1. Berkembangnya kesadaran laki-laki tentang paham feminisme, yang berarti
mereka mau menghargai dan memberi kesempatan kepada perempuan untuk berkembang sebagai pribadi.
2. Makin banyak perempuan yang sadar akan potensinya, sehingga muncul
pemimpin perempuan diberbagai bidang. 3.
Terbukanya kesempatan bagi perempuan untuk meningkatkan pengetahuannya melalui berbagai pendidikan.
4. Ada jalinan kerjasama yang semakin luas bagi perkembangan perempuan,
sehingga perempuan semakin percaya diri dan menyadari bahwa mereka tidak sendiri Murniati, 2004: 116-117.
2.2.3. Perempuan Sebagai Petani
Perempuan Indonesia, terkhusus mereka yang tinggal di desa sudah terbiasa dengan peran ganda, dimana sebagai ibu rumah tangga yang mengurus
anak, perempuan juga bekerja untuk membantu suaminya. Pertanian merupakan salah satu lahan yang banyak ditekuni oleh perempuan desa sebagai sumber
tambahan pendapatan keluarganya. Dengan berlalunya waktu, peran perempuan semakin besar, bahkan sudah banyak perempuan yang mandiri dalam pertanian
tanpa bantuan laki-laki sehingga banyak yang mengandalkan pertanian sebagai sumber pendapatan utama keluarganya.
Dalam rumah tangga biasanya perempuan yang menjadi pengelola dalam menyelesaikan proses pekerjaan domestik. Karena perempuan dinilai lebih
mampu bekerja dalam hal membersihkan dan memelihara lingkungan rumah tangganya seperti menyapu lantai, mencuci piring, memasak, dan memelihara
anak hal-hal tersebut menjadi tanggungjawab perempuan. Pada keluarga yang
Universitas Sumatera Utara
kaya dan mampu seringkali jenis pekerjaan domestik dibebankan kepada pembantu rumah tangga. Sedangkan pada keluarga miskin, seluruh pekerjaan
domestik harus dikerjakan oleh perempuan itu sendiri dan seringkali perempuan juga yang harus mencukupi kebutuhan hidup untuk keluarganya. Kebanyakan
perempuan desa melakukan tugas rutin pemeliharaan rumah tangga dan selain itu perempuan juga harus ke ladang untuk mencukupi kebutuhan ekonomi Listanti
dkk, 2002:21. Keterlibatan perempuan dalam pertanian yang masih tradisional cukup
besar. Perempuan khususnya terlihat dalam rentetan panjang pekerjaan menanam padi di sawah. Ketika gulma-gulma datang menyerbu, perempuanlah yang dengan
tekun mencabuti rumputnya satu persatu untuk dilemparkan ke pematang atau dibenamkan jauh-jauh kedalam lumpur di sela-sela tanaman padi yang masih
muda Rahardi, 1994 : 3. Perempuan tani pedesaan merupakan kelompok orang yang tak berupaya,
yang tercampak dari proses pembangunan. Kenyataan yang senada juga dikemukakan oleh Mansour Fakih 1999 bahwa pembangunan di Jawa telah
menimbulkan marginalisasi perempuan atau telah memiskinkan kaum perempuan. Misalnya saja program Revolusi Hijau di Jawa yang memperkenalkan jenis padi
unggul yang tumbuh lebih rendah, dan pendekatan panen dengan sistem tebang dengan menggunakan sabit, tidak memungkinkan lagi penggunaan ani-ani,
masuknya huller juga menggeser peran tradisional perempuan sebagai penumbuk padi. Akibatnya banyak kaum perempuan miskin di desa menjadi termajinalisasi,
partisipasi tradisional mereka sebagai pekerja di sawah menjadi tersingkir Safridal, 2012.
Universitas Sumatera Utara
Pada tahun enam puluhan, pemandangan perempuan Jawa yang selalu berduyun-duyun turun dari gunung untuk menuai padi di dataran rendah menjadi
pemandangan yang tidak asing, kini pemandangan seperti itu sudah tak ada lagi. Hal ini terjadi karena kehidupan di desa yang dulunya merupakan basis penuai
padi sudah lebih baik. Di kawasan yang agak terpencil seperti di pedalaman Sumatera Utara, masih terlihat pemandangan perempuan yang dengan tegar
menggendong anak serta menenteng cangkul berangkat ke ladang Rahardi, 1994: 4-6. Berkurangnya jumlah perempuan yang bekerja di sektor pertanian
disebabkan oleh kehadiran sektor non-pertanian, seperti sektor industri dan jasa. Dengan terbukanya kesempatan kerja di sektor non-pertanian mengakibatkan
tersebarnya alokasi tenaga kerja keluarga ke berbagai sektor tersebut, kadang- kadang di luar desa atau di luar negeri.
Jadi dapat disimpulkan petani perempuan adalah perempuan yang bekerja sebagai petani yang bercocok tanam dengan melakukan pengelolaan tanah dengan
tujuan untuk menumbuhkan dan merawat tanaman sehingga diperoleh hasil yang dapat dipergunakan sendiri maupun dijual kepada orang lain untuk memperoleh
pendapatan, sehingga mampu memenuhi kebutuhan hidup keluarganya dan tidak bergantung pada laki-laki.
2.3. Sosial Ekonomi Keluarga 2.3.1. Pengertian Sosial Ekonomi