dimana lokasi perburuan yang akan dilakukan minggu berikutnya. Kemudian mereka pulang kedaerah masing-masing.
3.7.3. Jalannya Permainan Buru Besar-Besaran Buru Alek
Permainan ini diawali dengan mengedarkan surat undangan oleh Nagari yang mengadakan helat perburuan kepada Nagari-Nagari yang ada persatuan buru babinya.
Umumnya hampir merata ada diseluruh daerah Sumatera Barat. Undangan itu biasanya ditujukan kepada ketua persatuan buru babi yang ada dimasing-masing
Nagari. Didalam undangan disebutkan hari, tanggal, serta lokasi buru yang akan dijadikan ajang perburuan. Undangan disebarkan keseluruh daerah biasanya sebulan
sebelum diadakannya perburuan, dengan tujuan yang ingin ikut ambil bagian dalam arena perburuan dapat mempersiapkan diri agar tampil dengan baik dalam perburuan
nantinya. Nagari yang menjadi tuan rumah arena perburuan biasanya membentuk suatu
panitia kecil agar acara perburuan berjalan dengan baik dan teratur. Panitia terdiri dari anggota buru babi setampat dengan melibatkan aparat-aparat pemerintah setempat
seperti Koramil dan petugas kesehatan. Tugas panitia seksi perburuan adalah untuk menyambut tamu yang datang dan menyediakan tempat istirahat. Sedangkan aparat
pemerintah tugasnya adalah untuk menjaga keamanan acara perburuan. Persatuan buru setempat yang mengadakan alek buru babi diketahui oleh
seorang “Tuo Buru, yaitu orang yang dituakan dalam suatu Nagari yang ada persatuan buru babinya yang menjadi persatuan buru babi di Nagarinya. Dia dipilih
oleh persatuan buru babi setempat melalui rapat anggota dengan mengikut sertakan
Universitas Sumatera Utara
ninik mamak. ”Tuo buru” merupakan wakil dari suatu persatuan buru babi, ia merupakan tempat bertanya bagi orang-orang yang ingin mengetahui tentang masalah
perburuan dan menjadi penengah kalau terjadi silang sengketa di arena perburuan. Jabatan ”tuo buru” ini merupakan jabatan seumur hidup bagi orang yang
menerimanya dalam suatu nagari dan baru bisa diganti bila ia meninggal atau tidak sanggup lagi menjalankan tugas sebagaimana mestinya. Dibawah jabatan “Tuo
Buru”. Ada pula jabatan “Induk Buru”. Induk buru dalam suatu Nagari adalah orang yang bertugas mencari babi yang kemudian diarahkan ketempat yang telah dinanti
oleh para tamu. Biasanya induk buru ini adalah orang-orang yang sudah berpengalaman dalam
arena perburuan, sering ikut berburu, baik di daerah sendiri maupun pergi berburu ke Nagari lain. Sedangkan pihak yang datang dalam perburuan itu biasanya disebut
“alek”diketuai oleh tuo buru muncak buru. ”Tuo buru” muncak buru adalah orang yang memimpin rombongan Nagarinya kalau ada undangan berburu kedaerah
lain, tuo buru harus mengetahui jumlah peserta yang ikut dengannya, agar nanti jika terjadi sesuatu dalam perburuan, tuo buru inilah yang bertanggung jawab, bagaimana
cara penyelesaian masalahnya. Yang sering terjadi dalam suatu arena perburuan adalah hilangnya anjing pemburu.
Dengan banyaknya anjing yang ikut serta dalam perburuan, kemungkinan yang terjadi adalah tersesatnya anjing tersebut disekitar arena perburuan itu atau bisa
juga disembunyikan oleh orang yang ingin memilikinya atau anjing itu diseruduk oleh babi. Kalau hal tersebut terjadi tuo buru akan melaporkan kejadian tersebut
kepada panitia perburuan, untuk mencari jalan keluarnya. Dan biasanya panitia akan
Universitas Sumatera Utara
menyelesaikan masalah ini secara kekeluargaan, sampai ditemukannya kembali anjing yang hilang itu dan seandainya anjing tersebut mati atau hilang maka panitia
akan memberi semacam “uang duka”kepada pemburu yang kehilangan anjing. Di arena buru babi besar-besaran, panitia menanti tamu dengan nyanyi-
nyanyian, dan dengan acara-acara yang bersifat tradisional seperti saluang atau dendang yang khas Minangkabau. Apabila tamu yang ditunggu sudah banyak yang
berdatanggan maka panitia membuka acara dengan sepatah kata sambutan, yang dilengkapi dengan petatah petitih Minangkabau, kemudian dari pihak tamu
diwakilkan oleh seseorang yang dituakan, untuk membalas kata sambutan dari panitia penyelenggara.
Setelah acara pembukaan selesai, maka acara buru secara resmi dimulai dengan tembakan senapan yang dilakukan oleh Danramil. Selesai itu para tamu akan
digiring ke lokasi perburuan oleh tuan rumah. Sampai di lokasi perburuan, tuan rumah dan induk buru akan mencari babi kedalam hutan dengan anjing-anjing
pemburu yang pandai mencari jejak babi yang baru, terus dilacak sampai babi tersebut ditemukan serta disalak oleh anjing beramai-ramai, barulah para peserta
pencari babi yang lainnya melakukan sorakan-sorakan yang heboh menyebabkan babi lari dengan panik.
Babi yang telah lari kedalam kepunggan akan terus disoraki dari segala arah sehingga babi itu menjadi panik dan larinya tidak tentu arah lagi. Babi ini tidak bisa
lagi lari karena kelelahan, maka babi itu akan bertahan dan melakukan perlawanan terhadap anjing-anjing peburu, dan disaat inilah para peserta buru yang berani
melakukan serangan dengan tombak, sampai babi tersebut mati.
Universitas Sumatera Utara
Babi yang telah mati dibawa kesuatu tempat yang telah ditentukan yang disebut dengan istilah “Karan”. Kemudian perburuan terus dilanjutkan sampai tengah
hari, kalau hari kira-kira setengah satu peserta buru biasanya istirahat, untuk melepas lelah sambil makan siang dengan bekal yang mereka bawa dari rumah. Setelah
istirahat kira-kira satu jam barulah buru dilanjutkan sampai jam empat sore. Peserta- peserta buru akan berkumpul kembali di “Karan” tempat kumpulan babi-babi hasil
buruan Di Karan ini hasil buruan dengan perantara induk-induk buru membagi hasil
buruan yang didapat dengan memotong daging babi. Potongan-potongan tadi diberikan kepada wakil dari Nagari-Nagari yang ikut serta dalam perburuan. Daging
babi tersebut diberikan kepada anjing-anjing peburu dengan tujuan supaya anjing itu lebih menggenal bau babi, terutama untuk anjing buru yang baru pertama sekali
dibawa berburu. Seluruh peserta buru akan meninggalkan arena perburuan menuju tempat
berkumpul semula. Di tempat ini para pemburu kemudian beristirahat melepaskan lelah sambil bertukar pikiran diantara sesama peserta buru yang lainnya dan
kemudian bersiap-siap untuk pulang ketempat masing-masing. Seperti acara pembukaan, maka acara diakhiri dengan penutupan berupa
sepatah kata dari tuan rumah yang diwakili oleh tuo buru, selanjutnya dari para tamu juga diwakili oleh salah seorang peserta. Setelah itu para peserta satu sama lain
bersalam dengan penuh rasa kekeluargaan. Akhirnya mereka meninggalkan tempat lokasi untuk kembali kedaerah masing-masing.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV FUNGSI PERMAINAN BERBURU BABI DALAM
KEHIDUPAN MASYARAKAT
4.1. Fungsi Manifes Berburu Babi
Fungsi manifes adalah fungsi yang berhubungan erat dengan tujuan-tujuan dari kegiatan. Dalam hal ini adalah fungsi yang berkaitan erat dengan tujuan-tujuan
yang diharapkan dapat terpenuhi dalam hubungannya dengan kegiatan berburu babi. Hal ini disebabkan keberadaan fungsi permainan ini ditengah-tengah masyarakatnya
memiliki saling keterkaitan yang tinggi karena aktifitas ini terus bertahan dan berkembang dalam masyarakat hingga saat ini. Dan fungsi-fungsi tertentu yang
diharapkan dalam “permainan rakyat” ini masih berjalan dengan baik, artinya fungsi- fungsi tersebut memang memiliki manfaat bagi anggota yang terlibat didalamnya.
Manfaat yang dirasakan dari fungsi-fungsi berburu babi ini sangat luas dan beragam dikalangan masyarakat. Fungsi berburu tidak hanya dinikmati oleh para
peserta berburu saja, tetapi juga oleh para warga masyarakat desa dimana kegiatan ini dilaksanakan. Misalnya para warga yang hidup dari bertani mereka sangat tertolong
dari seranggan hama babi hutan atau para pedagang desa lainnya yang memanfaatkan situasi itu melaksanakan transaksi dagang hasil-hasil bumi. Sementara fungsi-fungsi
lainnya seperti olahraga dan rekreasi untuk mencari udara segar bagi para peserta. Tidak kalah pentingnya, dari fungsi-fungsi yang lainnya bahwa permainan ini
dimaksudkan untuk menguasai diri. Diakui oleh mereka yang terlibat dalam kegiatan perburuan ini mereka memiliki kesenangan tersendiri yang pada akhirnya menjadikan
Universitas Sumatera Utara