Kerangka Pemikiran Kontribusi Petani Perempuan dalam Sosial Ekonomi Keluarga di Desa Raya Huluan, Kecamatan Raya, Kabupaten Simalungun

2.4. Kerangka Pemikiran

Kemiskinan merupakan masalah klasik yang belum bisa diatasi hingga pada saat ini. Kemiskinan sangat nyata di lingkungan Indonesia, baik di daerah perkotaan maupun daerah pedesaan. Kasus kemiskinan di daerah pedesaan biasanya dialami oleh para petani yang lebih condong ke pertanian rakyat. Sektor pertanian selalu ditandai dengan kemiskinan struktural, sehingga dorongan pertumbuhan dan pembangunan dari luar tidak selalu mendapat tanggapan positif dari penduduk petani. Kebijakan yang digariskan oleh pemerintah khususnya kebijakan dalam bidang pembangunan seringkali merugikan petani dimana lahan yang digunakan untuk pertanian semakin hari semakin sempit. Lahan yang semakin sempit akan mengurangi produksi petani dan secara otomatis akan mengurangi pendapatan petani. Perempuan dapat berkontribusi pada setiap tahapan pertanian mulai dari pembibitan, penanaman, pemeliharaan tanaman, pemamenan dan dalam pemasarannya. Keterlibatan perempuan dalam pertanian khususnya terlihat dalam rentetan panjang dalam pekerjaan penanaman, pemeliharaan dan pemamenan tanaman. Ketika gulma-gulam datang menyerbu tanaman, petani perempuanlah yang tekun dan sabar mencabuti rumputnya satu-persatu. Keterlibatan perempuan dalam sektor pertanian seringkali dibatasi oleh peran-peran yang bias gender yang sudah terbiasa dalam masyarakat. Petani perempuan seringkali dianggap hanya sebagai “pembantu suami” dan hanya sebagai pencari nafkah tambahan. Petani perempuan juga kurang dilibatkan dalam pengambilan keputusan dalam bidang pertanian. Universitas Sumatera Utara Petani perempuan memiliki peran ganda yaitu sebagi petani dan ibu rumah tangga. Dengan perannya yang ganda ini, perempuan secara tidak langsung memiliki jam kerja yang lebih banyak daripada laki-laki, perempuan juga lebih responsif dalam mengatasi masalah-masalah yang dihadapi keluarganya. Dalam kondisi tersebut, petani perempuan masih cukup berkontribusi dalam pertanian dan pemenuhan kebutuhan keluarganya, walau seringkali kontribusi petani perempuan dianggap tak nyata dan perempuan hanya dianggap sebagai pencari nafkah tambahan. Hal ini berkaitan dengan stereotip yang dibebankan kepada perempuan ditambah lagi dengan anggapan bahwa laki-laki selalu lebih kuat dan lebih penting daripada perempuan. Dengan kontibusinya pada sektor pertanian, perempuan mendapatkan penghasilan yang digunakan untuk kebutuhan keluarganya. Penghasil petani perempuan dan penghasilan suaminya dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan sandang, pangan , perumahan, kesehatan, pendidikan anak dan modal usaha tani. Setelah memenuhi kebutuhannya penghasilan petani dapat ditabung untuk kebutuhan masa depan kelurganya. Rasa tanggung jawab petani perempuan terhadap keluarganya menjadikan petani perempuan menjadi perempuan yang mandiri dan bekerja secara mandiri. Dengan demikian perempuan merasakan adanya peningkatan, dimana perempuan tidak harus bergantung pada laki-laki. Dengan pendapatan yang diperoleh, petani perempuan dapat memenuhi kebutuhan ekonominya yang akan berpengaruh kepada kehidupan sosial seperti bagaimana keluarga dapat berinteraksi sosial sehingga petani perempuan dan keluarganya sejahtera. Universitas Sumatera Utara Untuk memperjelas alur pemikiran diatas dapat dilihat dari bagan berikut ini : Universitas Sumatera Utara Kemiskinan Peran dalam sektor pertanian Penghasilan Kontribusi dalam Sosial ekonomi keluarga 1. Pangan 2. Sandang 3. Perumahan 4. Kesehatan 5. Pendidikan anak 6. Modal usaha 7. Tabungan 8. Interaksi sosial Universitas Sumatera Utara 2.5. Defenisi Konsep dan Defenisi Operasional 2.5.1. Defenisi Konsep