. Perempuan Petani Perempuan 1. Petani

Di masa kini dan mendatang, profil sumber daya manusia SDM pertanian yang diharapkan adalah yang mempunyai ciri-ciri, sebagai berikut: 1 Petani yang benar-benar memahami potensi, persoalan-persoalan yang dihadapi, serta perannya dalam kegiatan pembangunan dalam arti luas. 2 Memiliki kedewasaan dalam perilaku dan pola pikir, sehingga memahami hak-hak dan kewajiban sebagai anggota masyarakat dan pelaku pembangunan. 3 Memiliki keterampilan teknis dan manajerial yang sesuai dengan kondisi yang selalu berkembang, dan memiliki kesiapan menerima imperatif perubahan yang terjadi. 4 Sosok manusia pertanian yang dikemukakan tersebut berdimensi sangat holistik, sehingga masukan sistem, dan strategi yang diperlukan untuk menyiapkan memerlukan pula kemajemukan yang integratif Subri, 2002: 198

2.2.2 . Perempuan

Perempuan adalah salah satu dari jenis kelamin manusia; satunya lagi adalah lelaki atau pria. Berbeda dari wanita, istilah “perempuan” dapat merujuk kepada orang yang telah dewasa maupun yang masih anak-anak Wikipedia.go.id Perbedaan antara laki-laki dan perempuan merupakan prinsip pengatur universal dalam semua masyarakat. Sebagai anak, anak laki-laki dan perempuan diharapkan mempelajari keterampilan-keterampilan yang berbeda dan mengembangkan kepribadian yang berbeda. Sebagai orang dewasa, laki-laki dan Universitas Sumatera Utara perempuan secara khas mengasumsikan penggolongan peran menurut jenis kelamin yang berbeda, sebagai suami atau istri, sebagai ibu atau ayah. Sebagian besar peran-peran yang terpenting berkaitan dengan jenis kelamin; terdapat kode perilaku yang berbeda untuk laki-laki dan perempuan, suami dan istri, teman laki-laki dan perempuan, dan seterusnya. Laki-laki dan perempuan memperoleh sikap, minat, keterampilan, dan ciri-ciri kepribadian yang berbeda berdasarkan peran yang dikaitakan dengan jenis kelamin dalam masyarakat. Faktanya, bahwa kaum perempuan berbeda antara yang satu dengan yang lain, seperti juga laki-laki merupakan sebuah kelompok yang bervariasi. Hal tersebut dapat terjadi karena adanya pengalaman belajar yang berbeda dari setiap orang. Cara yang paling mudah untuk mengetahui perbedaan antara laki-laki dan perempuan adalah dengan melihat organ fisiknya. Perempuan memiliki kulit yang lebih tipis bila dibandingkan dengan laki-laki, pita suara yang lebih pendek, butir darah merah yang lebih sedikit, ukuran tulang yang lebih kecil, tubuh lelaki lebih dominan berotot daripada lemak, sedangkan perempuan memiliki lemak yang secara langsung dibawah kulitnya. Perbedaan lain adalah susunan tulang lelaki berbeda dengan perempuan, langkah kaki perempuan lebih pendek daripada langkah laki-laki. Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan susunan tulang perempuan dan laki-laki. Jika dilihat dari segi fisik, kekuataan laki-laki lebih besar daripada perempuan Kamal, 2005: 18-19. Jika melihat dari ciri-ciri fisiknya, laki-laki lebih cocok untuk menanggung pekerjaan yang berat seperti sektor pertanian bila dibandingkan dengan perempuan. Universitas Sumatera Utara Menurut Basow 1980 perilaku perempuan banyak dipengaruhi pandangan masyarakat yang berkembang disekitarnya yaitu : 1. Self Fulfiling Prophecy yang dikemukakan oleh Snyder dkk. Menyatakan bila stereotip yang berkembang dalam masyarakat itu memandang perempuan memiliki sesuatu ciri yang negatif bila dibandingkan terhadap laki-laki, maka perempuan itu juga akan memandang dirinya seperti stereotip yang berkembang dalam masyarakat sedemikan rupa, dan dalam perilakunya yang mengembangkan ciri itu. Misalnya masyarakat memandang perempuan kurang rasional dibandingkan laki-laki, maka perempuan itu sendiri juga akan memandang dirinya serupa, kemudian dalam perilakunya mereka akan kurang ambil bagian dalam pemecahan masalah yang banyak menurut rasio, kurang menyukai matematika atau hal-hal yang berhubungan dengan mesin. 2. Pandangan kedua berasal dari Zanna dan Pack1975 yaitu Impression Management . Pandangan kedua ini menyatakan bahwa agar orang diterima oleh masyarakat maka orang itu harus mengambil strategi berdasarkan kesan masyarakat. Bila kesan yang timbul dalam masyarakat itu menerima perempuan bekerja diluar rumah, maka perempuan itu juga akan melakukan pekerjaan di luar rumah atau sebaliknya Suardiman, 2001: 45- 46. Masyarakat menciptakan perilaku pembagian gender untuk menentukan apa yang mereka anggap sebagai suatu keharusan, untuk membedakan laki-laki dan perempuan. Misalnya, mendidik anak, mengelola dan merawat kebersihan dan keindahan rumah tangga, atau urusan domestik seperti memasak, mencuci dan Universitas Sumatera Utara merawat anak acapkali dianggap sebagai kodrat perempuan. Padahal peran gender semacam itu adalah hasil konstruksi sosial dan kultural dalam masyarakat. Sehingga terkadang muncul ketidakadilan gender yang melahirkan berbagai ketidakadilan baik bagi laki-laki, terutama terhadap perempuan Narwoko Suyanto, 2004: 340. Bentuk ketidakadilan gender dapat berupa proses marginalisasi perempuan yang merupakan suatu proses pemiskinan atas suatu jenis kelamin tertentu, yang dalam hal ini adalah perempuan. Marginalisasi atau pemiskinan perempuan dapat bersumber dari kebijakan pemerintah, keyakinan, tafsir agama, tradisi atau kebiasaan, bahkan asumsi ilmu pengetahuan. Revolusi hijau misalnya, secara ekonomis telah menyingkirkan kaum perempuan dari pekerjaannya sehingga terjadilah proses pemiskinan terhadap perempuan. Banyak perempuan yang tidak dapat lagi bekerja di sawah karena adanya penyempitan lahan, hal ini berarti bahwa program revolusi hijau direncanakan tanpa mempertimbangkan aspek gender Narwoko Suyanto, 2004: 341. Beban ganda juga merupakan salah satu contoh ketidakadilan gender, dimana perempuan mendapatkan beban kerja ganda. Selain mengurus semua urusan rumah tangga, perempuan juga bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya. Dalam kaitannya dengan beban ganda tersebut, Mosser 1999 menyebutkan bahwa perempuan tidak hanya berperan ganda, akan tetapi perempuan memiliki tripple role : peran reproduksi, yaitu peran yang berhubungan dengan peran tradisional di sektor domestik; peran produktif, yaitu peran ekonomis di sektor publik dan peran sosial, yaitu peran di komunitas Narwoko Suryanto, 2004: 345. Universitas Sumatera Utara Horner seorang ahli psikologi sosial, dalam studinya menemukan bahwa sebagian besar perempuan, khususnya yang memiliki kemampuan untuk sukses, ternyata mengalami ketakutan untuk sukses. Studinya bermula dari rasa ingin tahunya mengapa seseorang lebih berprestasi dari yang lain. Dia menemukan beberapa variabel yang terlibat didalamnya, namun setelah memilah variabel yang diduga berpengaruh, ditemukan bahwa jenis kelamin merupakan salah satu variabel yang sangat jelas berpengaruh. Dalam motivasi berprestasi ditemukan bahwa skor untuk perempuan secara konsisten berbeda dengan laki-laki. Horner selanjutnya menyatakan bahwa dalam suatu lingkungan kebudayaan, prestasi intelektual perempuan secara tradisional berhubungan dengan hilangnya feminitas. Sebagai hasilnya, perempuan dihadapkan pada satu pilihan yaitu lebih baik kurang sukses tetapi diterima oleh masyarakat. Pandangan semacam itu kini berangsur-angsur mulai berubah. Akhir-akhir ini dengan semakin meningkatnya pendidikan perempuan serta berkembangnya pandangan masyarakat pada umumnya maupun laki-laki pada khususnya terhadap perempuan, maka perempuan yang meraih sukses justru dihargai dan dihormati Suardiman, 2001: 46-47. Untuk mendapatkan kesuksesan, perempuan dapat memanfaatkan beberapa peluang yang berasal dari dalam pribadi yang disebut dengan kekuatan dan dari luar sebagai kesempatan. Universitas Sumatera Utara Kekuatan yang dapat digunakan perempuan antara lain : 1. Lingkungan hidup dan fisik perempuan yang membentuk perilakunya cenderung berprinsip feminim. Ciri feminim yang dominan dalam menjalin relasi dengan sesama sangat didambakan manusia. 2. Kemampuan mendengarkan dan menginformasikan sesuatu yang disesuaikan dengan tindakan untuk menanggapinya. 3. Kemampuan memperhatikan dan mempelajari hasil tindakan, meskipun tanpa umpan balik kebiasaan melakukan pekerjaan rumah tangga tanpa mendapat imbalan. 4. Kemampuan menyesuaikan tindakan terhadap situasi yang mewujudkan kebijaksanaan. 5. Kemampuan mempertemukan ide yang bertentang sehingga mampu mencari akal untuk menyelesaikan masalah. 6. Kemampuan menerima situasi dan pengetahuan dengan lebih mementingkan isinya daripada bentuk luar suka praktis. 7. Mampu bertoleransi terhadap kekurangan dan keraguan, sehingga membentuk sikap penuh pengampunan. 8. Kemampuan berpikir panjang dalam membuat pertimbangan karena memperhatikan nalar dan rasa intuisi. 9. Kemampuan memecahkan masalah secara realitas, tidak bertele-tele. 10. Kemampuan mencintai dan memelihara, sebab kaya akan intuisi Murniati, 2004: 115-116. Selain kekuatan, perempuan juga memiliki kesempatan yang terbuka untuk pendukung antara lain : Universitas Sumatera Utara 1. Berkembangnya kesadaran laki-laki tentang paham feminisme, yang berarti mereka mau menghargai dan memberi kesempatan kepada perempuan untuk berkembang sebagai pribadi. 2. Makin banyak perempuan yang sadar akan potensinya, sehingga muncul pemimpin perempuan diberbagai bidang. 3. Terbukanya kesempatan bagi perempuan untuk meningkatkan pengetahuannya melalui berbagai pendidikan. 4. Ada jalinan kerjasama yang semakin luas bagi perkembangan perempuan, sehingga perempuan semakin percaya diri dan menyadari bahwa mereka tidak sendiri Murniati, 2004: 116-117.

2.2.3. Perempuan Sebagai Petani