1995 perlu dilakukan subkultur pada kalus setiap 28 hari sekali dalam media yang baru yang komposisinya sama dengan media asal sebelum disubkultur untuk
mencegah kurangnya nutrisi pada kalus. Pada beberapa kalus pencoklatan terjadi seiring lamanya waktu pengkalusan.
Hal ini diduga akibat kalus mengalami penuaan sehingga pertumbuhan kalus terhenti dan akhirnya akan mati. Soegihardjo 1993 menjelaskan bahwa apabila kalus
mengalami penuaan dengan ciri-ciri kalus berubah warna menjadi coklat, pertumbuhan terhenti dan akhirnya terjadi pengeringan akibat nutrisi habis sehingga
menghambat difusi nutrien, penguapan air yang mengakibatkan naiknya konsentrasi nutrien tertentu dalam media, dan penimbunan metabolit yang bersifat racun bagi
kalus.
4.3 Persentase Kultur Yang Hidup
Persentase kultur yang hidup merupakan banyaknya kultur yang hidup dari seluruh eksplan yang ditanam. Biasanya persentasi kultur yang hidup ini diamati pada akhir
penelitian. Dari pengamatan didapat bahwa jumlah kultur yang hidup sebanyak 64 botol atau 88,88 Lampiran B, Halaman 42. Jumlah ini sudah dapat mewakili
untuk menjelaskan pengaruh pemberian EMS dan lama perendaman terhadap pertumbuhan kalus terung belanda secara in vitro. Kultur yang hidup dapat diamati
dengan ciri kalus segar, bernodul, terlihat kompak dan tidak bewarna coklat yang sangat tua. Salah satu contoh kultur yang hidup dapat dilihat pada Gambar 4.3.1,
sedangkan data pengamatan persentase kultur yang hidup dapat ditampilkan pada Tabel 4.3 yang terlihat sebagai berikut:
Tabel 4.3 Rataan persentase kultur yang hidup Konsentrasi
Lama Perendaman Rataan
T
1
T
2
T
3
C 100
100 100
100 C
1
100 100
66,66 88,88
C
2
83,33 100
50 77,77
Universitas Sumatera Utara
C
3
100 83,33
83,33 88,88
Rataan 95,83
95,83 75
88,88
Pada Tabel 4.3 terlihat hampir pada semua perlakuan terdapat kultur yang hidup dan pada perlakuan C
2
T
3
memiliki jumlah kultur hidup yang paling sedikit yaitu sebanyak 50 . Hal ini mungkin disebabkan konsentrasi dan lama waktu perendaman
dengan EMS tidak sesuai untuk menghasilkan kultur hidup. Peningkatan konsentrasi dan lama perendaman EMS dapat menurunkan persentase kultur yang hidup.
Menurut Priyono dan Agung 2002 bahwa waktu perendaman serta konsentrasi dari EMS yang tinggi dapat menghambat jaringan untuk tumbuh. Sama
halnya dengan EMS mutagen lainnya seperti kolkisin bila digunakan dengan konsentrasi tinggi dan waktu perendaman yang tinggi dapat mengakibatkan kerusakan
fisiologi dari tanaman. Simarmata 2008 dalam skripsinya menambahkan bahwa penggunaan kolkisin yang semakin tinggi dapat menghambat kemampuan sel-sel
kalus untuk beregenerasi. Pemberian kolkisin mengakibatkan penundaan pertumbuhan akibat jaringan yang rusak dan memerlukan kisaran waktu tertentu untuk tumbuh.
Menurut Greene et al. 2005 dalam jurnalnya menambahkan bahwa peningkatan senyawa mutagenik pada jaringan tanaman dapat mempengaruhi sistem
metabolisme tanaman tersebut. Pemberian mutagen pada jaringan tanaman dapat berdampak buruk apabila tidak sesuai dengan kemampuan jaringan tanaman untuk
mengoptimalkan mutagen tersebut. Persentase kultur yang hidup untuk perlakuan C
3
T
3
diperoleh lebih tinggi dibandingkan persentase dari perlakuan C
2
T
3
. Hal ini disebabkan pada penelitian ini perlakuan C
3
T
3
sedikit terdapat kontaminasi pada perlakuannya bila dibandingkan C
2
T
3
yang lebih banyak terjadi kontaminasi. Menurut Gunawan 1995 bahwa kontaminasi dapat mempengaruhi jumlah kultur yang hidup.
3 1
Universitas Sumatera Utara
2
Gambar 4.3.1 Kultur yang hidup pada perlakuan C
3
T
1
konsentrasi EMS 0,15 dan lama perendaman 30 menit
Keterangan: 1 kalus; 2 sisa eksplan; 3 nodul
Pada pengamatan tidak terjadi perubahan kalus menjadi planlet, namun kalus tetap hidup dan ditandai dengan penambahan ukuran kalus. Tingginya persentase
kultur yang hidup memperlihatkan bahwa aktifitas metabolisme yang terjadi pada kalus berjalan dengan baik dan nutrisi pada media masih tercukupi sehingga
pertumbuhan kultur yang hidup tinggi. Yusnita 2003 menambakan bahwa nutrien yang lengkap dalam media sangat
mendukung pertumbuhan dan perkembangan dari kalus tanaman. Berbagai komposisi media kultur telah diformulasikan untuk mengoptimalkan pertumbuhan dan
perkembangan tanaman yang dikulturkan.
4.4 Persentase Kultur Yang Terkontaminasi