Faktor persepsi manfaat alternatif pilihan bertindak dan hambatan bertindak dalam hipertensi pada lansia
2.10.5 Faktor persepsi manfaat alternatif pilihan bertindak dan hambatan bertindak dalam hipertensi pada lansia
Kemungkinan tindakan berdasarkan keyakinan akan keuntungan dan halangan dalam perubahan perilaku menurut pengembangan suatu konsep kepatuhan berhubungan dengan interaksi perilaku dengan kepercayaan kesehatan seseorang. HBM berpandangan bahwa perilaku individu bergantung pada dua variable yaitu nilai yang ditempatkan individu pada hasil tertentu dan perkiraan individu tentang hasil yang diakibatkan dari tindakan yang ditentukan (Erackel, et al,1984 dalam Stanley & Beare, 2006).
Pertimbangan keuntungan manfaat tindakan minus hambatan yang ada dalam melakukan tindakan perubahan perilaku kesehatan antara lain adanya faktor eksternal penyebab hipertensi yang dapat diubah (gaya hidup), upaya pengelolaan secara farmakologis dan non farmakologis, dampak kesehatan yang diperoleh adalah meningkatkan harapan hidup dan status kesehatan lanjut usia, kepatuhan bisa diupayakan dan ditingkatkan, memanfaatkan sumber ekonomi keluarga dan fasilitas keluarga sesuai kondisi ekonomi, dan adanya upaya pencegahan yang bisa dilakukan(Stanley & Beare, 2006).
Persepsi ini juga berhubungan dengan ketersediaan sumberdaya sehingga tindakan ini mungkin dilaksanakan. Upaya dalam kepatuhan pengelolaan perawatan hipertensi pada lanjut usia yang dapat dilakukan dapat dijekaskan berikut ini :
1) Terapi Farmakologi Setiap orang dengan pengobatan terapeutik yang telah ditentukan
dianggap beresiko untuk tidak patuh. Kegagalan pasien lanjut usia untuk berespon secara tepat terhadap obat yang efektif hampir selalu berkaitan dengan kegagalan pasien untuk menggunakan obat secara tepat daripada mengabsorbsinya (Hall,1973 dalam Stanley & Beare, 1999). Pengendalian tekanan darah yang diajukan The joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and treatment of High Bloodpressure (JNC
VII) tahun 2007 sangat ketat untuk lanjut usia adalah tekanan darah sistolik < 140 mmHg dan tekanan darah diastolik < 90 mmHg (Sani, 2008).
Lanjut usia dengan hipertensi, penurunan tekanan darah diastolik hendaknya mempertimbangkan aliran darah ke otak, jantung dan ginjal. Direkomendasikan penurunan tekanan darah diastolik < 160 mmHg sebagai sasaran intermediet tekanan darah, atau penurunan sebanyak 20 mmHg dari tekanan darah awal. Menurut The Sixth Report of the Joint National Committee on prevention, detection, evaluation, and treatment of high blood pressure (1997) dalam Kuswardani (2006) pilihan pertama untuk pengobatan pada penderita hipertensi lanjut usia adalah diuretik atau penyekat beta, pada kasus hipertensi sistolik terisolasi, direkomendasikan penggunaan diuretik dan antagonis kalsium. The Joint National Committee menjelaskan penggunaan obat-obatkan untuk terapi awal tidak direkomendasikan. Percobaan untuk mengetahui efek terapi awal, hasilnya tidak efektif dalam mengurangi morbiditas dan mortalitas (Miller,1999). Terapi Lanjut usia dengan hipertensi, penurunan tekanan darah diastolik hendaknya mempertimbangkan aliran darah ke otak, jantung dan ginjal. Direkomendasikan penurunan tekanan darah diastolik < 160 mmHg sebagai sasaran intermediet tekanan darah, atau penurunan sebanyak 20 mmHg dari tekanan darah awal. Menurut The Sixth Report of the Joint National Committee on prevention, detection, evaluation, and treatment of high blood pressure (1997) dalam Kuswardani (2006) pilihan pertama untuk pengobatan pada penderita hipertensi lanjut usia adalah diuretik atau penyekat beta, pada kasus hipertensi sistolik terisolasi, direkomendasikan penggunaan diuretik dan antagonis kalsium. The Joint National Committee menjelaskan penggunaan obat-obatkan untuk terapi awal tidak direkomendasikan. Percobaan untuk mengetahui efek terapi awal, hasilnya tidak efektif dalam mengurangi morbiditas dan mortalitas (Miller,1999). Terapi
Terapi obat hanya membuat tekanan darah kembali normal tetapi tidak menjamin tekanan darah tidak naik lagi. Dampak terapi farmakologi adalah hasil penurunan tekanan darah dan berkurangnya keluhan pasien. Untuk mendorong dan meyakinkan keefektifan mengontrol tekanan darah pasien lanjut usia hipertensi hal terpenting untuk dipahami adalah faktor efek samping obat. Tanda klinis tidak bisa menjadi suatu indikator yang dapat dipercaya dan penghitungan pil dapat salah arti bahwa terdapat 20% dari 20 subyek yang dibuktikan dengan urine hydrochlorothiazide assay merupakan orang yang patuh, mempunyai tekanan darah diastolik lebih 95 mmHg (Craig,1985 dalam Stanley & Beare, 2006).
Menurut Sani (2008) untuk meningkatkan kepatuhan pengobatan penderita hipertensi, pedoman yang direkomendasikan antara lain pasien harus mendapat informasi yang tepat mengenai obat dan aturan pakainya, pasien harus paham mengenai tujuan pengobatan, penurunan tekanan darah harus bertahap untuk menurunkan efek yang tidak diinginkan, pasien harus dilibatkan dalam pengobatannya dan harus diberi pemahaman mengenai hipertensi dan akibatnya, pengobatan hipertensi harus efektif dari segi biaya dan dengan aturan pakai yang sedehana, sediaan kerja panjang (long acting) dan dosis sekali minum harus lebih dipilih, dan pendekatan terapetik harus dipilih jika pengobatan awal tidak berhasil.
2) Terapi Non Farmakologi dan Perubahan gaya hidup
Penerapan gaya hidup sehat bagi setiap orang sangat penting untuk mencegah tekanan darah tinggi dan merupakan bagian yang penting dalam penanganan hipertensi (He J., et al., 2000). Semua pasien dengan prehipertensi dan hipertensi harus melakukan perubahan gaya Penerapan gaya hidup sehat bagi setiap orang sangat penting untuk mencegah tekanan darah tinggi dan merupakan bagian yang penting dalam penanganan hipertensi (He J., et al., 2000). Semua pasien dengan prehipertensi dan hipertensi harus melakukan perubahan gaya
The Sixth Report of the Joint National Committee on prevention, detection, evaluation, and treatment of high blood pressure (1997) dalam Kuswardani (2006) menjelaskan beberapa pola hidup yang harus diperbaiki antara lain menurunkan berat badan jika ada kegemukan, mengurangi minum alkohol, meningkatkan aktivitas fisik aerobik, mengurangi asupan garam, mempertahankan asupan kalium, kalsium dan magnesium yang adekuat, berhenti merokok, mengurangi asupan lemak jenuh dan kolesterol. Modifikasi gaya hidup sebagai langkah pertama perawatan hipertensi, harus menjadi fokus saat membuat rencana perawatan. Perubahan yang sudah terlihat menurunkan tekanan darah dapat terlihat pada tabel 2.3
Tabel 2.3 Modifikasi Gaya Hidup untuk Mengontrol Hipertensi* Modifikasi Rekomendasi Kira-kira penurunan
tekanan darah range Penurunan