Implikasi terhadap pelayanan, pendidikan dan penelitian

6.3 Implikasi terhadap pelayanan, pendidikan dan penelitian

6.3.1 Bagi praktik keperawatan

Mayoritas lansia yang hipertensi tinggal di komunitas bersama keluarganya, bersama anak atau cucu maupun yang tinggal sendirian. Tingginya kejadian hipertensi pada lansia pberkaitan dengan ketidakpatuhan merawat diri sendiri maupun mendapat bantuan dari keluarganya. Hal ini menyebabkan jumlah lansia yang menderita hipertensi akan semakin banyak sehingga perlu mendapat perhatian dari perawat komunitas untuk melakukan asuhan keperawatan keluarga terutama bagi lansia yang menderita hipertensi.

Dampak fisiologis yang sering muncul akibat menderita hipertensi dapat muncul setiap saat sesuai dengan waktu atau kondisi tekanan darah naik. Mayoritas lansia mengatakan bahwa penyakit hipertensi sebagai penyakit yang serius. Ada lansia yang tekanan darahnya 240/120 mmHg, umur 61 tahun tidak merasakan gejala menderita hipertensi, mengendarai sepeda motor sendiri saat berobat ke Puskesmas, telah melakukan pengukuran tekanan darah dalam sehari pada tiga tempat yang berbeda menunjukkan hasil yang hampir sama. Hipertensi juga ada yang tidak menimbulkan dampak yang dirasakan secara fisik oleh lansia. Kedua kondisi tersebut sama bahayanya bagi kesehatan lansia dan memberikan gambaran bahwa hipertensi tidak selalu menimbulkan keluhan fisik yang menyebabkan lansia harus berkunjung ke posyandu atau instansi kesehatan. Tingkat kematian akan menjadi lebih tinggi pada kelompok lansia yang menderita hipertensi.

Lansia yang tidak mempunyai gejala hipertensi, tetapi menderita hipertensi dampaknya sama buruknya dengan lansia yang menderita hipertensi dan merasakan tanda dan gejala hipertensi. Keluhan secara fisik akibat menderita hipertensi perlu direspon secara baik serta ditindaklanjuti untuk dilakukan perawatan. Ini penting karena tidak semua lansia yang menderita hipertensi merasakan tanda dan gejala hipertensi, sehingga akan terjadi lonjakan kejadian Lansia yang tidak mempunyai gejala hipertensi, tetapi menderita hipertensi dampaknya sama buruknya dengan lansia yang menderita hipertensi dan merasakan tanda dan gejala hipertensi. Keluhan secara fisik akibat menderita hipertensi perlu direspon secara baik serta ditindaklanjuti untuk dilakukan perawatan. Ini penting karena tidak semua lansia yang menderita hipertensi merasakan tanda dan gejala hipertensi, sehingga akan terjadi lonjakan kejadian

Perawat atau petugas kesehatan beranggapan bahwa lansia hipertensi yang penting patuh minum obat, patuh datang ke institusi pelayanan kesehatan, namun kurang memperhatikan perannya sebagai edukator dan fasilitator. Pendidikan kesehatan dilakukan secara individual bagi lansia setiap berobat akan dapat memberikan dampak yang besar terhadap kepatuhan lansia dalam perawatan hipertensi. Peningkatan kegiatan perkesmas dan melakukan kunjungan rumah bagi lansia yang menderita hipertensi akan berdampak terhadap kepatuhan. Pendidikan kesehatan tentang perawatan hipertensi secara non farmakologi termasuk perubahan gaya hidup, secara rutin dan berkesinambungan dan melakukan evaluasi dampaknya terhadap tekanan darah lansia harus dilakukan dengan melibatkan peranserta lansia dan keluarga secara aktif. Tinggiya kejadian hipertensi pada lansia berkaitan dengan ketidakpatuhan dalam perawatan hipertensi sebagai akibat kurangnya pengetahuan tentang perawatan hipertensi.

Keluarga sebagai dukungan utama terhadap kepatuhan perawatan hipertensi menurut bukan hanya sekedar mengantarkan lansia berkunjung ke posyandu, mengantarkan berobat ke Puskesmas atau petugas kesehatan, tetapi juga harus memberikan dukungan secara totalitas dalam bentuk dukungan fisik, mental, spiritual dan rekreasi serta kebutuhan diet bagi lansia yang menderita hipertensi. Sebagian besar lansia berpendapat bahwa hipertensi merupakan penyakit yang umum dan wajar dan sulit untuk menurunkan tekanan darah. Pemahaman tentang seberapa normalnya tekanan darah pada lansia yang hipertensi sangat penting. Status normotensi pada lansia yang satu dengan yang lainnya sangat berbeda. Prinsip yang sederhana yaitu seberapa besar tekanan darah lansia yang Keluarga sebagai dukungan utama terhadap kepatuhan perawatan hipertensi menurut bukan hanya sekedar mengantarkan lansia berkunjung ke posyandu, mengantarkan berobat ke Puskesmas atau petugas kesehatan, tetapi juga harus memberikan dukungan secara totalitas dalam bentuk dukungan fisik, mental, spiritual dan rekreasi serta kebutuhan diet bagi lansia yang menderita hipertensi. Sebagian besar lansia berpendapat bahwa hipertensi merupakan penyakit yang umum dan wajar dan sulit untuk menurunkan tekanan darah. Pemahaman tentang seberapa normalnya tekanan darah pada lansia yang hipertensi sangat penting. Status normotensi pada lansia yang satu dengan yang lainnya sangat berbeda. Prinsip yang sederhana yaitu seberapa besar tekanan darah lansia yang

Ada sebagian lansia yang menjadi responden yang mengatakan bahwa di wiayahnya kegiatan yang sering digunakan untuk interaksi dengan lansia baru sebatas kegiatan di Posyandu lansia. Kader yang aktif juga mengatakan bahwa perlunya orang-orang yang peduli terhadap kesehatan lansia terutama yang menderita hipertensi dalam suatu kelompok yang mendukung kegiatan lansia di wilayahnya.

6.3.2 Bagi perkembangan ilmu keperawatan

Hasil penelitian ini dapat menambah ilmu pengetahuan dibidang keperawatan komunitas khususnya keperawatan keluarga yang berkaitan dengan peran keluarga dan kepatuhan lansia dalam perawatan hipertaensi di rumah. Dukungan berupa keterlibatan keluarga dalam setiap tindakan keperawatan mutlak diperlukan dan membantu lansia memiliki semangat hidup. Perawat komunitas memandang populasi lansia dengan hipertensi sebagai fokus praktek keperawatan. Modifikasi terapi fakmakologi dan terapi non farmakologi yang berupa terapi herbal juga sangat membantu mempertahankan status normotensi bagi lansia hipertensi. Perawat komunitas dalam merumuskan perencanaan keperawatan, perlu mengitegrasikan proses asuhan keperawatan hipertensi pada lansia di dalam perawatan di rumah atau keluarga. Hasil penelitian ini juga dapat digunakan sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan kepatuhan lansia dalam perawatan hipertensi.

6.3.3 Bagi kebijakan pengembangan program lansia

Hasil penelitian ini mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan lansia dalam perawatan hipertensi, yang dapat memberikan masukan bagi penentu kebijakan dalam rangka mengembangkan program kesehatan lansia, khususnya lansia yang menderita hipertensi. Kebijakan pengendalian hipertnsi sebagai penyakit yang tidak menular harus menjadi prioritas, mengingat hipertensi ada yang merasakan keluhan tanda dan gejalanya dan ada yang tidak merasakan keluahn hipertensi. Hipertensi banyak menimbulkan komplikasi stroke dan kematian yang mendadak sehingga hipertensi mendapat julukan ”the silent killer”.

Diperlukan terobosan yang inovatif dalam skala yang luas dari pemegang kebijakan kesehatan terutama yang berkaitan dengan kesehatan lansia yang menderita hipertensi. Terobosan tersebut misalnya Wilayah Puskesmas Srondol dijadikan sebagai pilot project perawatan hipertensi di masyarakat untuk wilayah Semarang. Pendataan lansia yang hipertensi perlu dilakukan dengan cara melakukan screening hipertensi. Tindak lanjut dari kegiatan ini adalah membentuk desa pilot project tentang perawatan hipertensi pada lansia yang dikelola scara komprehensif, pembinaan yang berkesinambungan yang melibatkan pern serta keluarga, lansia dan kader kesehatan terlibat aktif dalam program tersebut. Pengobatan dipantau oleh dokter dan petugas Puskesmas. Keperluan diet hipertensi keluarga sudah mendapatkan pelatihan dari ahli gisi. Olah raga dilakukan seminggu 3 kali dan diikuti oleh seluruh lansia yang bisa melakukan olah raga sesuai kemampuannya. Pemantauan kesehatan setiap minggu selalu dievaluasi dan progresnya dievaluasi sehingga hasil dari pilot project ini bisa menjadi masukan yang bermakna untuk menurunkan kasus hipertensi pada semua umur dan khusunya pada lansia.