Faktor petunjuk alternatif bertindak atau isyarat perubahan perilaku pada lansia dengan hipertensi.

2.10.4 Faktor petunjuk alternatif bertindak atau isyarat perubahan perilaku pada lansia dengan hipertensi.

Isyarat yang dapat menjadi petunjuk atau dukungan bagi lansia untuk melakukan alternatif bertindak antara lain terdapat gejala hipertensi yang dirasakan, pengetahuan tentang pengelolaan hipertensi, dampak penyakit hipertensi bagi kesehatan lansia. Dukungan ini mendorong seseorang untuk mencari pertolongan atau pengobatan atas penyakit yang dideritanya. Dukungan tersebut bisa berasal dari internal individu seperti merasakan tanda dan gejala penyakit dan persepsi terhadap penyakit tersebut. Dukungan yang berasal dari eksternal seperti dukungan keluarga, dukungan lingkungan termasuk petugas kesehatan dan pendidikan kesehatan dari media cetak dan elektronik.

Bentuk-bentuk dukungan tersebut dapat dijelaskan berikut ini:

1) Dukungan keluarga Konsep dukungan keluarga diartikan sebagai konfirmasi verbal dan

nonverbal, saran, kesediaan, keberadaan, menghargai, menyayangi, kepedulian dari orang-orang yang diandalkan, bantuan nyata atau tingkah laku yang diberikan oleh orang-orang yang dekat dengan lanjuut usia di dalam lingkungan keluarganya (Gottlieb,1983 dalam Kuntjoro, 2002). Komponen dukungan keluarga antara lain : kerekatan emosi, integrasi sosial, adanya pengakuan ketergantungan yang dapat diandalkan, bimbingan dan kesempatan untuk mengasuh (Cutruna , 1994 dalam Kuntjoro, 2002). Klien lansia yang menunjukkan kesediaan untuk mengikuti program pengobatan tetapi sulit melakukannya, melalui dukungan keluarga, tetangga dan kerabat terdekat sangat membantu keberhasilan pengobatan pada lanjut usia tersebut (Stanley & Beare,1999).

2) Dukungan lingkungan Lingkungan diartikan semua komponen yang berada diluar lanjut usia

dan berpengaruh terhadap lanjut usia, antara lain tempat, benda, orang, ide, kepercayaan, organisasi, sistem tranportasi, keamanan, privacy, hubungan dengan orang lain, budaya dan kebijakan (Cookman,1996 dalam Lee,1999). Faktor dukungan dari lingkungan yang berasal dari fasilitas yang diberikan oleh rumah sakit atau klinik berupa kartu pos ataupun telepon untuk mengingatkan pasien terhadap jadual kontrol selanjutnya (Haynes,1979, dalam Delamater, 2006). Kepatuhan jangka panjang dapat diperkuat dengan hubungan persahabatan yang dibentuk selama melaksanakan program (Stanley & Beare, 2006). Kepatuhan lanjut usia dalam mematuhi apa yang dianjurkan petugas kesehatan untuk merawat tekanan darah tinggi, dipengaruhi oleh faktor interaksi nilai, pengalaman hidup lansia, kemampuan dari tenaga kesehatan, dan dan berpengaruh terhadap lanjut usia, antara lain tempat, benda, orang, ide, kepercayaan, organisasi, sistem tranportasi, keamanan, privacy, hubungan dengan orang lain, budaya dan kebijakan (Cookman,1996 dalam Lee,1999). Faktor dukungan dari lingkungan yang berasal dari fasilitas yang diberikan oleh rumah sakit atau klinik berupa kartu pos ataupun telepon untuk mengingatkan pasien terhadap jadual kontrol selanjutnya (Haynes,1979, dalam Delamater, 2006). Kepatuhan jangka panjang dapat diperkuat dengan hubungan persahabatan yang dibentuk selama melaksanakan program (Stanley & Beare, 2006). Kepatuhan lanjut usia dalam mematuhi apa yang dianjurkan petugas kesehatan untuk merawat tekanan darah tinggi, dipengaruhi oleh faktor interaksi nilai, pengalaman hidup lansia, kemampuan dari tenaga kesehatan, dan

3) Dukungan pendidikan kesehatan Peck (1982) menjelaskan bahwa perilaku menggunakan obat meningkat

secara konsisten dengan berfokus pada pendidikan pasien. Banyaknya pendidikan kesehatan tentang pengelolaan hipertensi dan frekuensi menerima pendidikan kesehatan dari petugas kesehatan berpengaruh terhadap keinginan kuat lanjut usia untuk melakukan perawatan hipertensi dan perubahan perilaku. Isyarat yang dapat menjadi petunjuk bagi lanjut usia melakukan antara lain gejala hipertensi yang dirasakan, pengetahuan tentang pengelolaan hipertensi, dampak penyakit hipertensi bagi kesehatan.

Pendidikan kesehatan dan media informasi sebagai sumber pengetahuan tentang dampak penyakit hipertensi bagi kesehatan lansia. Banyaknya media masa tentang pengelolaan hipertensi, frekuensi menerima pendidikan kesehatan dari petugas kesehatan dan informasi yang diperoleh dari media cetak dan elektronik berpengaruh terhadap kemauan lansia untuk melakukan perawatan hipertensi. Instruksi yang jelas sebagai panduan atau petunjuk membantu individu dalam bersikap patuh melaksanakan suatu terapi.

4) Peran Perawat Komunitas dalam upaya Promosi Kesehatan Perawat komunitas berperan dalam upaya promosi kesehatan bagi

lansia yang berada di keluarga dan masyarakat. Menurut Pender (2002), promosi kesehatan pada populasi lansia merupakan kebutuhan utama untuk mencegah komplikasi dan mengurangi resiko yang mempengaruhi kualitas hidup lansia. Dalam perencanaan program promosi kesehatan untuk kelompok lansia yang menderita hipertensi, harus dimasukkan program pencegahan dan penanggulangan penyakit- penyakit degeneratif.

Anderson & McFarlane (2004), menggambarkan program pencegahan untuk penanganan hipertensi pada lansia menggunakan tiga level pencegahan, yaitu: primer, sekunder dan tersier. Upaya tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :

a) Pencegahan primer Pencegahan primer adalah upaya menghindari penyakit atau

tindakan promosi kesehatan dan preventif. Upaya pencegahan primer yang ditujukan untuk melawan resiko penyakit kardiovaskuler adalah perubahan sikap tentang pentingnya aktivitas fisik teratur yang sesuai untuk semua usia (Stanley & Beare, 2006). Lanjut usia hipertensi, tindakan promosi kesehatan dapat dilakukan melalui pendidikan kesehatan pada penderita tentang hipertensi, faktor resiko, dan terapi obat. Pengetahuan pasien ditingkatkan dengan pemberian informasi tentang efek samping pengobatan, aturan diet, olahraga, dan teknik mengurangi stres (Christensen, 2006). Tindakan pencegahan dilakukan melalui modifikasi gaya hidup untuk mengurangi faktor risiko tekanan darah tinggi seperti menghindari rokok, mengurangi konsumsi garam, mengurangi berat badan bagi yang kegemukan, olah raga yang teratur, dan mengurangi konsumsi alkohol (Miller,1999).

b) Pencegahan sekunder Pencegahan sekunder dilakukan saat penyakit telah terdeteksi

dalam stadium awal. Aktifitas yang juga dilakukan dalam pencegahan sekunder adalah deteksi dini penyakit dalam keadaan tanpa gejala, misalnya saja pemeriksaan tekanan darah pada populasi lanjut usia yang berisiko mengalami hipertensi (Lueckenotte & Meiner, 2006). Deteksi dini dan penanganan penyakit kardiovaskuler dimulai dengan pengkajian riwayat penyakit dan pengkajian fisik secara seksama (Stanley & Beare, 2006). Adanya perfusi jaringan otak yang tidak adekuat dapat dalam stadium awal. Aktifitas yang juga dilakukan dalam pencegahan sekunder adalah deteksi dini penyakit dalam keadaan tanpa gejala, misalnya saja pemeriksaan tekanan darah pada populasi lanjut usia yang berisiko mengalami hipertensi (Lueckenotte & Meiner, 2006). Deteksi dini dan penanganan penyakit kardiovaskuler dimulai dengan pengkajian riwayat penyakit dan pengkajian fisik secara seksama (Stanley & Beare, 2006). Adanya perfusi jaringan otak yang tidak adekuat dapat

Pengkajian perfusi ginjal dapat diobservasi melalui jumlah pengeluaran urine 24 jam. Pengkajian perfusi jaringan perifer yang tidak adekuat dapat bervariasi mulai dari kulit yang teraba dingin, pingsan, denyut tidak teraba dan oedema. Pengukuran tekanan darah secara akurat sangat penting untuk mengetahui adanya hipertensi. Kegiatan deteksi dini sangat besar manfaatnya untuk penanganan hipertensi pada lansia supaya tidak berkembang menjadi hipertensi berat (Stanley & Beare, 2006).

c) Pencegahan tersier Pencegahan tersier dilakukan jika penyakit hipertensi telah

menyebabkan komplikasi yang lebih parah. Pengetahuan tentang bagaimana cara menyeimbangkan suplai energi dengan kebutuhan tubuh sangat diperlukan untuk masalah kardiovaskuler kronis dengan gaya hidup. Penyesuaian gaya hidup maupun lingkungan untuk memastikan bahwa jantung lanjut usia dapat memenuhi kebutuhan darah yang mengandung oksigen untuk tubuh. Program untuk keseimbangan ini dimulai dengan faktor risiko yang dapat diubah, penyesuaian gaya hidup. Lansia akan mengalami kesulitan jika harus melakukan perubahan gaya hidup secara tiba-tiba dan gaya hidup yang harus diubah jumlahnya banyak (Stanley & Beare, 2006).

Pemeliharaan untuk mempertahankan kesehatan kardiovaskuler memerlukan tindakan yang berkelanjutan seimbang antara diet, latihan dan pengobatan (Stanley & Beare, 2006). Jenis aktivitas berubah sepanjang rentang kehidupan manusia sebagai bentuk partisipasi dalam menikmati kehidupan. Mempertahankan mobilitas fisik optimal sangat penting untuk kesehatan fisik dan mental lanjut usia. Suatu program rehabilitasi penyakit jantung Pemeliharaan untuk mempertahankan kesehatan kardiovaskuler memerlukan tindakan yang berkelanjutan seimbang antara diet, latihan dan pengobatan (Stanley & Beare, 2006). Jenis aktivitas berubah sepanjang rentang kehidupan manusia sebagai bentuk partisipasi dalam menikmati kehidupan. Mempertahankan mobilitas fisik optimal sangat penting untuk kesehatan fisik dan mental lanjut usia. Suatu program rehabilitasi penyakit jantung