Reglement op de Rechterlijke Organisatie en het Belied der Justitie R.O.

BAB III PENGATURAN MENGENAI BANTUAN HUKUM DALAM BEBERAPA PERATURAN YANG PERNAH DAN MASIH BERLAKU DI INDONESIA

3.1 Peraturan yang Berlaku Pada Zaman Hindia-Belanda

1. Reglement op de Rechterlijke Organisatie en het Belied der Justitie R.O.

Stb. 1847 No. 23 Reglement op de Rechtelijke Organisatie en het Belied der Justitie yang biasa disingkat dengan R.O. termuat dalam Stb. 1847 No. 23 jo. Stb. 1848 No. 58 yang mulai berlaku pada tanggal 1 Mei 1848. Peraturan ini merupakan peraturan tentang susunan organisasi peradilan dan beberapa kebijakan peradilan yang masih tetap berlaku setelah kemerdekaan Indonesia berdasarkan Pasal II Aturan Peralihan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang menentukan segala peraturan yang berlaku pada masa penjajahan tetap berlaku sampai dengan dibentuknya peraturan yang baru. Dalam hal ini, R.O. masih tetap berlaku di Indonesia sampai dengan lahirnya Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003 Tentang Advokat. Setelah lahirnya Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003 tersebut, R.O. dinyatakan tidak berlaku lagi. 106 Dalam R.O., pengaturan mengenai bantuan hukum diatur dalam Pasal 185 sampai dengan Pasal 192 dengan judul Van de Advocaten en Procureurs tentang advokat dan pengacara praktekpokrol. Isi dari Pasal 185 sampai 192 tersebut telah beberapa kali diubah dan dicabut, baik secara langsung maupun tidak langsung, oleh beberapa peraturan yang dikeluarkan pada masa setelah 106 Pasal 35 Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003 Tentang Advokat. Universitas Sumatera Utara kemerdekaan. Isi dari peraturan itu setelah beberapa perubahan secara sederhana adalah sebagai berikut. “ Para advokat dengan sendirinya merangkap tugas sebagai procureur; sifat, tugas, dan pekerjaannya diatur dalam ketentuan undang-undang, baik mengenai acara perdata maupun acara pidana.” Pasal 185 “ Para advokat yang merangkap procureur diangkat dan diberhentikan oleh Menteri Kehakiman dulunya Gouvernueur General . Yang dapat diangkat sebagai advokat dan procureur hanyalah mereka yang: Pasal 186 a. Berkewarganegaraan Indonesia dulunya Nederlands onderdaan ; b. Telah memperoleh gelar, baik dari universitas di Nederland, Rechtshogeschool di Jakarta, dan universitas-universitas negeri atau sederajat di Indonesia, baik tingkat doktor dalam ilmu pengetahuan hukum maupun tingkat Meester in de Rechten ataupun sarjana hukum, asalkan tingkat-tingkat tersebut diperoleh atas dasar hasil ujian ilmu pengetahuan hukum perdata dan dagang Eropa maupun Indonesia, hukum tata negara dan hukum pidana.” “ Tiap advokat dan procureur, sebelum menjalankan tugasnya, diwajibkan mengucapkan sumpah janji di hadapan ketua dari badan pengadilan untuk mana ia diangkat di muka suatu sidang terbuka, sumpah mana bunyinya sebagai berikut: ‘Saya bersumpah berjanji: Pasal 187 - Bahwa saya, untuk memperoleh jabatan saya ini, langsung atau tidak langsung dengan menggunakan cara atau nama apapun juga, tiada memberikan atau menjanjikan barang sesuatu kepada siapa pun juga. - Bahwa saya akan setia kepada dan akan mempertahankan serta mengamalkan Pancasila sebagai dasar dan ideologi negara, Undang-Undang Dasar 1945, dan segala peraturan lain yang berlaku bagi Negara Republik Indonesia. - Bahwa saya dalam menjalankan tugas saya dalam segala hal akan bersikap sesuai dengan ketentuan undang-undang. Universitas Sumatera Utara - Bahwa saya akan patuh dan melaksanakan segala macam exploit-exploit dan pekerjaan-pekerjaan lain yang diminta atau diperintahkan yang ada hubungannya dengan pengabdian saya dan pada umumnya pekerjaan saya akan saya lakukan dengan secermat mungkin dan sejujur mungkin dengan tidak melupakan penghormatan sepenuhnya kepada pembesar-pembesar peradilan.’” “ Para advokat dan procureur pada Raad van Justitie Pengadilan Tinggi hanya dapat menjalankan tugasnya di muka badan pengadilan dimana ia diangkat. Para advokat dan procureur pada Hoog Gerechrt Hof boleh melakukan tugas pula di muka Raad van Justitie di seluruh Pulau Jawa dalam perkara pidana, akan tetapi dalam perkara perdata hanya di muka Raad van Justitie di Jakarta saja.” Pasal 189 “ Para advokat dan procureur bila ditunjuk oleh badan pengadilan dimana dia diangkat wajib memberi bantuan hukum secara cuma- cuma atau separo dari tarif biaya yang berlaku guna menolong mereka yang telah mendapat izin berproses tanpa biaya atau di bawah tarif dari biaya yang berlaku.” Pasal 190 “ Para advokat dan procureur dilarang memungut biaya lebih dari tarif menurut ketentuan undang-undang, baik yang sedang maupun yang akan dilakukan kemudian.” Pasal 191 “ Pengadilan berkewajiban untuk mengawasi tingkah laku para advokat dan procureur dalam melakukan tugas mereka. Untuk menjalankan tugas pengawasan tersebut, susunan pengadilan diperluas dengan 2 orang advokatprocureur sebagai pendamping. Pendamping-pendamping ini sebagaimana juga 2 orang pendamping diangkat oleh Gubernur Jenderal untuk waktu 3 tahun. Mengenai pengangkatan tersebut, Gubernur Jenderal dapat meminta pendapat sebuah atau perkumpulan advokatprocureur yang diangkat untuk bertugas di pengadilan tersebut. Seorang pendamping-pengganti hanya bersidang apabila pendamping berhalangan untuk pengganti mana ia ditunjuk. Dalam hal pendamping atau pendamping-pengganti berhalangan, maka Ketua Pasal 192 Universitas Sumatera Utara Pengadilan Negeri menentukan seorang untuk pengganti sementara.” Terhadap ketentuan R.O. tersebut dapat diberikan komentar sebagai berikut. a. Ketentuan R.O. hanya mengatur tentang advokat dan procureur pokrol saja sedangkan dalam praktek pelaksanaan bantuan hukum di Indonesia masih ada lagi beberapa kelompok orang yang juga melaksanakan pemberian bantuan hukum. Selain itu, ketentuan tentang advokat dan pokrol yang tersebut dalam peraturan tersebut dilihat dalam kaitannya dengan bantuan hukum di muka persidangan saja, namun tidak mengatur bagaimana bantuan hukum di luar pengadilan sebagaimana yang ada dalam praktek bantuan hukum dewasa ini. b. Ketentuan yang termuat dalam R.O. sudah banyak yang tidak sesuai lagi mengingat telah terjadi perubahan dalam struktur pemerintahan dan peradilan di Indonesia dibandingkan dengan struktur yang ada pada masa lalu. c. Pengaturan tentang tarif advokat merupakan hal yang sulit diatur dengan ketentuan perundang-undangan karena hal tersebut sebenarnya tergantung pada kesepakatan para pihak apalagi mengingat bahwa advokat merupakan profesi yang bebas dan mandiri. d. Masalah tentang pengawasan terhadap para advokat perlu untuk lebih dijabarkan karena melalui pengawasan ini akan tersangkut dua alternatif, yaitu untuk mencegah kemungkinan terjadinya penyalahgunaan wewenang dari advokat yang nakal, tetapi di lain pihak pengawasan ini harus Universitas Sumatera Utara sedemikian rupa sehingga tidak akan terlalu mengekang kebebasan advokat yang baik. 107 Selain beberapa hal di atas, ketentuan R.O. yang juga sudah tidak sesuai lagi adalah perihal sumpah advokat sebagaimana yang diatur dalam Pasal 187 R.O., khususnya bagian “ bahwa saya akan patuh dan melaksanakan segala macam exploit-exploit dan pekerjaan-pekerjaan lain yang diminta atau diperintahkan yang ada hubungannya dengan pengabdian saya dan pada umumnya pekerjaan saya akan saya lakukan dengan secermat mungkin dan sejujur mungkin dengan tidak melupakan penghormatan sepenuhnya kepada pembesar-pembesar peradilan.” Sebagaimana juga telah dijelaskan dalam bab sebelumnya, profesi advokat merupakan profesi yang bebas dan mandiri sehingga kedudukan advokat sebagai penegak hukum adalah sejajar dengan penegak hukum lainnya hakim, jaksa, dan polisi. Karena kedudukannya yang bebas dan mandiri tersebut, maka seorang advokat tentunya tunduk pada perintah hukum dan peraturan perundang- undangan. Selain itu, melalui sumpah tersebut, seorang advokat diwajibkan untuk menghormati pembesar-pembesar peradilan. Sebenarnya yang harus dihormati adaalh lembaganya dan sebagai personifikasi dari lembaga adalah orang- orangnya. Jadi, pengadilan sebagai lembaga peradilan yang harus dihormati dan hakim sebagai personifikasi dari lembaga peradilan dan wakil negara mengadili dan memutus perkara dengan sendirinya juga harus dihormati. Namun perlu 107 Abdurrahman, Op.cit., hlm. 53. Universitas Sumatera Utara diingat bahwa pejabat kekuasaan kehakiman akan berganti-ganti tetapi lembaga peradilan itu sendiri akan tetap ada dan tidak pernah berganti. Lembaga peradilan bersifat tetap permanen tempat orang-orang mencari keadilan dan kebenaran. Sedangkan pejabat-pejabatnya hanyalah petugas yang bertugas sementara saja dalam kurun waktu tertentu dan akan terus berganti dari waktu ke waktu. 108

2. Herziene Inlandsch Reglement HIR Stb. 1941 No. 44

Dokumen yang terkait

Pemberian Bantuan Hukum Secara Cuma-cuma Kepada Anak Golongan Masyarakat Kurang Mampu Yang Berkonflik Dengan Hukum Dalam Peradilan Pidana Anak (Studi di Lembaga Bantuan Hukum Medan)

2 53 120

TINJAUAN YURIDIS PEMBERIAN BANTUAN HUKUM KEPADA MASYARAKAT BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG BANTUAN HUKUM

0 15 87

PERANAN LEMBAGA BANTUAN HUKUM DALAM MEMBERIKAN BANTUAN HUKUM KEPADA ORANG YANG TIDAK MAMPU SETELAH DIUNDANGKANNYA UNDANG-UNDANG BANTUAN HUKUM NOMOR 16 TAHUN 2011.

0 2 22

PERANAN LEMBAGA BANTUAN HUKUM DALAM MEMBERIKAN BANTUAN HUKUM SECARA CUMA-CUMA TERHADAP PERANAN LEMBAGA BANTUAN HUKUM DALAM MEMBERIKAN BANTUAN HUKUM SECARA CUMA-CUMA TERHADAP MASYARAKAT MISKIN PADA PERADILAN PIDANA.

0 2 11

Pemberian Bantuan Hukum Secara Cuma-cuma Kepada Anak Golongan Masyarakat Kurang Mampu Yang Berkonflik Dengan Hukum Dalam Peradilan Pidana Anak (Studi di Lembaga Bantuan Hukum Medan)

0 0 9

Pemberian Bantuan Hukum Secara Cuma-cuma Kepada Anak Golongan Masyarakat Kurang Mampu Yang Berkonflik Dengan Hukum Dalam Peradilan Pidana Anak (Studi di Lembaga Bantuan Hukum Medan)

0 0 1

Pemberian Bantuan Hukum Secara Cuma-cuma Kepada Anak Golongan Masyarakat Kurang Mampu Yang Berkonflik Dengan Hukum Dalam Peradilan Pidana Anak (Studi di Lembaga Bantuan Hukum Medan)

0 0 28

Pemberian Bantuan Hukum Secara Cuma-cuma Kepada Anak Golongan Masyarakat Kurang Mampu Yang Berkonflik Dengan Hukum Dalam Peradilan Pidana Anak (Studi di Lembaga Bantuan Hukum Medan)

0 0 26

Pemberian Bantuan Hukum Secara Cuma-cuma Kepada Anak Golongan Masyarakat Kurang Mampu Yang Berkonflik Dengan Hukum Dalam Peradilan Pidana Anak (Studi di Lembaga Bantuan Hukum Medan)

0 0 2

PERANAN LEMBAGA BANTUAN HUKUM MAKASSAR DALAM MEMBERIKAN BANTUAN HUKUM SECARA CUMA-CUMA

0 0 93