Kultur Jaringan Aktivitas Enzim Peroksidase Dan Polifenol Oksidase Pada Kalus Terung Belanda (Solanum betaceum CAV.) Setelah Diinduksi EMS (Ethyl Methane Sulphonate)

jambu dan tumbuh selama musim semi dan awal musim panas. Buah Terung Belanda akan matang selama musim gugur dan dingin. Saat matang buah ini akan berwarna merah jingga atau keunguan, tergantung varietasnya. Daging buahnya tebal berwarna merah kekuningan, dibungkus oleh selaput tipis yang mudah dikelupas. Daging buah ini melindungi biji-bijinya, yang jumlahnya banyak dan tersusun melingkar dan rapi. Daya tahan pohon ini dapat mencapai 10 tahun. Kendala pertumbuhan biasanya pada daun yang sering dimakan oleh laba-laba atau serangga lainnya. Karena berdaun lebar maka tanaman ini memerlukan pengairan yang teratur http:www.sinarharapan.co.id, diakses pada tanggal 28 September 2007. Secara fungsional buah Terung Belanda mempunyai khasiat khusus yang sangat unggul sebagai sumber antioksidan alami karena dapat meluruhkan zat-zat yang bersifat radikal bebas. Buah ini mengandung berbagai jenis vitamin antara lain vitamin E, vitamin A, vitamin C, vitamin B 6 Kumalaningsih, 2006. Terung belanda juga mengandung beberapa komponen lainnya seperti air 80 -90 , protein 1,4 - 2 , lemak 0,1 - 0,6 , serat 1,4 -4,7 , karbohidrat 110 KJ – 150 KJ Faucon, 1998.

2.2 Kultur Jaringan

Kultur jaringan tanaman merupakan teknik budidaya perbanyakan sel, jaringan, dan organ tanaman dalam suatu lingkungan yang terkendali dan dalam keadaan aseptik atau bebas dari mikroorganisme. Secara umum perbanyakan tanaman berdasarkan perkembangan dan siklus hidupnya dapat digolongkan menjadi dua, yaitu perbanyakan secara seksual dan perbanyakan secara aseksual Santoso dan Nursandi, 2004. Berdasarkan bagian tanaman yang dikulturkan secara lebih spesifik terdapat tipe-tipe kultur yaitu, kultur kalus, kultur suspensi sel, kultur anter, kultur akar, kultur pucuk tunas, kultur embrio, kultur ovul, dan kultur kuncup bunga. Kultur jaringan bermula dari adanya pembuktian sifat totipotensi sel, yaitu bahwa setiap sel tanaman yang hidup dilengkapi dengan informasi genetik dan perangkat fisiologis yang Universitas Sumatera Utara lengkap untuk tumbuh dan berkembang menjadi tanaman utuh, jika berada dalam kondisi yang sesuai. Penemuan zat pengatur tumbuh ZPT dan upaya pengembangan formulasi media sangat berperan penting dalam menentukan keberhasilan teknik kultur jaringan Yusnita, 2003. Zat pengatur tumbuh yang paling sering digunakan adalah asam 2,4-diklorofenoksi asetat 2,4-D Wetter Constabel, 1991. Prinsip utama dari teknik kultur jaringan adalah perbanyakan tanaman dengan menggunakan bagian vegetatif tanaman dengan menggunakan media buatan yang dilakukan di tempat yang steril Departemen Pertanian, 2007. Dalam perbanyakan teknik kultur jaringan, eksplan merupakan faktor yang penting dalam penentuan keberhasilan. Menurut Gunawan 1995 disamping eksplan faktor genotip, umur eksplan, letak pada cabang dan seks pohon jantan atau betina juga perlu diperhatikan dalam pembuatan kultur jaringan. Eksplan adalah bagian tanaman yang dijadikan bahan inokulum awal yang ditanam dalam media, yang akan menunjukan pertumbuhan dan perkembangan tertentu. Dalam pemilihan bagian tanaman perlu juga dipertimbangkan tujuan dari kultur yang akan dilakukan. Bagian tertentu akan memberikan variasi dalam jumlah kromosom maupun variasi dalam beberapa gen. Santoso Nursandi 2004 menambahkan bahwa langkah pertama untuk menentukan bagian mana dari tanaman yang akan digunakan sebagai eksplan adalah melihat potensi genetik yang ada pada tanaman dilapangan. Untuk itu perlu dilakukan analisis jaringan secara in vivo untuk mengetahui bagian tanaman yang mempunyai kandungan tertinggi senyawa yang diinginkan. Tanaman yang mempunyai kandungan senyawa tertentu dalam jumlah besar akan mampu menghasilkan senyawa yang sama dalam jumlah besar pula apabila tanaman tersebut dikulturkan secara in vitro. Hal ini sesuai dengan teori totipotensi yang dimiliki suatu sel.

2.3 Media Kultur Jaringan