Perumusan Masalah Tujuan dan Manfaat Penelitian Tinjauan Pustaka

biaya untuk perawatan anjing setiap hari cukup besar, baik itu untuk membeli susu, telur dan obat-obatannya. Cara hidup seperti ini perlu dipertanyakan dalam keadaan zaman seperti sekarang ini. Kegiatan berburu babi sepertinya kegiatan yang membuang uang saja, yang sebenarnya bisa ditukar dengan permainan lain yang tidak memerlukan biaya. Bahkan tidak jarang banyak pameo terlontar ditengah masyarakat tentang para perburu tersebut. Salah satu pameo yang sering terdengar ditengah masyarakat adalah Orang berburu tersebut lebih sayang kepada anjing dari pada anaknya, anjing di mandikan pagi hari dan diberi minum susu sedangkan anaknya tidak. Akan tetapi pameo tersebut tidak ada artinya bagi masyarakat pecandu buru babi bahkan peminatnya semakin bertambah banyak pula. Berarti permainan berburu babi tersebut mempunyai fungsi didalam kehidupan masyarakat setempat. Dalam hal ini fungsi diartikan sebagai kegunaan suatu hal Suyono, 1985:127.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimanakah proses permainan buru babi itu berlangsung? 2. Apa fungsi permainan berburu babi dalam kehidupan masyarakat setempat? Universitas Sumatera Utara

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan permainan berburu babi, dan proses permainan tersebut berlangsung. Selain itu akan di deskripsikan pula fungsi berburu babi sebagai salah satu Permainan Rakyat di Sumatera Barat, sehingga permainan buru babi sebagai bentuk Permainan Rakyat yang tetap terpelihara sebagai suatu warisan budaya. Manfaat penelitian ini adalah untuk menambah khasanah Referensi di bidang ilmu sosial umumnya dan di bidang ilmu Antropologi pada khususnya. Dan diharapkan hasil penelitian ini nantinya dapat dipakai sebagai bahan acuan bagi mereka yang ingin mempelajari dunia folklor secara lebih mendalam. Dan dapat memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana ilmu sosial dan ilmu politik Departemen Antropologi dari Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

1.4. Tinjauan Pustaka

Pada saat sekarang ini permainan berburu babi cukup dikenal oleh masyarakat Minangkabau pada umumnya. Baik dalam kalangan bawah sampai pada kalangan atas. Bahkan pada saat sekarang ini tidak hanya orang-orang yang berada di desa saja yang gemar melakukan permainan buru babi ini, tetapi orang- orang yang bertempat tinggal di kotapun terlihat aktif melakukan kegiatan tersebut bahkan dikota besarpun seperti di ibu kota propinsi telah ada persatuan-persatuan buru babi yang langsung berada dibawah pembinaan Kapolda. Dapat dikatakan bahwa permainan berburu babi ini dengan segala ketradisionalannya terus Universitas Sumatera Utara berkembang dan diminati oleh banyak orang. Dunia bermain dengan segala bentuk permainnya merupakan fenomena budaya yang timbul ditengah-tengah masyarakat pendukungnya dan ini merupakan bagian dari bentuk foklor. Hal ini seperti dikatakan Brunvard dalam Danadjaja 1984:34 yang mengatakan foklor adalah bagian dari kebudayaan yang bersifat tradisional, tidak resmi unofficial dan noninstusional. Selanjutnya oleh foklor adalah suatu ciptaan creations dari suatu kelompok atau seorang individu yang berorientasi pada kelompok dan berdasarkan pada tradisi suatu komunitas sebagai suatu ungkapan jati diri dari kebudayaan masyarakatnya, batasan-batasan dan nilai yang di wariskan secara lisan, mencontoh immitation atau dengan cara lain bentuk-bentuknya mencakup antara lain: bahasa, kesusasteraan, tari, permainan-pcrmainan, mitologi, ritual, adat-istiadat, seni karya, arsitektur dan kesenian lainnya. Berkembangnya permainan berburu babi ini disebabkan oleh fungsi yang terkandung didalam permainan tersebut. Menurut Ritzer, fungsi adalah akibat yang dapat diamati yang menuju adaptasi atau penyesuaian dalam suatu sistem Ritzer, 1985:28. Dalam hal ini masyarakat dianggap suatu sistem, dimana pendapat ini adalah asumsi dasar dari kaum fungsionalis. Selanjutnya dikatakan bahwa, masyarakat dianggap sebagai suatu sistem yang terdiri dari bahagian- bahagian yang tergantung satu sama lain artinya bahwa bagian-bagian tersebut saling terkait yang membentuk suatu struktur dan berfungsi satu sama lainnya. Dalam hal ini suatu sistem haruslah selalu dalam keadaan equalibrium. Sistem terdiri dari elemen-elemen apabila suatu elemen tidak bekerja sebagaimana Universitas Sumatera Utara mestinya, maka sistem tersebut menunjuk kearah ketidakseimbangan, maksudnya adalah apabila satu elemen dalam suatu sistem tidak berfungsi maka akan terjadi gangguan ataupun ketidakseimbangan Poloma, 1987:25-26. Menurut James DanandJaja 1984:181 permainan rakyat berfungsi sebagai sarana rekreasi, hiburan, olahraga dan mengembangkan daya berfikir, terutama bagi masyarakat yang bertempat tinggal di daerah pedalaman yang jauh dari keramaian. Begitu juga dengan permainan berburu babi, juga merupakan permainan rakyat, dapat dilihat pada permainan berburu babi banyak fungsi yang terkandung di dalamnya seperti sebagai sarana rekreasi, olahraga membasmi hama tanaman sehingga permainan ini dapat di katakan sebagai permainan rakyat, karena diminati oleh lapisan masyarakat, terutama masyarakat yang bertempat tinggal di daerah-daerah pedesaan. Di samping itu permainan rakyat berburu babi ini merupakan warisan budaya dari nenek moyang orang Minangkabau dan telah ada sejak dahulu dan bertahan sampai saat ini. Selain itu tata cara pelaksanaan permainan, aturan-aturan yang mengatur, serta peralatan yang digunakan tidak banyak mengalami perubahan sampai saat sekarang ini. Dari kenyataan diatas dapat dikatakan bahwa permainan berburu babi merupakan salah satu aktifitas dari kebudayaan Minangkabau. Adanya kegiatan berburu babi yang terus berlangsung di daerah-daerah pedesaan serta di lokasi penelitian sendiri, selain dirasakan manfaatnya yang besar oleh para petani, juga haruslah dipandang sebagai suatu tradisi adat kebiasaan yang melembaga pada kebudayaan masyarakat yang bersangkutan. Pedoman yang berlaku dalam kebudayaan kemudian diwujudkan ke dalam Universitas Sumatera Utara pranata-pranata sosial tertentu yang menyangkut kegiatan masyarakat. Pranata sosial merupakan suatu sistem tata kelakuan dan hubungan yang berpusat pada aktifitas-aktifitas untuk memenuhi komplek-komplek kebutuhan khusus masyarakat. Dalam pranata sosial ini diatur pula aktifitas-aktifitas tertentu, di mana aktifitas itu diatur pula oleh peranan dan status individu yang terlibat. Interaksi yang ada didalam aktifitas tersebut berpola pada satu hak dan kewajiban tertentu yang di katakan sebagai stuktur sosial. Struktur sosial adalah keseluruhan jaringan hubungan sosial diantara anggota-anggota masyarakat Brown dalam Koentjaraningrat, 1985:173. Dalam struktur sosial itulah tindakan-tindakan manusia diwujudkan berdasarkan pola hak dan kewajiban menurut status dan peran yang dimainkan dalam suatu interaksi sosial. Pengertian dan kewajiban para pelaku dikaitkan dengan masing-masing status dan peranan para pelaku. Status dan peranan bersumber pada sistem penggolongan yang ada dalam kebudayaan masyarakat yang bersangkutan, dan yang berlaku menurut masing-masing pranata dan situasi situasi sosial di mana interaksi sosial itu terwujud Suparlan, dalam Widjaja, 1986:90. Status di konsepsikan sebagai posisi yang di tempati, sedangkan peranan adalah tingkah laku individu yang mementaskan suatu kedudukan atau posisi tertentu dalam suatu stuktur sosial. Sedangkan interaksi sosial merupakan hubungan sosial yang dinamis, yang menyangkut antara orang perorangan, antara kelompok dengan kelompok maupun antara orang perorangan dengan kelompok Gillin dan Gillin, 1954:4 89 . Universitas Sumatera Utara Koentjaraningrat membagi pranata kebudayaan ke dalam delapan penggolongan yaitu: l. Pranata kekerabatan 2. Pranata ekonomi 3. Pranata pendidikan 4. Pranata ilmu pengetahuan 5. Pranata seni dan rekreasi 6. Pranata Agama 7. Pranata Politik 8. Pranata pemenuhan Kebutuhan fisik manusia Koentjaraningrat, 1986:166-167. Sesuai dengan pengelompokan pranata tersebut, maka permainan berburu babi yang berkembang dewasa ini dapat di masukan ke dalam Pranata Ekonomi dan Pranata Rekreasi. Permainan berburu babi yang berkembang pada saat sekarang ini di samping berorientasi kepada penyelamatan sumber-sumber ekonomi masyarakat, terutama masyarakat yang bermata pencaharian sebagai sarana Rekreasi dan Hiburan yang menarik bagi sebagian masyarakat yang hidup bukan dari sektor Pertanian. Dalam masyarakat Kanagarian Kamang Mudiak ada sejenis pranata yang mengatur suatu aktivitas tertentu. Pranata sosial berburu babi ini ada suatu aturan- aturan tertentu yang harus dipahami oleh anggotanya dalam berinteraksi, misalnya seperti aturan yang mengatur pengolongan para pelaku menurut status dan peranannya dan yang membatasi bermacam tindakan-tindakan yang boleh dan yang tidak boleh serta yang seharusnya diwujudkan oleh para pelaku Suparlan, dalam Widjaja, 1986:90. Maksudnya di Kanagarian Kamang Mudiak ini telah ada peraturan yang mengatur tentang kedudukan para peserta buru babi berdasarkan kemampuannya, misalnya ada yang berperan sebagai Tuo Buru, pengurus dan sebagai anggota para peserta yang telah dipilih tersebut akan menjalankan peranannya masing-masing sesuai dengan kesepakatan yang telah di Universitas Sumatera Utara setujui secara bersama-sama. Keterkaitan antara elemen-elemen sebagai pranata sosial terhadap pranata sosial yang lainnya akan membentuk suatu stuktur dalam sistem sosial masyarakat yang bersangkutan. Dari keterkaitan itu akan tergambar dua fungsi yang dapat di katakan berbeda yaitu fungsi yang terlihat secara langsung dan fungsi tersembunyi. Dalam permainan berburu babi, fungsi yang terlihat langsung adalah fungsi membasmi hama tanaman, dalam hal ini berburu babi. Sedangkan fungsi yang tidak terlihat atau tersembunyi didalam permainan berburu babi adalah fungsi prestise, pamer kekayaan, dan sebagainya. Merton membagi dua jenis fungsi yang selalu terdapat dalam setiap sistem. Yaitu fungsi manifes dan fungsi laten. Lebih jauh Merton menyatakan, fungsi manifes adalah konsekuensi objektif yang membantu penyesuaian atau adaptasi dari sistem dan disadari oleh para partisipan dalam sistem tersebut, fungsi laten adalah fungsi yang tidak dimaksudkan atau tidak disadari Merton, dalam Poloma, 1987:39. Semua bentuk aktifitas dari kebudayaan dapat dianalisa dari perspektif fungsi manifes dan fungsi laten ini. Demikian juga dengan permainan berburu babi yang terdapat di Kanagarian Kamang Mudiak bisa di analisa fungsi manifes dan fungsi latennya. Fungsi manifes adalah fungsi yang berhubungan erat dengan tujuan-tujuan dari kegiatan. Dalam hal ini adalah fungsi yang berkaitan erat dengan tujuan-tujuan yang memang diharapkan dapat terpenuhi dalam hubungannya dengan kegiatan berburu babi. Hal ini disebabkan karena keberadaan fungsi permainan ini di tengah-tengah masyarakat memiliki saling keterikatan yang tinggi karena itu terus bertahan dan berkembang dalam masyarakat hingga saat sekarang ini. Universitas Sumatera Utara Manfaat yang dirasakan dari fungsi-fungsi berburu babi ini sangat luas dan beragam di kalangan masyarakat. Fungsi berburu tidak hanya dinikmati oleh para peserta berburu babi saja, tetapi juga oleh masyarakat Kanagarian Kamang Mudiak dimana kegiatan berburu ini dilakukan. Misalnya para warga yang hidup dari bertani di desa, mereka sangat tertolong dari serangan hama babi hutan. Beberapa fungsi manifes dari permainan rakyat berburu babi ini adalah: - Gotong royong memberantas hama babi hutan. - Olahraga dan kesehatan - Rekreasi dan periwisata dan - Fungsi Sosial. Sedangkan fungsi laten adalah fungsi yang sebenarnya tidak diharapkan kehadirannya dari suatu gejala yang terjadi dalam permainan rakyat berburu babi. Berikut ini akan dipaparkan beberapa fungsi laten dari permainan rakyat berburu babi yang tumbuh dan berkembang di tengah- tengah masyarakat Minangkabau saat ini: fungsi prestise, pamer kekayaan, pasar terselubung dan disinyalir terdapat pasar taruhan dalam permainan rakyat ini. Dalam mengkaji masalah fungsi, antara fungsi manifes dan fungsi laten tidak dapat dipisahkan. Sebagaimana yang ditekankan oleh Merton, studi fungsi manifes saja yang mengabaikan fungsi laten adalah menyesatkan, lebih dari itu juga harus waspada untuk tidak melupakan fungsi laten ketika sedang terbius oleh fungsi manifes yang lebih jelas terlihat itu. Oleh karena praktek kebudayaan Universitas Sumatera Utara bisa tidak secara total bersifat integratif dan disintegratif, maka penilaian fungsionalitasnya harus dilihat dalam keseimbangan konsekunsinya- konsekuensinya Poloma, 1987:39- 42. Sehubungan dengan hal di atas, untuk melihat dan mengkaji fungsi dalam studi ini dipakai pendekatan kebudayaan. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Moleong, bahwa pendekatan kebudayaan adalah pendekatan yang berusaha menguraikan kebudayaan atau aspek-aspek kebudayaan Moleong,1990:13. Menurut Koentjaraningrat, kebudayaan merupakan keseluruhan sistam gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik manusia dengan poses belajar Koentjaraningrat, 1986:180 . Manusia dalam menghadapi lingkungannya, yang terwujud berupa tingkah lakunya, ditentukan oleh sejumlah aturan-aturan dan petunjuk-petunjuk yang ada dalam kebudayaan masyarakat di mana ia tinggal. Jadi ia bertingkah laku menurut kebudayaannya, karena kebudayaan tersebut mereka yakini kebenarannya, yang didapat dengan cara belajar dari masyarakat yang bersangkutan. Dalam hal ini kebudayaan dilihat sebagai tiga wujud. Pertama adalah wujud ideal dari kebudayaan yang sifatnya abstrak yaitu komplek ide-ide, yaitu gagasan, nilai, peraturan, norma dan sebagainya yang memberi jiwa pada masyarakat tersebut, yang disebut dengan sistem budaya atau disebut juga adat istiadat. Wujud yang kedua adalah wujud yang kongkrit, yaitu komplek aktifitas dan tindakan yang terpola, yang disebut juga dengan sistem sosial. Sebagai wujud yang ketiga adalah benda-benda hasil karya manusia yang disebut juga dengan kebudayaan fisik Koentjaraningrat, 1986:187. Universitas Sumatera Utara Adat istiadat yang berisikan norma-norma yang mengatur permainan berburu babi pada masyarakat Kanagarian Kamang Mudiak merupakan suatu komplek ide, yang diatur oleh nilai-nilai dan norma-norma yang ada dalam masyarakat Kanagarian Kamang Mudiak ini. Sedangkan aktifitas permainan rakyat berburu babi tersebut mereka pelajari dan mereka yakini kebenarannya yang merupakan suatu kompleks aktifitas yang dilakukan secara berulang-ulang dan menurut pola yang sudah ada. Terakhir benda-benda dan alat-alat yang dipakai selama kegiatan berburu berlangsung, merupakan bentuk dari kebudayaan fisik masyarakat Kanagarian Kamang Mudiak. Aktifitas norma, personil, alat buru babi ini dinamakan pranata buru babi. Selain itu Talcot Parson menyatakan bahwa dalam menganalisa kebudayaan dalam keseluruhan perlu dibedakan secara tajam antara adanya keempat komponen, yaitu 1. sistem budaya 2. sistem sosial 3. sistem kepribadian dan 4. sistem organisma Parson, dalam Koentjaraningrat, 1981:221- 222. Sistem budaya atau Cultural System merupakan komponen yang abstrak dari kebudayaan terdiri dari pikiran-pikiran, gagasan-gagasan, konsep-konsep, tema- tema berfikir dan keyakinan-keyakinan. Dengan demikian sistem budaya adalah bagian dari kebudayaan yang disebut dengan adat istiadat. Diantara adat istiadat ada sistam nilai budayanya, sistem normanya, yang secara lebih khusus lagi dapat diperinci ke dalam berbagai macam norma menurut pranata-pranata yang ada dalam masyarakat yang bersangkutan. Fungsi dari sistem budaya menata dan menetapkan tindakan-tindakan secara tingkah laku manusia. Sistem sosial atau Social System, terdiri dari aktifitas-aktifitas manusia atau tindakan-tindakan dan tingkah Universitas Sumatera Utara laku berinteraksi antar individu dalam rangka kehidupan bermasyarakat. Sistem kepribadian, a t a u Personality system, mengenai soal isi jiwa dan watak individu yang berinteraksi sebagai warga masyarakat. Dengan demikian sistem kepribadian manusia berfungsi sebagai sumber motivasi dari tindakan sosialnya. Sistem organik atau organic system, melengkapi seluruh kerangka dengan mengikutsertakan ke dalam proses biologik serta biokimia dalam organisma manusia, apabila difikirkan lebih mendalam, juga ikut menentukan kepribadian individu, pola-pola tindakan manusia dan bahkan juga gagasan-gagasan yang dicetuskan. Semua norma dan nilai, sebagai sistem budaya atau adat istiadat, dan segala aktifitas, maupun benda-benda yang dipakai saat permainan berlangsung akan dideskripsikan dan dianalisa, untuk mengetahui fungsi berburu babi pada masyarakat Kanagarian Kamang Mudiak tersebut.

1.5. Lokasi Penelitian