Persepsi keseriusan ancaman penyakit hipertensi dan kepatuhan dalam perawatan hipertensi.

5.2.2 Persepsi keseriusan ancaman penyakit hipertensi dan kepatuhan dalam perawatan hipertensi.

Tabel 5.6 Hubungan persepsi keseriusan ancaman penyakit hipertensi dengan kepatuhan dalam perawatan hipertensi pada lansia di wilayah Puskesmas Srondol Kota Semarang Bulan Juni 2011 (n=86)

OR penyakit

Persepsi keseriusan Kurang patuh

Patuh

Total

n % n % n % (95% CI) P value

Persepsi keseriusan ancaman penyakit

Tidak serius

Jumlah 43 50,0 43 50,0 86 100 (0,144-2,579)

Jumlah 43 50,0 43 50,0 86 100 (3,447-218,772)

Dampak fisiologis

Jumlah 43 50,0 43 50,0 86 100 (1,309-7,665)

Dampak psikososial

Positif 20 52,6 18 47,4 38 100 1 Negatif

Jumlah 43 50,0 43 50,0 86 100 (0,515-2,832)

Dampak spiritual

Jumlah 43 50,0 43 50,0 86 100 (1,581-9,458) *bermakna pada α=0,05

Tabel 5.6 menggambarkan hubungan antara persepsi keseriusan ancaman penyakit hipertensi pada lansia dan kepatuhan dalam perawatan hipertensi pada lansia di wilayah Puskesmas Srondol Kota Semarang. Lansia memiliki persepsi bahwa penyakit hipertensi merupakan penyakit yang serius dan patuh dalam perawatan hipertensi (38,3%) lebih kecil proporsinya dibandingkan dengan memiliki persepsi bahwa penyakit hipertensi merupakan penyakit yang tidak serius (64,1%). Hasil analisis p value 0,017, maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara persepsi keseriusan ancaman penyakit hipertensi dengan kepatuhan dalam perawatan hipertensi.

Lansia memiliki persepsi bahwa biaya perawatan penyakit hipertensi murah sehingga patuh dalam perawatan hipertensi (61,8%) proporsinya lebih besar dibandingkan dengan lansia yang memiliki persepsi bahwa biaya perawatan hipertensi mahal (5,6%). Hasil analisis p value 0,000 maka dapat disimpulkan ada hubungan antara persepsi biaya perawatan penyakit hipertensi dengan kepatuhan dalam perawatan hipertensi. Hasil analisis juga diperoleh nilai OR= 27,462 artinya lansia yang memiliki persepsi bahwa biaya perawatan penyakit hipertensi murah berpeluang dapat ditingkatkan kepatuhannya dalam perawatan hipertensi sebesar 27,462 kali dibandingkan lansia memiliki persepsi bahwa biaya perawatan penyakit hipertensi mahal.

Proporsi lansia memiliki persepsi bahwa menderita penyakit hipertensi menimbulkan dampak besar terhadap keluhan fisik yang dirasakan sehingga berupaya untuk patuh dalam perawatan hipertensi (63,0%) proporsinya lebih besar dibandingkan dengan lansia yang memiliki persepsi bahwa menderita penyakit hipertensi menimbulkan dampak kecil terhadap keluhan fisik atau tidak menilmbulkan keluhan secara fisik (35,0%). Hasil analisis nilai p value 0,009, maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara dampak fisiologis menderita hipertensi dengan kepatuhan dalam perawatan hipertensi. Hasil analisis juga diperoleh nilai OR=3,168 artinya lansia yang memiliki persepsi menderita penyakit hipertensi menimbulkan dampak secara fisiologis yang besar berpeluang meningkatkan kepatuhannya dalam perawatan hipertensi sebesar 3,168 kali Proporsi lansia memiliki persepsi bahwa menderita penyakit hipertensi menimbulkan dampak besar terhadap keluhan fisik yang dirasakan sehingga berupaya untuk patuh dalam perawatan hipertensi (63,0%) proporsinya lebih besar dibandingkan dengan lansia yang memiliki persepsi bahwa menderita penyakit hipertensi menimbulkan dampak kecil terhadap keluhan fisik atau tidak menilmbulkan keluhan secara fisik (35,0%). Hasil analisis nilai p value 0,009, maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara dampak fisiologis menderita hipertensi dengan kepatuhan dalam perawatan hipertensi. Hasil analisis juga diperoleh nilai OR=3,168 artinya lansia yang memiliki persepsi menderita penyakit hipertensi menimbulkan dampak secara fisiologis yang besar berpeluang meningkatkan kepatuhannya dalam perawatan hipertensi sebesar 3,168 kali

Proporsi lansia memiliki persepsi bahwa menderita penyakit hipertensi menimbulkan dampak psikososial negatif terhadap keluhan psikososial yang dirasakan sehingga berupaya untuk patuh dalam perawatan hipertensi (52,1%) proporsinya lebih besar dibandingkan dengan lansia yang memiliki persepsi bahwa menderita penyakit hipertensi menimbulkan dampak psikososial kecil terhadap keluhan psikoosial atau tidak menilmbulkan keluhan secara psikoosial (47,4%). Hasil analisis p value 0,664 maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara persepsi dampak psikososial menderita penyakit hipertensi dengan kepatuhan dalam perawatan hipertensi. Hasil analisis juga diperoleh nilai OR= 3,168 artinya lansia yang memiliki persepsi menderita penyakit hipertensi menimbulkan dampak secara fisiologis yang besar berpeluang dapat ditingkatkan kepatuhannya dalam perawatan hipertensi sebesar 3,168 kali dibandingkan lansia menderita hipertensi berdampak kecil atau tidak mnimbulkan keluhan secara fisik.

Lansia memiliki persepsi bahwa dampak spiritual yang tinggi akibat menderita penyakit hipertensi sehingga menjadi patuh dalam perawatan hipertensi (66,7%) proporsinya lebih besar dibandingkan dengan lansia yang memiliki persepsi bahwa dampak spiritual rendah akibat menderita penyakit hipertensi sehingga menjadi patuh dalam perawatan hipertenssi (34,1%). Hasil analisis p value 0,005 maka dapat disimpulkan ada hubungan antara dampak spiritual yang tinggi dengan kepatuhan dalam perawatan hipertensi. Hasil analisis juga diperoleh nilai OR=3,867 artinya lansia yang memiliki persepsi bahwa dampak spiritual yang tinggi akibat menderita penyakit hipertensi memiliki peluang dapat ditingkatkan kepatuhannya dalam perawatan hipertensi sebesar 3,867 kali dibandingkan lansia memiliki persepsi bahwa dampak spiritual yang kecil akibat menderita penyakit hipertensi.