diingat bahwa pejabat kekuasaan kehakiman akan berganti-ganti tetapi lembaga peradilan itu sendiri akan tetap ada dan tidak pernah berganti. Lembaga peradilan
bersifat tetap permanen tempat orang-orang mencari keadilan dan kebenaran. Sedangkan pejabat-pejabatnya hanyalah petugas yang bertugas sementara saja
dalam kurun waktu tertentu dan akan terus berganti dari waktu ke waktu.
108
2. Herziene Inlandsch Reglement HIR Stb. 1941 No. 44
Herziene Inlandsch Reglement yang biasa disingkat dengan HIR, kadangkala diterjemahkan dengan
Reglement Indonesia yang Dibaharui RIB, termuat dalam Stb. 1941 No. 44 sebagai hasil pembaharuan daripada
Inlandsch Reglement IR Stb. 1848 No. 16.
109
Dalam HIR, ketentuan-ketentuan yang secara khusus mengatur mengenai pelayanan hukum bagi golongan masyarakat yang tidak mampu dapat ditemukan
dalam Pasal 83 h ayat 6, Pasal 237 sampai 242, Pasal 250, dan Pasal 254 HIR. Pada masa penjajahan Belanda, HIR berlaku
sebagai hukum untuk peradilan bagi orang pribumi, baik untuk acara perdata maupun acara pidananya. Setelah kemerdekaan Indonesia, HIR masih tetap
berlaku sesuai dengan ketentuan Pasal II Aturan Peralihan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 sampai dengan lahirnya Undang-Undang
Nomor 8 Tahun 1981 Tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana KUHAP yang mencabut HIR.
110
108
Frans Hendra Winata, Advokat Indonesia – Citra, Idealisme, dan Keprihatinan, Op.
cit., hlm. 71.
Beberapa ketentuan pasal tersebut akan diuraikan sebagai berikut.
109
Abdurrahman, Op. cit., hlm. 61.
110
Bambang Sunggono dan Aries Harianto, Op. cit., hlm. 32.
Universitas Sumatera Utara
“ Jika seseorang disangka bersalah melakukan suatu kejahatan yang
akibatnya ia dapat dihukum mati, maka magistrat menanyakan kepadanya apakah ia berkehendak dalam pengadilan dibantu oleh
seorang penasehat ahli hukum atau seorang penasehat hukum.” Pasal 83 h ayat 6
Berdasarkan Pasal 83 h ayat 6, maka pemberian bantuan hukum bukanlah suatu keharusan. Artinya bagi tersangkaterdakwa dalam perkara pidana, ataupun
para pihak yang berperkara dalam perkara perdata, boleh mempergunakan haknya untuk mempergunakan seorang ahli hukum sebagai kuasanya. Namun apabila ia
tidak menginginkannya, hal yang demikian tidak dilarang.
“ Jika tersangka diperintahkan menghadap ke pengadilan karena
suatu kejahatan yang boleh menyebabkan hukuman mati, maka tersangka, baik dalam pemeriksaan oleh opsir justiti yang ditetapkan
dalam ayat keenam pasal 83 h maupun kemudian, menyatakan kehendaknya supaya di waktu persidangan dibantu oleh seorang
pembicara sarjana hukum atau ahli hukum, maka Ketua menunjuk dalam surat penetapannya seorang anggota Pengadilan Negeri yang
ahli hukum atau seorang pegawai sarjana hukum yang di bawah perintahnya atau orang lain yang sarjana hukum atau ahli hukum
yang sudi melakukan pekerjaan itu untuk memberi bantuan yang dikehendaki. Hal penunjukan pembela itu selama pemeriksaan
belum selesai boleh juga dilakukan dengan surat penetapan yang terasing, yakni kalau hal ini dikehendaki oleh tersangka pada masa
itu. Hal penunjukan itu tidak dilakukan apabila pada Pengadilan Negeri tidak ada seorang ahli hukum, tidak ada pegawai yang
sarjana hukum atau ahli hukum yang bekerja di bawah perintah Ketua atau tidak ada sarjana atau ahli hukum yang sudi memberi
bantuan itu.” Pasal 250 ayat 5
“ Sarjana hukum atau ahli hukum yang ditunjuk menurut ayat
sebelumnya harus memberi bantuan dengan tanpa biaya.” Pasal 250 ayat 6
Berdasarkan ketentuan Pasal 250 tersebut, dapat dilihat bahwa kemungkinan seorang tersangkaterdakwa untuk mendapatkan bantuan hukum
Universitas Sumatera Utara
sangatlah terbatas, yaitu pada ketersediaan orang yang dapat memberikan bantuan tersebut dan apakah orang tersebut mau memberikannya. Itupun hanya terbatas
pada kasus dimana tersangkaterdakwa tersebut terancam hukuman mati.
111
“ 1 Tiap-tiap orang yang dituduh berhak untuk
mempertanggungkan pembelaannya dalam persidangan pengadilan kepada seorang pembela.
Pasal 254
2 Pembela, hendaklah pada waktu yang ditentukan oleh Ketua atau mulai dengan waktu itu bebas masuk mengunjungi si
tertuduh dalam tahanan dan boleh berbicara dengan dia berdua saja kecuali pengawasan yang diperlukan.
3 Atas permintaan, maka hendaklah Ketua menentukan suatu waktu supaya si tertuduh dan pembelanya boleh melihat
surat-surat pemeriksaan sementara di Kantor Kepaniteraan Pengadilan Negeri.”
Dari beberapa ketentuan HIR yang telah dipaparkan, dapat dilihat bahwa
pengaturan bantuan hukum sangatlah terbatas dimana hanya diatur mengenai bantuan hukum di muka persidangan dengan batas-batas tertentu, tetapi tidak
diatur mengenai pemberian bantuan hukum dalam pemeriksaan pendahuluan maupun pemberian bantuan hukum di luar persidangan. Tentu saja hal ini tidak
sesuai lagi dengan perkembangan bantuan hukum sekarang ini yang ruang lingkupnya lebih luas, meliputi pemberian bantuan hukum sejak pada
pemeriksaan pendahuluan hingga pada proses pengadilan dan juga pemberian bantuan hukum yang sifatnya non-litigasi.
111
Abdurrahman, Loc. cit.
Universitas Sumatera Utara
3. Regeling van de Bijstand en de Vertegenwordiging van Partijen in de