Kontribusi Petani Perempuan Dalam Sosial Ekonomi Keluarga

13. Pendidikan tertinggi kepala rumah tangga : tidak sekolahtidak tamat SD hanya SD, 14. Tidak memiliki tabungan barang yang mudah dijual dengan minimal Rp. 500.00, seperti sepeda motor, emas, ternak, atau barang modal lainnya BPS dalam Siagian,2012: 80-81. Kemiskinan menurut orang lapangan dapat dikategorikan kedalam tiga unsur; 1 kemiskinan yang disebabkan oleh mental seseorang, 2 kemiskinan yang disebabkan oleh bencana alam, dan 3 kemiskinan buatan. Yang relevan dalam hal ini adalah kemiskinan buatan, buatan manusia terhadap manusia, yang disebut kemiskinan struktural.

2.3.6 Kontribusi Petani Perempuan Dalam Sosial Ekonomi Keluarga

Perempuan dalam rumah tangga sangat berperan dalam menyediakan kebutuhan pangan keluarganya. Perempuan pedesaan dalam pertanian dan produksi pangan memerankan posisi kunci. 1. Perempuan berperan pada hampir semua tahapan proses budidaya dari mulai menyiapkan bibit, persemaian, penanaman, perawatan dan pemanenan bahkan terlibat pada pemasarannya. 2. Keterlibatan perempuan di sektor pertanian disebabkan karena perempuan memiliki rasa tanggung jawab dan kepemilikan yang besar terhadap keluarga. Perempuan lebih responsif dalam mengatasi persoalan pangan keluarga dan upaya peningkatan pendapatan dibandingkan laki-laki. Sehingga kesempatan bekerja di luar rumah diperoleh oleh para petani Universitas Sumatera Utara perempuan, tetapi nampaknya hal ini lebih karena desakan ekonomi yang memaksa mereka harus bekerja. 3. Perempuan merupakan pilar utama dalam keluarga tani, bahkan menjadi penopang hidup di kala krisis ekonomi menerpa keluarga. Hal ini disebabkan karena perempuan lebih tanggap mengatasi masalah-masalah yang timbul dalam keluarga Jurnal Pertanian, 2006:37. Dihampir semua komunitas, perempuan pedesaan dalam sektor pertanian cenderung memiliki alokasi waktu kerja lebih besar dibandingkan laki-laki. Distribusi kerja perempuan bervariasi tergantung karakteristik bangsa, budaya dan situasinya. Pada umumnya peranan perempuan pedesaan sangat vital karena selain terlibat dalam kerja-kerja pertanian, perempuan juga harus bertanggung jawab atas pekerjaan domestik rumah tangga, seperti mengurus anak, memasak dan mengelola kegiatan rumah tangganya. Keberlanjutan usaha tani akan tercapai bila secara ekologis kualitas sumber daya alam dipertahankan dan kemampuan agroekosistem secara menyeluruh termasuk manusia taninya mampu ditingkatkan. Dengan demikian akan mengarah pada keberlanjutan secara ekonomi dan sosial dimana petani bisa mencukupi keperluan kebutuhan hidup termasuk pendidikan, kesehatan, jaminan dan sebagainya dan usaha tani selanjutnya Jurnal pertanian, 2006:38. Safridal, seorang mahasiswa Ilmu Kesejahteraan Sosial FISIP USU meneliti tentang peran perempuan terhadap sosial ekonomi keluarga di Desa Kutarayat Kecamatan Namantaren Kabupaten Karo dan memilih 55 petani Universitas Sumatera Utara perempuan sebagai respondennya menemukan adanya peran yang berarti dari petani perempuan terhadap sosial ekonomi keluarganya. Adapun peran petani perempuan dalam sosial ekonomi keluarga di Desa Kutarayat Kecamatan Namantaren Kabupaten Karo ini meliputi; 1. Rumah: sebagian besar responden sudah memiliki rumah sendiri yaitu sebanyak 49 responden 89.1 dan sisanya 5 responden menyewa, dan 1 reponden masih menumpang di rumah orang tuanya. Kondisi rumah yang dimiliki responden sebagian besar sudah permanen yaitu sebanyak 44 responden 80, 8 responden memiliki rumah semi permanen, 2 responden dengan kondisi rumah yang tidak permanen dan 1 responden dengan kondisi rumah darurat. 2. Modal Usaha : modal dipergunakan petani untuk membeli bibit tanaman, pestisida, pupuk, biaya pemeliharaan dan lain sebagainya. Modal sangat menentukan berhasil tidaknya suatu tanaman. Sebagian besar responden di desa Kutarayat memiliki sumber modal sendiri untuk usaha tani yaitu sebanyak 42 responden 74,6, 4 responden mendapatkan modal dari koperasi, dan 9 responden mendapatkan modal dari agen sayur-mayur. Responden yang memiliki sumber modal sendiri berasal dari tabungan atau hasil pendapatan yang senantiasa disisihkan oleh responden dari setiap hasil panen. 3. Pemenuhan kebutuhan sehari-hari : 40 responden menyatakan kebutuhan sehari-hari terpenuhi dan 15 responden yang lain menyatakan kebutuhan sehari-harinya cukup terpenuhi. Universitas Sumatera Utara 4. Pangan : seluruh responden menyatakan bahwa anggota keluarga makan 3 kali sehari, walaupun jam makannya berbeda-beda. Selain frekuensi makan, kebutuhan gizi seimbang 4 sehat 5 sempurna terpenuhi oleh 45 responden 81,8 dan 10 responden 18,2 lainnya menyatakan pemenuhan kebutuhan gizi keluarganya cukup terpenuhi. 5. Kepemilikan kendaraan : seluruh responden di Desa Kutarayat ini memiliki kendaraan, dimana mayoritas responden menggunakan kendaraan sebagai alat transportasi termasuk juga sebagai transportasi ke ladang. Dari 55 responden, 16 diantaranya telah memiliki mobil pribadi dan 39 diantaranya memiliki sepeda motor. 6. Kesehatan : sebagian besar responden lebih memilih berobat ke puskesmas terdekat apabila ada anggota keluarganya yang sakit yaitu sebanyak 35 responden 63,6, 14 responden 25,5 lebih memiliki untuk berobat ke rumah sakit, dan 6 responden lagi lebih memilih pengobatan alternatif. Responden yang memilih pengobatan altrenatif karena sebagian dari pada responden tidak terlalu percaya pada medis dan mereka menganggap pengobatan alternatif lebih mudah dan murah. 7. Pendidikan : tanggungan pendidikan anak dalam keluarga sangat mempengaruhi jumlah kebutuhan dalam keluarga yang harus dipenuhi. Semakin tinggi jenjang pendidikannya maka akan semakin besar danabiaya yang harus dikeluarkan. Adapun jenjang pendidikan anak responden yaitu; anak dari 15 responden sedang mengikuti pendidikan di jenjang perguruan tinggi, 15 di SMA, 11 di SMP, 12 di SD dan 2 responden yang lainnya belum memiliki tanggungan anak di pendidikan. Selain pendidikan formal, Universitas Sumatera Utara 48 responden menyatakan bahwa pendidikan norma dalam keluarga sangat penting dan 7 responden lainnya menyatakan pendidikan norma dalam keluarga diperlukan. 43 responden menyatakan sumber dari biaya pendidikan anak berasal dari hasil kerjasama antara responden dan suaminya, sedangkan 12 responden menyatakan sumber dana pendidikan anaknya berasal dari responden sendiri. 8. Keterlibatan dalam pengambilan keputusan keluarga : mayoritas responden sering dilibatkan dalam proses pengambilan keputusan dalam keluarga yaitu sebanyak 35 responden, dan 20 responden yang lain menyatakan sangat sering dilibatkan dalam pengambilan keputusan. 9. Keikutsertaan dalam kegiatan sosial di sekitar lingkungan : 30 responden menyatakan sering mengikuti kegiatan sosial di sekitar lingkungan dan 25 responden yang lain menyatakan cukup sering mengikuti kegiatan sosial di sekitar lingkungan. Adapun kegiatan sosial yang paling banyak diikuti adalah acara adat 32 responden, kegiatan keagamaan 10 responden dan gotong royong 10 responden. 10. Tabungan : responden biasanya menabung dari hasil panen yang disisihkan. Semua responden menyatakan memiliki tabungan walaupun tempat penyimpanan tabungannya berbeda-beda. 13 responden menabung di rumah, 25 responden menabung dengan cara jula-jula, 10 responden menabung di Bank dan 7 responden menabung dalam bentuk emas Safridal, 2012: 53- 77. Berdasarkan ulasan diatas, dapat disimpulkan bahwa petani perempuan mempunyai peranan yang baik terhadap aspek sosial ekonomi keluarga, hal ini Universitas Sumatera Utara terlihat dari peran aktif petani perempuan pada setiap aktivitas dalam keluarga. Petani perempuan di desa Kutarayat ini bukan lagi sebagai penghasil pendapatan tambahan, melainkan sebagai pengahasil pendapatan utama. Usaha petani perempuan dalam memenuhi kebutuhan hidup keluarganya melalui bekerja di sektor pertanian pada akhirnya bertujuan untuk mencapai kesejahteraan keluarganya. Dalam praktiknya, kesejahteraan sosial mencakup kegiatan-kegiatan di dan oleh masyarakat maupun dalam bentuk kelembagaan yang diorganisir baik oleh pemerintah dalam segala tingkatan, regional dan lokal. Tujuan kesejahteraan sosial adalah pemberian terhadap hak-hak kepentingan masyarakat, maka kesejahteraan sosial haruslah dipahami sebagai kegiatan masyarakat. Dalam kaca mata ini, kesejahteraan sosial ada karena masyarakat, diselenggarakan untuk masyarakat dan pada hakekatnya juga dilakukan oleh masyarakat. Masalah masyarakat, aspirasi masyarakat dan kebutuhan masyarakat harus menempati prioritas yang menentukan Suharto, 1997:346. Kesejahteraan sosial diselenggarakan oleh masyarakat dan dilakukan oleh masyarakt itu sendiri. Sama halnya dengan petani perempuan yang bekerja di sektor pertanian dengan harapan akan mendapatkan penghasilan yang kelak akan dapat mencukupi kebutuhan ekonomi keluarganya. Dengan terpenuhinya kebutuhan ekonomi, keluarga petani tersebut dapat menjalankan fungsi sosialnya dan dapat melangsungkan interaksi dengan masyarakat disekitarnya. Kegiatan pertanian yang diselenggarakan dan dilakukan oleh petani perempuan tersebut pada hakekatnya bertujuan untuk mencapai kesejahteraan keluarganya. Universitas Sumatera Utara

2.4. Kerangka Pemikiran