesuai dengan isi akta perjanjian. Keuntungan perusahaan diperoleh dari pembagian keuntungan dana peserta yang dikembangkan dengan prinsip mudharabah sistem bagi hasil. Para peserta takaful berkedudukan sebagai pemilik modal shohibul maal dan perusahaan takaful 28 Ibid h.130 29 Ibid h.130 berfungsi sebagai pemegang amanah mudharib. Keuntungan yang diperoleh dari pengembangan dana itu dibagai antara para peserta dan perusahaan sesuai dengan ketentuan nisbah yang telah disepakati 30 . Mekanisme pengelolaan dana peserta atau premi terbagi menjadi dua sistem. 1. Sistem pada produk saving “tabungan”. 2. Sistem pada produk non saving “tidak ada tabungan”. 3.2 Sistem Pada Produk Saving unsur tabungan Setiap peserta wajib membayar sejumlah uang atau premi secara teratur kepada perusahaan. Besarnya premi yang dibayarkan tergantung kepada keuangan peserta. Akan tetapi, perusahaan menetapkan jumlah minimum premi yang akan dibayarkan. Setiap premi yang akan dibayarkan oleh peserta aikan dipisah dalam dua rekening yang berbeda. 1. Rekening Tabungan Peserta Yaitu dana yang merupakan milik peserta, yang akan dibayarkan bila : - Perjanjian berakhir, - Peserta mengundurkan diri, - Peserta meninggal dunia. 2. Rekening Tabarru 30 Muhammad Syakir Sula, Asuransi Syariah life and General Konsep dan Operasional,Jakarta Gema Insani Press 2004 hal,176.