Berat Basah kultur g

0,60 0,80 1,00 1,20 t b a sa h k a lu s g BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Berat Basah kultur g

Berat basah kultur dan analisis statistiknya dapat dilihat pada Lampiran A Halaman 41. Dari tabel sidik ragam diketahui bahwa interaksi antara konsentrasi EMS dengan waktu perendaman memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata. Sedangkan konsentrasi EMS memberikan berpengaruh nyata bagi pertambahan berat basah kultur, begitu juga dengan lama perendaman dalam EMS memberikan hasil yang sangat berbeda nyata. Rata-rata penambahan berat basah kalus ditampilkan pada tabel 4.1. Tabel 4.1 Rata-rata Penambahan Berat Basah Kalus g Pada Perlakuan Konsentrasi dan Lama Perendaman EMS Konsentrasi Lama Perendaman Rataan T 1 T 2 T 3 C 1,07 0,98 0,85 0,97 a C 1 1,05 0,80 0,33 0,73 b C 2 0,70 0,70 0,25 0,55 c C 3 1,10 0,50 0,42 0,67 d Rataan 0,98 aA 0,75 bB 0,46 cC Keterangan: Angka-angka dalam kolom yang sama bila diikuti dengan huruf yang tidak sama berbeda nyata pada taraf 5 huruf kecil dan taraf 1 huruf besar menrut uji Duncan. C 0,0, C 1 0,05, C 2 0,10, C 3 0,15, T 1 30 menit, T 2 60 menit, T 3 90 menit Hubungan yang terjadi antara lama perendaman dengan berat basah kultur adalah berbanding terbalik dan tampak bahwa hubungan tersebut sangat berbeda nyata. Respon rata-rata persentase kultur berkalus terhadap lama perendaman dapat dilihat pada Gambar 4.1.1 berikut: Universitas Sumatera Utara 0,40 0,60 0,80 1,00 1,20 a a n b er a t b a sa h k a lu s g Gambar 4.1.1 Pengaruh lama perendaman EMS terhadap rata-rata berat basah kalus Terung Belanda Lama perendaman selama 30 menit T 1 memberikan rata-rata berat basah kalus yang lebih tinggi dibanding dengan perendaman 60 T 2 dan 90 T 3 menit Gambar 4.1.1. Hal ini dikarenakan pada menit ke-30 jumlah kandungan EMS dalam jaringan belum menyebabkan toksik sehingga EMS tersebut dapat memacu sel-sel pada eksplan untuk membelah dengan demikian dapat meningkatkan berat basah kalus dari tanaman Terung Belanda. Menurut Priyono dan Agung 2002 bahwa sel-sel pada kalus dapat terpicu untuk melakukan pembelahan apabila lama perendaman mutagen yang diberikan sesuai sehingga difusi kedalam jaringan akan terjadi lebih baik sehingga dapat meningkatkan berat basah kalus. Dengan lama perendaman yang lebih lama sekitar 60 dan 90 menit dalam EMS dapat menyebabkan terhambatnya proses pembentukan kalus karena telah terjadi akumulasi EMS yang sangat tinggi, sehingga sel-sel dari kalus tidak dapat berproliferasi dengan sempurna bahkan hal ini dapat menyebabkan toksik bagi kalus tanaman. Jander 2003 menambahkan bahwa mutagen dengan akumulasi dosis yang tinggi dapat mematikan eksplan tanaman dan dapat mengakibatkan eksplan tanaman yang termutasi menjadi steril. Universitas Sumatera Utara Gambar 4.1.2 Pengaruh konsentrasi EMS terhadap rata-rata berat basah kalus Terung Belanda Sedangkan pemberian perlakuan konsentrasi EMS terhadap rata-rata berat basah kalus menunjukkan bahwa konsentrasi EMS memberikan hasil yang fluktuatif terhadap berat basah kalus Terung Belanda. Pada konsentrasi C2 0,10 memiliki berat basah kalus yang terendah dari konsentrasi yang lainnya, sedangkan pada konsentrasi C0 0 memiliki berat basah kalus yang paling tinggi namun pada konsentrasi C3 0,15 terjadi peningkatan berat basah kalus Gambar 4.1.2. Hal ini kemungkinan karena pada konsentrasi tersebut EMS dapat memberikan rangsangan yang positif terhadap fitohormon dalam kalus Terung Belanda, sehingga sel-sel kalus dapat membelah dan meningkatkan berat basah kalus. Menurut Priyono dan Agung 2002 bahwa penggunaan mutagen dengan konsentrasi tertentu dapat memacu fitohormon dalam tumbuhan misalnya auksin yang dapat mendorong pembelahan sel pada tanaman.

4.2 Warna Kalus