Analisis Univariat

5.1 Analisis Univariat

Analisis univariat digunakan untuk menjelaskan variabel karakteristik responden, persepsi lansia tentang ancaman penyakit hipertensi, petunjuk lansia bertindak dalam perawatan hipertensi. Semua data dilakukan analisis dengan tingkat kemaknaan 95% ( α =0,05). Variabel dalam bentuk data kategorik dijelaskan dengan menggunakan distribusi frekuensi dan persentase.

5.1.1 Karakteristik responden

Karakteristik responden lansia dalam penelitian ini terdiri dari umur, jenis kelamin, pendidikan, status perkawinan, status tinggal, sosial ekonomi, riwayat keluarga, indeks massa tubuh, lama menderita hipertensi, lama pengobatan hipertensi dan pengetahuan. Karakteristik responden dapat dilihat pada tabel 5.1.

102 Universitas Indonesia

Tabel 5.1 Persentase karakteristik lansia menderita hipertensi di wilayah Puskesmas Srondol Kota Semarang Bulan Juni 2011 (n=86)

Karakteristik lansia yang menderita hipertensi

Jumlah

Persentase n %

Kelompok Usia 60-74 tahun

Jenis Kelamin Laki-laki

Perempuan 58 67,4 Pendidikan Rendah 58 67,4 Tinggi 28 32,6

Status Pernikahan Janda/duda 42 48,8 Memiliki pasangan

Status tinggal Tinggal sendiri

Tinggal bersama anak/cucu

Sosial ekonomi Penghasilan kurang

Penghasilan baik

Riwayat keluarga Tidak ada yang menderita Hipertensi

Ada yang menderita hipertensi

Indeks Massa Tubuh Tidak Normal

Normal 56 65,1 Lama menderita hipertensi Kurang dari 1 tahun

Lebih dari 1 tahun

Lama pengobatan hipertensi Kurang dari 1 tahun

Lebih dari 1 tahun

Pengetahuan tentang hipertensi Baik 41 47,7 Kurang 45 52,3

Tabel 5.1 menggambarkan kondisi karakteristik demografi responden lansia yang menderita hipertensi. Data tersebut menunjukkan bahwa umur lansia sebagian besar pada kelompok umur 60-74 tahun (76,7%), jenis kelamin wanita (67,4%), pendidikannya rendah (tidak lulus SD sampai dengan lulus SMP) sebesar 67,4%, status tinggal bersama anak atau cucu sebesar (75,6%), status ekonomi atau penghasilannya baik (66,3%), riwayat anggota keluarga ada yang menderita hipertensi (76,7%), IMT normal (65,1%), dan memiliki pengetahuan kurang

(52,3%), lama menderita hipertensi dan lama pengobatan hipertensi lebih dari 1

tahun (75,6%), memiliki pasangan hidup (51,2%).

5.1.2 Persepsi ancaman keseriusan penyakit hipertensi

Data persepsi ancaman keseriusan penyakit hipertensi dalam penelitian ini menggambarkan persepsi lansia di wilayah kerja Puskesmas Srondol Kota Semarang yang menderita hipertensi tentang keseriusan penyakit hipertensi, biaya pengobatan hipertensi, dampak fisiologis yang dirasakan akibat menderita hipertensi, dampak psikososial yang dirasakan akibat menderita hipertensi, dan dampak spiritual yang dirasakan akibat menderita hipertensi. Hasil analisis masing-masing variabel tentang persepsi keseriusan ancaman penyakit hipertensi ditunjukkan dalam tabel 5.2.

Tabel 5.2 Persentase persepsi ancaman keseriusan penyakit hipertensi pada lansia menderita hipertensi di wilayah Puskesmas Srondol

Kota Semarang Bulan Juni 2011 (n=86)

Persepsi ancaman keseriusan

Jumlah Persentase

penyakit hipertensi

n%

Persepsi Keseriusan penyakit Tidak serius

Serius 47 54,7 Biaya Pengobatan Mahal 18 20,9 Murah

Dampak Fisiologis Kecil 40 46,5 Besar 46 53,5

Dampak Psikososial Negatif 38 44,2 Positif

Dampak Spiritual Rendah 44 51,2 Tinggi 42 48,8

Berdasarkan tabel 5.2 menunjukkan bahwa mayoritas lansia memiliki persepsi bahwa penyakit hipertensi merupakan penyakit serius 54,7%, biaya perawatan hipertensi murah 79,1%, menimbulkan dampak fisiologis yang besar berupa banyaknya keluhan yang dirasakan secara fisik (53,5%), menimbulkan dampak psikososial besar karena menimbulkan gangguan berhubungan sosial dengan Berdasarkan tabel 5.2 menunjukkan bahwa mayoritas lansia memiliki persepsi bahwa penyakit hipertensi merupakan penyakit serius 54,7%, biaya perawatan hipertensi murah 79,1%, menimbulkan dampak fisiologis yang besar berupa banyaknya keluhan yang dirasakan secara fisik (53,5%), menimbulkan dampak psikososial besar karena menimbulkan gangguan berhubungan sosial dengan

5.1.3 Petunjuk Alternatif Bertindak Dalam Perawatan Hipertensi.

Petunjuk alternatif bertindak dalam perawatan hipertensi merupakan pentunjuk atau informasi yang dimiliki atau diterima oleh lansia menderita hipertensi. Data petunjuk alternatif bertindak dalam perawatan hipertensi meliputi dukungan keluarga, dukungan lingkungan, manfaat terapi farmakologi, dan pendidikan kesehatan. Data kategorik hasil analisis berupa frekuensi dan persentase masing- masing variabel dapat ditunjukkan dalam tabel 5.3.

Tabel 5.3 Persentase petunjuk alternatif bertindak pada lansia menderita hipertensi di wilayah Puskesmas Srondol Kota Semarang

Bulan Juni 2011 (n=86)

Petunjuk alternatif bertindak dalam

Jumlah Persentase

perawatan hipertensi

n%

Dukungan Keluarga Kurang 41 47,7 Kuat 45 52,3

Dukungan Lingkungan Kurang 41 47,7 Kuat 45 52,3

Manfaat Terapi Farmakologi

Kurang bermanfaat

Sangat bermanfaat Pendidikan Kesehatan Kurang

Baik 39 45,3

Berdasarkan tabel 5.3 menunjukkan bahwa mayoritas lansia memperoleh dukungan yang kuat dari keluarga dan lingkungan masing-masing sebesar 52,3%, terapi farmakologi sangat bermanfaat (64,0%), dan pendidikan kesehatan tentang hipertensi yang diberikan oleh petugas kesehatan masih kurang (54,7%).

5.1.4 Kepatuhan Lansia Dalam Perawatan Hipertensi.

Tabel 5.4 Persentase kepatuhan lansia dalam perawatan hipertensi di wilayah Puskesmas Srondol Kota Semarang Bulan Juni 2011 (n=86) Kepatuhan lansia dalam perawatan

Jumlah Persentase hipertensi

n%

Kurang patuh 43 50,0 Patuh

Berdasarkan hasil pada tabel 5.4 tentang frekuensi responden tentang kepatuhan lansia dalam perawatan hipertensi, hasilnya sama besar (50%) antara yang patuh dengan yang tidak patuh terhadap perawatan hipertensi.