C
2
T
3
yang konsentrasi dan lama perendamannya meningkat menyebabkan kadar protein kalus rendah.
Rendahnya nilai kadar protein kalus dapat disebabkan karena adanya pengaruh dari aktivitas metabolisme protein secara umum. Apabila aktivitas metabolisme
protein terganggu akibat adanya senyawa lain seperti EMS yang merupakan mutagen dapat menghambat proses terbentuknya protein dari kalus terung belanda sehingga
aktivitas pembentukan protein menurun. Menurut Shiomi and Hori 1975 bahwa protein kalus dapat terhambat pembentukannya apabila ada suatu hal yang
menghambat proses kerja pembentukan protein dalam kalus. Hal ini dapat dianalisis secara biokimia.
4.6 Penentuan Akivitas Peroksidase PO
Hasil pengukuran aktivitas peroksidase dapat dilihat pada Lampiran F Halaman 46, dari daftar sidik ragam yang diperoleh bahwa aktivitas peroksidase menunjukkan
pengaruh yang sangat berbeda nyata. Nilai aktivitas enzim ditandai dengan banyaknya pyrogallol yang terurai menjadi purpurogallin. pengukuran aktivitas peroksidase dapat
dilihat pada tabel 4.6, sedangkan untuk pola perubahan aktivitas peroksidase tersebut ditampilkan pada Gambar 4.6.1.
Dari Tabel 4.6 dapat dilihat bahwa nilai aktivitas enzim tertinggi terdapat pada perlakuan C
3
T
1
, begitu juga untuk nilai aktivitas spesifiknya. Sedangkan kontrol menunjukkan aktivitas enzim dan aktivitas spesifik yang lebih tinggi bila dibanding
dengan perlakuan induksi EMS 0,05 dan lebih rendah dari perlakuan induksi EMS 0,1 dan 0,15. Hal ini mungkin dikarenakan aktivitas peroksidase pada kontrol
tanpa induksi EMS merupakan aktivitas yang konstitutif dan akan meningkat apabila diinduksi. Menurut Herison et al. 2007 bahwa peroksidase merupakan salah satu
enzim yang sifatnya konstitutif pada tanaman dan akan meningkat apabila terinduksi oleh suatu hal.
Tabel 4.6 Aktivitas Peroksidase
Perlakuan Nilai aktivitas peroksidase
Nilai aktivitas spesifik
Universitas Sumatera Utara
0,00 0,05
0,10 0,15
0,20 0,25
0,30 0,35
0,40
C0T1 C0T2
C0T3 C1T1
C1T2 C1T3
C2T1 C2T2
C2T3 C3T1
C3T2 C3T3
Perlakuan A
k tiv
it a
s p e
r o
k sid
a se
µ m
o lm
e n
it
µmolmenit unitµg protein
C0T1 0,254 aAb
0,012 C0T2
0,196 bB 0,009
C0T3 0,267 aA
0,012 C1T1
0,210 bB 0,009
C1T2 0,169 cC
0,007 C1T3
0,156 cC 0,007
C2T1 0,217 bB
0,011 C2T2
0,230 aAb 0,010
C2T3 0,271 aA
0,014 C3T1
0,363 aA 0,016
C3T2 0,295 aA
0,014 C3T3
0,321 aA 0,015
Keterangan: Angka-angka dalam kolom yang sama bila diikuti dengan huruf yang tidak sama berbeda nyata pada taraf 5 huruf kecil dan taraf 1 huruf besar menurut uji Duncan.
C 0,0, C
1
0,05, C
2
0,10, C
3
0,15, T
1
30 menit, T
2
60 menit, T
3
90 menit
Gambar 4.6.1 Pola perubahan aktivitas peroksidase µgmenit
Selain dengan penginduksian tanaman yang mengalami cekaman fisik ataupun fisiologis juga menampakkan peningkatan aktivitas peroksidase yang signifikan
Artlip and Funkhouser, 1995. Herison et al. 2007 juga mengemukakan bahwa peningkatan aktivitas enzim peroksidase adalah respon umum tanaman terhadap
cekaman lingkungan. Hasil penelitian aktivitas enzim akibat adanya induksi EMS ini sesuai dengan
penelitian yang terdahulu, yakni dengan penginduksian EMS dianggap dapat memberikan cekaman secara fisiologis dari kalus terung belanda sehingga dapat
meningkatkan aktivitas dari peroksidase tersebut. Hal ini didukung oleh Herison et al.2007 bahwa tanaman yang resisten memperlihatkan aktivitas peroksidase yang
tinggi.
Universitas Sumatera Utara
Pemberian perlakuan mutagen EMS yang dianggap dapat memicu peningkatan aktivitas peroksidase pada kalus Terung Belanda. Peroksidase merupakan enzim yang
sifatnya memang ada secara alami dalam tanaman dan dapat meningkat aktivitasnya bila diinduksi dengan hal-hal tertentu misalkan dengan pemberian mutagen seperti
EMS. Seiring dengan meningkatnya konsentrasi dari EMS maka meningkat pula aktivitas dari peroksidase kalus Terung Belanda. Sedangkan untuk lama perendaman
EMS memberikan waktu yang flukuatif terhadap aktivitas pembentukan peroksidase. Menurut Herison et al. 2007 bahwa aktivitas peroksidase meningkat dengan adanya
induksi tertentu seperti pemberian senyawa kimia ataupun dengan penginfeksian patogen pada tumbuhan tersebut.
4.7 Penentuan Aktivitas Polifenol Oksidase PPO