Ethyl Methane Sulphonate EMS yang merupakan mutagen kimia dan dapat menyebabkan alkilasi yang efektif pada tingkat DNA serta menyebabkan
pertumbuhan tidak terbatas indeterminate, sehingga tanaman dapat berbuah beberapa kali dalam setahun.
Penggunaan mutagen dapat menyebabkan perubahan genetik pada tanaman. Perubahan genetik akan berpengaruh terhadap proses fisiologis terutama metabolisme
sel. Metabolisme berkaitan erat dengan aktivitas dan distribusi dari beberapa enzim pada tanaman seperti peroksidase dan polifenol oksidase. Kedua enzim ini pada
tumbuhan terdapat pada organ, jaringan, sel serta komponen terkecil dari sel seperti organel serta bagian interselulernya. Peranan dari peroksidase dan polifenol oksidase
yaitu berperan dalam proses pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan Widiyanto, 1992 dan juga dapat meningkatkan resisten ketahanan dari tumbuhan tersebut.
Pada beberapa hasil penelitian dikatakan bahwa hormon tumbuhan dapat menginduksi perubahan peroksidase dan polifenol oksidase seiring dengan adanya
regulasi dari pertumbuhan dan perkembangan tanaman Arora Bajaj, 1981. Dalam hal resistensi terhadap adanya patogen pada tanaman, aktivitas peroksidase akan
meningkat pada tanaman yang terserang patogen dan enzim ini akan membentuk suatu ketahanan internal yang dapat meningkatkan resistensi dari tanaman. Pada penelitian
mengenai aktivitas peroksidase, skor ELISA dan respon ketahanan 29 genotip cabai merah terhadap infeksi Cucumber Mosaic Virus CMV diperoleh hasil bahwa
beberapa genotip cabai merah yang tahan terhadap CMV dan dapat digunakan sebagai sumber gen ketahanan terhadap CMV. Aktivitas peroksidase pada tanaman cabai
merah yang terinfeksi CMV berperan dalam mekanisme ketahanan terhadap infeksi virus Herison, et al. 2007. Dari hal-hal tersebut dapat dilihat adanya korelasi yang
sinergis antara peroksidase dan polifenol oksidase terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman serta resistensi dari tanaman.
1.2 Permasalahan
Universitas Sumatera Utara
Penggunaan mutagen kimia seperti EMS terhadap kultur in vitro telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya untuk mengetahui pengaruhnya pada tanaman. Akan tetapi belum
diketahui pengaruh EMS terhadap aktivitas peroksidase dan polifenol oksidase dalam pertumbuhan dan perkembangan tanaman Terung Belanda.
1.3 Tujuan penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsentrasi dan lama perendaman EMS yang terbaik dalam meningkatkan aktivitas peroksidase dan polifenol oksidase pada
tanaman Terung Belanda.
1.4 Hipotesis
Konsentrasi dan lama perendaman EMS berpengaruh terhadap aktivitas peroksidase dan polifenol oksidase pada tanaman Terung Belanda.
1.5 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai bahan informasi bagi penelitian selanjutnya dan bagi masyarakat yang membutuhkan khususnya bagi petani tanaman
Terung Belanda.
Universitas Sumatera Utara
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Botani Solanum betasium Cav.
Terung Belanda awalnya dikenal dengan nama Cyphomandra betacea Cav namun kemudian direvisi oleh seorang ahli yang bernama Sendtner menjadi Solanum
betaceum Cav dan masuk kedalam famili dari Solanaceae. Tanaman ini juga dikenal dengan nama Tamarillo. Tanaman ini berasal dari pegunungan di Andes dan lebih
kurang 30 species dari genus ini yang tersebar di bagian selatan Amerika, namun saat ini telah berkembang hingga ke negara-negara tropis lainnya seperti Indonesia.
Setelah Terung Belanda menjadi sesuatu komoditi yang diperhitungkan tanaman ini banyak diekspor ke luar negeri termasuk Selandia Baru Faucon, 1998. Tanaman ini
menjadi sangat popular di negara Selandia Baru. Buahnya berbentuk bulat panjang dan memiliki kombinasi rasa antara buah tomat dan jambu biji sehingga masyarakat di
Selandia Baru sangat menyukainya. Di Indonesia Terung Belanda dikembangkan di daerah Bali, Jawa Barat, dan Tanah Karo Sumatera Utara Kumalaningsih, 2006.
Menurut Tjitrosoepomo 2000, kedudukan tanaman Terung Belanda dalam sistematika adalah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Sub Divisio : Angiospermae
Klass : Dicotyledonae
Ordo : Solanales
Family : Solanaceae
Genus : Solanum
Spesies : Solanum betaceum Cav.
Pohon Terung Belanda ini memiliki tinggi mencapai 3,5 meter. Daunnya berbentuk oval dengan panjang 6-12 inchi. Bunganya kecil-kecil berwarna merah
Universitas Sumatera Utara
jambu dan tumbuh selama musim semi dan awal musim panas. Buah Terung Belanda akan matang selama musim gugur dan dingin. Saat matang buah ini akan berwarna
merah jingga atau keunguan, tergantung varietasnya. Daging buahnya tebal berwarna merah kekuningan, dibungkus oleh selaput tipis yang mudah dikelupas. Daging buah
ini melindungi biji-bijinya, yang jumlahnya banyak dan tersusun melingkar dan rapi. Daya tahan pohon ini dapat mencapai 10 tahun. Kendala pertumbuhan biasanya pada
daun yang sering dimakan oleh laba-laba atau serangga lainnya. Karena berdaun lebar maka tanaman ini memerlukan pengairan yang teratur http:www.sinarharapan.co.id,
diakses pada tanggal 28 September 2007.
Secara fungsional buah Terung Belanda mempunyai khasiat khusus yang sangat unggul sebagai sumber antioksidan alami karena dapat meluruhkan zat-zat
yang bersifat radikal bebas. Buah ini mengandung berbagai jenis vitamin antara lain vitamin E, vitamin A, vitamin C, vitamin B
6
Kumalaningsih, 2006. Terung belanda juga mengandung beberapa komponen lainnya seperti air 80 -90 , protein 1,4 -
2 , lemak 0,1 - 0,6 , serat 1,4 -4,7 , karbohidrat 110 KJ – 150 KJ Faucon, 1998.
2.2 Kultur Jaringan