Sejarah Permainan Berburu Babi

tahun 1979 tentang pemerintahan desa. Dengan penataan ini, Nagari tidak lagi berkiprah dalam hal pemerintahan melainkan mengurus soal adat saja. Hal ini diatur dengan PERDA Dati I Sumatera Barat No.13 tahun 1983 tentang Nagari sebagai kesatuan masyarakat hukum adat.

2.2. Sejarah Permainan Berburu Babi

Permainan berburu babi yang telah meluas dalam masyarakat Kanagarian Kamang Mudiak sampai sekarang ini tidak diketahui dengan pasti tentang sejarah asal usulnya. Permainan yang bersifat rekreasi dan olahraga tersebut sudah ada sejak dahulunya. Hal ini disebabkan karena tidak ada keterangan dari sumber-sumber tertulis yang menerangkan tentang asal usul permainan ini. Hal ini disebabkan karena tidak adanya kebiasaan dari anggota-anggota masyarakat yang mencatat kejadian- kejadian dalam masyarakat masa lampau, sehingga menimbulkan kesulitan untuk menelitinya, tentang asal usul perkembangan permainan ini. Sumber-sumber yang diperoleh dari orang-orang tua yang suka menggeluti permainan ini, akan tetapi sumber tersebut terbatas sifatnya, orang-orang tua tersebut hanya menyebutkan bahwa permainan berburu babi itu sudah ada juga pada waktu dahulu dan masih seperti itu juga sampai sekarang, baik tentang aturan aturan, pelaksanaan, peristiwa, waktu dan suasana itu tidak banyak mengalami perubahan sampai saat sekarang ini. Namun kemungkinan kebiasaan berburu yang berkembang di Kanagarian Kamang Mudiak merupakan warisan nenek moyang mereka sejak zaman dahulu. Seperti yang dikatakan oleh Soekmono, pada zaman prasejarah kehidupan manusia Universitas Sumatera Utara merupakan kehidupan nomaden, berpindah dari satu tempat ketempat yang lain. Mereka tidak mempunyai tempat tinggal yang tetap, selalu berpindah-pindah tergantung pada binatang-binatang buruannya dan tumbuh-tumbuhan disekitarya. Cara hidup yang seperti ini dinamakan dengan hunter foodgathering. Barulah pada zaman Neolithiikum kehidupan Hunter Foodghathering berubah menjadi Food Producing Soekmono,1973:49. Kehidupan mengembara telah berakhir, masyarakat pada masa neolithikum sudah mulai mengenal sistem bercocok tanam dan beternak. Pada masa itu orang sudah mulai mempunyai tempat tinggal yang permanen. Akan tetapi kebiasaan berburu yang pernah dilakukan pada masa dahulunya tetap mereka kerjakan sebagai suatu permainan yang berorientasi kepada hiburan. Lama kelamaan kebiasaan hidup mereka berburu dahulunya kembali berkembang, karena cara menetap mengharuskan mereka menanam tanaman untuk dikonsumsi, dan tanaman yang mereka tanam itu harus dijaga dari serangan hama- hama pengganggu. Salah satu dari binatang pengganggu lahan pertanian mereka adalah babi hutan. Adanya binatang yang mengganggu lahan pertanian mereka tersebut, mendorong mereka terpaksa terus mempertahankan kebudayaan berburu mereka. Pada saat sekarang ini orientasinya bukan lagi untuk pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari, kebiasaan berburu pada saat ini semata-mata hanyalah untuk penyelamatan lahan pertanian mereka dari serangan hama babi hutan. Pada awalnya perburuan mereka lakukan sendiri-sendiri, yang bertujuan untuk menyelamatkan lahan pertanian masing-masing dari serangan hama babi hutan. Namun cara berburu yang seperti ini mereka rasa tidak efektif lagi, sehingga mereka Universitas Sumatera Utara mulai melakukan perburuan secara berkelompok, walaupun belum terorganisir dengan baik tetapi sudah memperlihatkan hasil yang cukup memuaskan. Pada tahun 1975 salah seorang pemuka masyarakat Kanagarian Kamang Mudiak yang bernama Datuk Nan Beco mulai merasakan kekurangan-kekurangan dari cara pelaksanaan berburu babi saat itu. Dia melihat bahwa pelaksanaan berburu secara berkelompok-kelompok berbagai tempat di Kanagarian tersebut. Oleh karena itu dia menginginkan untuk menyatukan para pemburu-pemburu tersebut kedalam suatu wadah perkumpulan berburu babi. Ide Datuk Nan Beco ini berhasil, dia berhasil menyatukan beberapa buah Jorong di Kanagarian Kamang Mudiak itu kedalam satu wadah organisasi. Jorong- Jorong itu antara lain yaitu Jorong Bansa, Babukik, Pakan Sinayan, Pauh dan Aia Tabik. Pada saat itu Datuk Nan Beco juga membentuk persatuan buru babi yang sifatnya Kanagarian sebagai wadah bagi para penggemar permainan ini. Dan pada masa itu juga dipilih seoarang ”tuo buru”. Jabatan sebagai tuo buru merupakan jabatan tetap selama tuo buru itu aktif mengikuti perburuan. Tujuan pembentukan persatuan buru babi yang sifatnya Nagari ini adalah untuk menyatukan kelompok-kelompok yang ada di Kanagarian Kamang Mudiak tersebut kedalam suatu wadah organisasi. Pelaksanaanya bukan lagi terpecah-pecah, semua menjadi satu. Sasaran perburuan pada saat itu mereka lakukan secara bergiliran antara satu desa dengan desa lainnya, begitulah seterusnya. Sekitar tahun 1996 organisasi buru babi di Kanagarian Kamang Mudiak semakin berkembang dan semakin diminati oleh berbagai lapisan masyarakat. Mereka mulai mengadakan acara perburuan secara Universitas Sumatera Utara besar-besaran dengan mengundang persatuan buru babi yang ada di Sumatera Barat ini. Pelaksanaan buru besar-besaran ini menyebabkan Persatuan Buru Babi di Kanagarian Kamang Mudiak ini dikenal oleh masyarakat pecandu buru babi.

2.3. Lokasi dan Keadaan Alam