Penentuan Titik Optimum Faktor

Pengujian: Fhitung Ftabel 0,05, 9, 10 0,55 3,02 maka H diterima dan disimpulkan bahwa model yang digunakan tidak memberikan pengaruh terhadap kualitas rendah yang dihasilkan. 2. Pengujian lack of fit H = Tidak terdapat Lack of fit dalam model yang digunakan. H 1 = Terdapat Lack of fit pada model yang digunakan. Pengujian: Fhitung Ftabel 0,05, 5, 5 3,93 5,05 maka H diterima dan disimpulkan bahwa tidak terdapat Lack of Fit yang berarti model yang digunakan sudah tepat. Dari hasil pengujian yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa model orde kedua yang dibangun sesuai dengan percobaan yang dilakukan.Hal ini berarti model yang dibangun relevan untuk menentukan titik optimum dari masing- masing faktor.

5.5. Penentuan Titik Optimum Faktor

Penentuan titik optimum faktor dilakukan dengan pendekatan matriks.Input dari matriks pertama adalah persamaan untuk model orde pertama, sedangkan input dari matriks kedua adalah hasil percobaan dari perlakuan yang diberikan pada desain model orde kedua. Persamaan model orde kedua yang diperoleh yaitu: Y = 901 – 94,8X 1 + 19,4X 2 – 76,7X 3 – 80,6X 1 2 – 79,5X 2 2 - 80X 3 2 – 49X 1 X 2 - 48X 1 X 3 – 48X 2 X 3 Universitas Sumatera Utara Dari persamaan yang diperoleh maka koefisien masing-masing variabel diubah ke dalam bentuk matriks. Pembentukan matriks dan penentuan titik optimum dicari dengan cara perkalian dan invers matriks yang prinsip pengerjaannya telah dijelaskan pada perhitungan sebelumnya. Hasil perhitungan dapat dilihat pada cara dibawah: �� ��1 = 0 b 1 + 2b 11 X 1 + b 12 X 2 + b 13 X 3 = 0 -94,8 + 2-80,6 X 1 + -49 X 2 + -48 X 3 = 0 161,2 + 49 X 2 + 48 X 3 = -94,8 �� ��2 = 0 b 2 + 2b 22 X 2 + b 12 X 1 + b 23 X 3 = 0 19,4 + 2-79,5 X 2 + -49 X 1 + -48 X 3 = 0 49 X 1 + 159 X 2 + 48 X 3 = 19,4 �� ��3 = 0 b 3 + 2b 33 X 3 + b 13 X 1 + b 23 X 2 = 0 -76,7 + 2-80 X 3 + -48 X 1 + -48 X 2 = 0 48 X 1 + 48 X 2 + 160 X 3 = -76,7 Persamaan diatas dapat diselesaikan dengan pendekatan matriks dengan persamaan | �| x |�| = |�| sebagai berikut: Universitas Sumatera Utara A X B 161,2 49 48 X X 1 = -94,8 49 159 48 X 2 19,4 48 48 160 X 3 -76,7 X 1 = 0.0072 -0.0017 -0.0016 X -94,8 X 2 -0.0017 0.0073 -0.0017 19,4 X 3 -0.0016 -0.0017 0.0072 -76,7 X1 -0.59 X2 = 0,43 X3 -0.43 Setelah titik level masing – masing faktor diketahui, maka selanjutnya adalah menentukan setting optimum dari faktor tersebut yang ditentukan dengan menggunakan teknik interpolasi sebagai berikut: � � = � � � ∆ �+1,−1 2 �+ X origin; Keterangan: Xi = Nilai level X baru setelah perhitungan orde 2 ∆ �+1,−1 = Selisih nilai faktor level tinggi +1 dan level rendah -1 setelah steepest descent. X origin = Nilai level awal setelah steepest descemt � � = nilai faktor i X 1 = 161,2 49 48 -1 X -94,8 X 2 49 159 48 19,4 X 3 48 48 160 -76,7 Universitas Sumatera Utara Perhitungan nilai optimum secara teoritis adalah sebagai berikut: 1. Nilai optimum untuk temperature: � � = � � � ∆ �+1,−1 2 �+ X origin; � � = −0,59 � 121 −111 2 �+ 116 � � = −0,595 + 116 � � = 113 2. Nilai optimum untuktekanan: � � = � � � ∆ �+1,−1 2 �+ X origin; � � = 0,43 � 0,6 −0,4 2 �+ 0,5 � � = 0,430,1 + 0,5 � � = 0,54 ≈ 0,5 3. Nilai optimum untuk kecepatan: � � = � � � ∆ �+1,−1 2 �+ X origin; � � = −0,43 � 172 −152 2 �+ 162 � � = −0,4310 + 162 � � = 157,7 ≈ 158 Nilai titik setting optimum secara teoritis dapat dilihat pada Tabel 5.10. Tabel 5.10. Titik Setting Optimum Faktor Titik Setting Temperature 113 Tekanan 0,5 Kecepatan 158 Sumber: Hasil Pengolahan Universitas Sumatera Utara BAB VI ANALISIS PEMECAHAN MASALAH

6.1. Analisis Model Orde Pertama