Latar belakang Aktivitas Enzim Peroksidase Dan Polifenol Oksidase Pada Kalus Terung Belanda (Solanum betaceum CAV.) Setelah Diinduksi EMS (Ethyl Methane Sulphonate)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Terung Belanda pada awalnya berasal dari pegunungan Andes dan lebih kurang 30 species dari genus ini yang tersebar di bagian selatan Amerika Faucon, 1998, namun tanaman ini sangat populer di New Zealand dan pada saat ini mulai berkembang di daerah tropis lainnya seperti Indonesia. Di Indonesia sendiri penyebaran species Terung Belanda tidak begitu banyak, hanya terdapat pada beberapa daerah saja yaitu Bali, Jawa Barat dan Tanah Karo Sumatera Utara Kumalaningsih, 2006. Rasa asam manis pada buah Terung Belanda yang banyak diminati masyarakat Sumatera Utara dianggap mempunyai potensi yang cukup baik untuk menambah nilai ekonomi daerah tersebut, maka banyak dikembangkan pengolahannya dalam bentuk sirup dan selai Departemen Pertanian, 2003. Namun penyebaran yang tidak begitu banyak memungkinkan tanaman ini mengalami kepunahan. Hal ini mungkin dikarenakan adanya faktor lingkungan yang kurang mendukung untuk tanaman ini tumbuh dengan baik. Maka perlu diupayakan suatu cara perbanyakan tanaman Terung Belanda. Adapun perbanyakan yang telah dilakukan yaitu secara konvensional namun hasil yang didapatkan juga kurang menguntungkan dan kurang efisien Yuwono, 2006. Masalah tersebut perlu dipecahkan dengan dilakukan suatu usaha perbanyakan tanaman dengan teknik kultur jaringan. Dengan menggunakan teknik kultur jaringan dapat dihasilkan tanaman yang identik dengan induknya Departemen Pertanian, 2003. Perbanyakan dengan teknik kultur jaringan selain mampu memperoleh tanaman yang identik dengan induknya, juga dapat dimanfaatkan untuk memperoleh tanaman dengan kualitas yang lebih baik. Salah satu cara yaitu dengan mengubah materi genetik tanaman tersebut pada tingkat DNA, sehingga dapat dihasilkan variasi- variasi tanaman Terung Belanda yang lebih unggul Suryo, 1995. Pengubahan materi genetik tersebut dapat dilakukan dengan menambahkan senyawa mutagen seperti Universitas Sumatera Utara Ethyl Methane Sulphonate EMS yang merupakan mutagen kimia dan dapat menyebabkan alkilasi yang efektif pada tingkat DNA serta menyebabkan pertumbuhan tidak terbatas indeterminate, sehingga tanaman dapat berbuah beberapa kali dalam setahun. Penggunaan mutagen dapat menyebabkan perubahan genetik pada tanaman. Perubahan genetik akan berpengaruh terhadap proses fisiologis terutama metabolisme sel. Metabolisme berkaitan erat dengan aktivitas dan distribusi dari beberapa enzim pada tanaman seperti peroksidase dan polifenol oksidase. Kedua enzim ini pada tumbuhan terdapat pada organ, jaringan, sel serta komponen terkecil dari sel seperti organel serta bagian interselulernya. Peranan dari peroksidase dan polifenol oksidase yaitu berperan dalam proses pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan Widiyanto, 1992 dan juga dapat meningkatkan resisten ketahanan dari tumbuhan tersebut. Pada beberapa hasil penelitian dikatakan bahwa hormon tumbuhan dapat menginduksi perubahan peroksidase dan polifenol oksidase seiring dengan adanya regulasi dari pertumbuhan dan perkembangan tanaman Arora Bajaj, 1981. Dalam hal resistensi terhadap adanya patogen pada tanaman, aktivitas peroksidase akan meningkat pada tanaman yang terserang patogen dan enzim ini akan membentuk suatu ketahanan internal yang dapat meningkatkan resistensi dari tanaman. Pada penelitian mengenai aktivitas peroksidase, skor ELISA dan respon ketahanan 29 genotip cabai merah terhadap infeksi Cucumber Mosaic Virus CMV diperoleh hasil bahwa beberapa genotip cabai merah yang tahan terhadap CMV dan dapat digunakan sebagai sumber gen ketahanan terhadap CMV. Aktivitas peroksidase pada tanaman cabai merah yang terinfeksi CMV berperan dalam mekanisme ketahanan terhadap infeksi virus Herison, et al. 2007. Dari hal-hal tersebut dapat dilihat adanya korelasi yang sinergis antara peroksidase dan polifenol oksidase terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman serta resistensi dari tanaman.

1.2 Permasalahan