faktor yang telah ditentukan tersebut digunakan dalam pengumpulan data. Pengolahan data model orde kedua memperoleh hasil sebagai berikut:
Y = 901 – 94,8X
1
+ 19,4X
2
– 76,7X
3
– 80,6X
1 2
– 79,5X
2 2
- 80X
3 2
– 49X
1
X
2
- 48X
1
X
3
– 48X
2
X
3
Untuk menentukan apakah model yang dibangun telah cocok dengan data yang telah dikumpulkan maka dilakukan uji ketidaksesuaian terhadap model orde
kedua. Dari hasil pengujian regresi yang dilakukan diketahui bahwa H diterima,
dapat dilihat dari nilai Fhitung 0,55 yang lebih kecil dari Ftabel 3,02. Hasil pengujian ini menunjukkan bahwa model yang digunakan tidak memberikan
pengaruh terhadap output yang dihasilkan. Berdasarkan hasil pengujian lack of fit diketahui bahwa H
diterima, dapat dilihat dari nilai Fhitung 3,93 lebih kecil dibandingkan dengan Ftabel 5,05. Hasil ini menunjukkan tidak terdapat
penyimpangan pada model yang digunakan.Model tidak memberikan efek terhadap output dan tidak terdapat suatu penyimpangan, sehingga menunjukkan
bahwa model yang digunakan sudah relevan untuk menentukan titik optimum faktor.
6.4. Analisis Penentuan Titik Optimum Faktor
Penentuan titik optimum faktor adalah berdasarkan model orde kedua yang diperoleh. Hasil penentuan titik optimum adalah sebagai berikut:
1. Temperatur mesin ECP = 113ºC. 2. Tekanan mesin OTR = 0,5 psi
3. Kecepatan mesin boltea= 158 rpm
Universitas Sumatera Utara
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN
7.1. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil penerapan Response Surface Methodology dan analisa yang telah dibahas pada bab sebelumnya adalah sebagai
berikut ini: 1.
Hasil identifikasi awal menunjukkan bahwa faktor-faktor yang berpengaruh terhadap penurunan kualitas strength adalah faktor temperature, tekanan, dan
kecepatan mesin pengolahan green tea. 2.
Hasil percobaan yang dilakukan pada faktor temperature, tekanan, dan kecepatan adalah sebagai berikut ini:
a. Percobaan model orde pertama, diperoleh fungsi yaitu:
Y= 939 – 48X
1
– 49X
2
– 49X
3
Pengujian yang dilakukan pada model orde pertama memberikan kesimpulan bahwa model yang dibangun sudah tepat digunakan karena
tidak terdapat lack of fit, hal ini terlihat dari Fhitung Ftabel 2,13 9,01. b.
Percobaan steepest descent memberikan titik minimum pada pergerakan level n=6 dengan jumlah green tea sebesar 388 kg dengan temperatur X
1
= 116 C, tekanan X
2
= 0,5 psi dan kecepatan X3 = 162 rpm. c.
Percobaan model orde kedua yang diperoleh yaitu: Y = 901 – 94,8X
1
+ 19,4X
2
– 76,7X
3
– 80,6X
1 2
– 79,5X
2 2
- 80X
3 2
– 49X
1
X
2
- 48X
1
X
3
– 48X
2
X
3
Universitas Sumatera Utara
Pengujian regresi pada model orde kedua memberikan kesimpulan bahwa model orde kedua yang dibangun tidak memiliki efek terhadap kualitas
rendah yang dihasilkan dengan nilai Fhitung Ftabel 0,55 3,02. Pengujian untuk lack of fit juga memberikan hasil bahwa model yang
digunakan sudah tepat karena tidak terdapat penyimpangan dimana hal ini dapat dilihat dari nilai Fhitung Ftabel 3,93 5,05
3. Titik optimum yang hasilkan yaitu: Temperatur X
1
= 113 C, Tekanan X
2
= 0,5 psi, dan kecepatan X
3
= 158 rpm
7.2. Saran
Saran yang dapat diberikan setelah melakukan penelitian adalah sebagai berikut ini:
1. Selama proses produksi berlangsung hendaknya menjaga kebersihan tempat
untuk menghindari benda asing yang ikut dalam pengolahan green tea. 2.
Karyawan pada bagian produksi green tea harus memperhatikan dengan teliti kondisi operasi yang dijalankan.
3. Perlu adanya ketelitian dalam proses produksi agar kadar air teh hijau sesuai
dengan standar. 4.
Perusahaan dapat menerapkan Response Surface Methodology RSM dalam perbaikan kualitas green tea sehingga didapatkan titik setting yang terbaik
Universitas Sumatera Utara
BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
2.1. Sejarah Perusahaan