Alat Pengumpul Data

4.6 Alat Pengumpul Data

Alat yang digunakan sebagai pengumpul data dalam penelitian ini berupa kuesioner tentang karakteristik responden, faktor keseriusan ancaman penyakit dan faktor petunjuk perilaku bertindak serta kepatuhan dalam Alat yang digunakan sebagai pengumpul data dalam penelitian ini berupa kuesioner tentang karakteristik responden, faktor keseriusan ancaman penyakit dan faktor petunjuk perilaku bertindak serta kepatuhan dalam

4.6.1 Kuisioner A, Karakteristik Responden Kuisioner karakteristik responden meliputi umur, jenis kelamin, pendidikan, status pernikahan, status tinggal lanjut usia, status gizi, riwayat keluarga, lama menderita hipertensi dan lama pengobatan, pengetahuan dan sosial ekonomi. Responden diminta menjawab pertanyaan dari peneliti atau asisten peneliti pada kuisioner yang disediakan.

Umur ditulis sesuai umur responden dengan pembulatan. Jenis kelamin 1 laki-laki dan 0 perempuan. Pendidikan ditulis sesuai dengan tingkat pendidikan yang pernah ditempuh yakni 0 artinya berpendidikan rendah (tidak sekolah atau tidak tamat SD, SD, SMP) dan 1 artinya berpendidikan tinggi (SMA, dan Sarjana). Skor status penikahan yaitu 0 menikah masih berpasangan; 1: duda atau janda. Skor untuk status tinggal yakni 0 dengan pasangan atau keluarga inti dan 1 tinggal sendiri. Skor status penghasilan, 0 artinya penghasilan kurang dan 1 artinya memiliki penghasilan baik. Skor penghasilan selanjutnya dikategorikan menjadi penghasilan baik dan penghasilan kurang. Hasil analisis uji normalitas kuisioner penghasilan yaitu ditemukan sebaran data yang tidak normal p value = 0,001 yaitu lebih kecil dari 0,05; α 0,05. Nilai mean Rp 1191.16. Nilai median dari analisis data penghasilan Rp 1.250.000. Untuk kebutuhan analisis data selanjutnya, maka dilakukan pengkodean skor menjadi dua kategori dengan menggunakan cut of point nilai median Rp 1.250.000. Nilai responden < Rp 1250.000 diberi skor 0 bila penghasilan kurang dan > Rp1250.000 diberi skor 1 jika Umur ditulis sesuai umur responden dengan pembulatan. Jenis kelamin 1 laki-laki dan 0 perempuan. Pendidikan ditulis sesuai dengan tingkat pendidikan yang pernah ditempuh yakni 0 artinya berpendidikan rendah (tidak sekolah atau tidak tamat SD, SD, SMP) dan 1 artinya berpendidikan tinggi (SMA, dan Sarjana). Skor status penikahan yaitu 0 menikah masih berpasangan; 1: duda atau janda. Skor untuk status tinggal yakni 0 dengan pasangan atau keluarga inti dan 1 tinggal sendiri. Skor status penghasilan, 0 artinya penghasilan kurang dan 1 artinya memiliki penghasilan baik. Skor penghasilan selanjutnya dikategorikan menjadi penghasilan baik dan penghasilan kurang. Hasil analisis uji normalitas kuisioner penghasilan yaitu ditemukan sebaran data yang tidak normal p value = 0,001 yaitu lebih kecil dari 0,05; α 0,05. Nilai mean Rp 1191.16. Nilai median dari analisis data penghasilan Rp 1.250.000. Untuk kebutuhan analisis data selanjutnya, maka dilakukan pengkodean skor menjadi dua kategori dengan menggunakan cut of point nilai median Rp 1.250.000. Nilai responden < Rp 1250.000 diberi skor 0 bila penghasilan kurang dan > Rp1250.000 diberi skor 1 jika

Skor untuk riwayat penyakit keluarga dengan hipertensi yaitu 0 tidak ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi dan 1 artinya bila ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi. Hasil analisis uji normalitas kuisioner riwayat penyakit keluarga yaitu ditemukan sebaran data yang tidak normal p value =0,000 yaitu lebih kecil dari 0,05; α 0,05. Nilai mean 1,23 dan nilai median riwayat penyakit keluarga 1,00. Untuk kebutuhan analisis data selanjutnya, maka dilakukan pengkodean skor menjadi dua kategori dengan menggunakan cut of point nilai median 1,00. Nilai responden < 1,00 diberi skor 0 bila ada riwayat penyakit keluarga dan >1,00 diberi skor 1 jika tidak ada riwayat penyakit keluarga. Nilai terendah 1 dan nilai tertinggi 2.

Skor untuk lama menderita hipertensi yaitu 0 untuk waktu < 1 tahun dan 1 untuk waktu < 1 tahun. Skor untuk lama pengobatan hipertensi yaitu 0 untuk waktu < 1 tahun dan 1 untuk waktu > 1 tahun. Skor status gisi 0 bila normal, dan 1 bila kegemukan didapatkan setelah dihitung dari data tinggi badan dan berat badan. Selanjutnya untuk keperluan analisis bivariat dilakukan kode ulang menjadi dua kategori yaitu IMT normal yaitu (19-24) diberi skor 0 dan dan 1 bila MT tidak normal (IMT kurus < 18 dan gemuk (25-29) serta dan obesitas IMT >30).

Kuisioner pengetahuan hipertensi terdiri 14 butir pertanyaan, dengan jawaban benar diberi nilai 1 dan jika salah diberi nilai 0. Total skor selanjutnya diakumulasikan. Nilai pengetahuan selanjutnya dikategorikan menjadi pengetahuan baik dan kurang. Hasil analisis uji normalitas kuisioner pengetahuan yaitu ditemukan sebaran data yang tidak normal p value =0,000 yaitu lebih kecil dari 0,05; α 0,05. Nilai median pengetahuan tentang hipertensi 14,00. Untuk kebutuhan analisis data selanjutnya, maka dilakukan pengkodean skor menjadi dua kategori dengan menggunakan cut of point nilai median 14,00. Nilai responden < 14,00 diberi skor 0 bila Kuisioner pengetahuan hipertensi terdiri 14 butir pertanyaan, dengan jawaban benar diberi nilai 1 dan jika salah diberi nilai 0. Total skor selanjutnya diakumulasikan. Nilai pengetahuan selanjutnya dikategorikan menjadi pengetahuan baik dan kurang. Hasil analisis uji normalitas kuisioner pengetahuan yaitu ditemukan sebaran data yang tidak normal p value =0,000 yaitu lebih kecil dari 0,05; α 0,05. Nilai median pengetahuan tentang hipertensi 14,00. Untuk kebutuhan analisis data selanjutnya, maka dilakukan pengkodean skor menjadi dua kategori dengan menggunakan cut of point nilai median 14,00. Nilai responden < 14,00 diberi skor 0 bila

4.6.2 Kuisioner B. Faktor Persepsi Keseriusan Ancaman Penyakit

Kuisioner persepsi keseriusan penyakit terdiri dari 10 butir pertanyaan dengan jawaban benar dari kuisioner dengan pertanyaan positif diberi nilai 1 dan jika salah diberi nilai 0. Hasil analisis uji normalitas yang dilakukan menemukan sebaran data yang normal p value =0,000 yaitu lebih besar dari 0,05; α 0,05. Rata-rata untuk nilai persepsi keseriusan penyakit 7,7. Median

8, Nilai terendah 2 dan tertinggi 10.Untuk kebutuhan analisis data selanjutnya, maka dilakukan pengkodean skor menjadi dua katageri dengan menggunakan cut of point nilai median. Skor nilai responden yang < 8 diberi skor 0 artinya hipertensi penyakit yang tidak serius : dan > 8 diberi skor 1 artinya hipertensi penyakit yang serius.

Kuisioner persepsi tentang biaya pengobatan terdiri dari 5 butir pertanyaan dengan menggunakan skala dikotomi “ya” dan “tidak”. Setiap jawaban benar dari kuisioner dengan pertanyaan positif diberi nilai 1 dan jika salah diberi nilai 0. Total skor selanjutnya diakumulasikan dan dibuatkan presentase dengan menghitung jawaban benar responden dibagi 5 dikalikan

20. Hasil analisis uji normalitas kuisioner biaya pengobatan sebaran data yang tidak normal p value =0,000 yaitu lebih kecil dari 0,05; α 0,05. Nilai median biaya pengobatan hipertensi 5000. Untuk kebutuhan analisis data selanjutnya, maka dilakukan pengkodean skor menjadi dua katageri dengan menggunakan cut of point nilai mean. Nilai responden yang < 5000 diberi skor 0 biaya pengobatan murah dan > 5000 diberi skor 1 biaya pengobatan mahal.

Kuisioner dampak fisiologis, dampak psikososial dan dampak spiritual masing-masing terdiri dari 10 butir pertanyaan dibuat menurut skala Likert dengan jawaban tidak pernah, jarang, sering dan selalu. Total skor selanjutnya diakumulasikan dan dibuatkan persentase dengan menghitung Kuisioner dampak fisiologis, dampak psikososial dan dampak spiritual masing-masing terdiri dari 10 butir pertanyaan dibuat menurut skala Likert dengan jawaban tidak pernah, jarang, sering dan selalu. Total skor selanjutnya diakumulasikan dan dibuatkan persentase dengan menghitung

Hasil analisis uji normalitas kuisioner dampak psikososial ditemukan sebaran data yang tidak normal p value =0,015 yaitu lebih kecil dari 0,05; α 0,05. Nilai median dampak psikososial tentang hipertensi 27,00. Untuk kebutuhan analisis data maka dilakukan pengkodean skor menjadi dua katageri dengan menggunakan cut of point nilai mean. Nilai responden < 27,00 diberi skor 0 bila dampak psikososial kecil dan > 27,00 diberi skor 1 jika dampak psikososial besar. Nilai terendah 13 dan nilai tertinggi

40. Hasil analisis uji normalitas kuisioner dampak spiritual ditemukan sebaran

data yang normal p value =0,084 yaitu lebih besar dari 0,05; α 0,05. Nilai rata-rata dampak spiritual tentang hipertensi 32,10. Untuk kebutuhan analisis data selanjutnya, maka dilakukan pengkodean skor menjadi dua katageri dengan menggunakan cut of point nilai median. Nilai responden < 32,10 diberi skor 0 bila dampak spiritual kecil dan >32,10 diberi skor 1 jika dampak spiritual besar. Nilai terendah 22 dan nilai tertinggi 40.

Untuk kepentingan uji multivariat berupa regresi logistik sederhana, selanjutnya data yang didapat dilakukan kode ulang menjadi data nominal dengan sistem cut off point menjadi 2 kategori, yakni tidak ada pengaruh dan ada pengaruh.

4.6.3 Kuisioner C. Faktor Petunjuk Alternatif Bertindak

Kuisioner faktor petunjuk untuk bertindak yang berpotensi mempengaruhi kepatuhan pengelolaan perawatan hipertensi meliputi kuisioner biaya pengobatan, dukungan keluarga, manfaat terapi farmakologi dan pendidikan kesehatan masing-masing 10 item pertanyaan, kecuali dukungan lingkungan terdiri dari 9 item pertanyaan serta menggunakan skala Likert dengan jawaban tidak pernah, jarang, sering dan selalu. Total skor selanjutnya diakumulasikan dan dibuatkan presentase dengan menghitung jawaban benar rsponden dibagi 10 dikalikan 4. Hasil analisis uji normalitas kuisioner dukungan keluarga ditemukan sebaran data yang normal p value =0,011 yaitu lebih kecil dari 0,05; α 0,05. Nilai mean dukungan keluarga dalam perawatan hipertensi 30,31, median 30,00. Untuk kebutuhan analisis data selanjutnya, maka dilakukan pengkodean skor menjadi dua katageri dengan menggunakan cut of point nilai median. Nilai responden < 30,00 diberi skor

0 bila dukungan keluarga kecil dan >30,00 diberi skor 1 jika dukungan keluarga besar. Nilai terendah 14 dan nilai tertinggi 40.

Hasil analisis uji normalitas kuisioner dukungan lingkungan ditemukan sebaran data yang normal p value =0,171 yaitu lebih besar dari 0,05; α 0,05. Nilai mean dukungan lingkungan dalam perawatan hipertensi 29,90, me median 30,00. Untuk kebutuhan analisis data selanjutnya, maka dilakukan pengkodean skor menjadi dua katageri dengan menggunakan cut of point nilai mean 29,90. Nilai responden < 29,90 diberi skor 0 bila dukungan lingkungan kecil dan >29,90 diberi skor 1 jika dukungan lingkungan besar. Nilai terendah 15 dan nilai tertinggi 40. Hasil analisis uji normalitas kuisioner manfaat terapi farmakologi ditemukan sebaran data yang tidak normal p value =0,000 yaitu lebih kecil dari 0,05; α 0,05. Nilai rata-rata manfaat terapi farmakologi dalam perawatan hipertensi 3,8593, median 30,00. Untuk kebutuhan analisis data selanjutnya, maka dilakukan pengkodean skor menjadi dua katageri dengan menggunakan cut of point nilai median. Nilai responden < 30,00 diberi skor 0 bila manfaat terapi Hasil analisis uji normalitas kuisioner dukungan lingkungan ditemukan sebaran data yang normal p value =0,171 yaitu lebih besar dari 0,05; α 0,05. Nilai mean dukungan lingkungan dalam perawatan hipertensi 29,90, me median 30,00. Untuk kebutuhan analisis data selanjutnya, maka dilakukan pengkodean skor menjadi dua katageri dengan menggunakan cut of point nilai mean 29,90. Nilai responden < 29,90 diberi skor 0 bila dukungan lingkungan kecil dan >29,90 diberi skor 1 jika dukungan lingkungan besar. Nilai terendah 15 dan nilai tertinggi 40. Hasil analisis uji normalitas kuisioner manfaat terapi farmakologi ditemukan sebaran data yang tidak normal p value =0,000 yaitu lebih kecil dari 0,05; α 0,05. Nilai rata-rata manfaat terapi farmakologi dalam perawatan hipertensi 3,8593, median 30,00. Untuk kebutuhan analisis data selanjutnya, maka dilakukan pengkodean skor menjadi dua katageri dengan menggunakan cut of point nilai median. Nilai responden < 30,00 diberi skor 0 bila manfaat terapi

Hasil analisis uji normalitas kuisioner data pendidikan kesehatan ditemukan sebaran data yang tidak normal p value =0,007 yaitu lebih kecil dari 0,05; α 0,05. Nilai mean pendidikan kesehatan dalam perawatan hipertensi 28,37, median 29,00. Untuk kebutuhan analisis data selanjutnya, maka dilakukan pengkodean skor menjadi dua katageri dengan menggunakan cut of point nilai median. Nilai responden < 29,00 diberi skor 0 bila pendidikan kesehatan kurang : dan > 29,00 diberi skor 1 jika pendidikan kesehatan baik. Nilai terendah 10 dan nilai tertinggi 40.

Untuk kepentingan uji multivariat berupa regresi logistik sederhana, selanjutnya data yang didapat dilakukan kode ulang menjadi data nominal dengan sistem cut off point menjadi 2 kategori, yakni tidak ada pengaruh dan ada pengaruh.

4.6.3 Kuisioner D. Kepatuhan dalam perawatan hipertensi.

Kuisioner kepatuhan dalam perawatan hipertensi terdiri dari 28 butir pertanyaan, manfaat terapi farmakologi terdiri dari 9 butir pertanyaan dan terapi non farmakologi terdiri dari 19 butir pertanyaan. Kuisioner kepatuhan pengelolaan perawatan hipertensi dibuat dengan skala Likert dengan jawaban tidak pernah, jarang, sering dan selalu. Total skor selanjutnya diakumulasikan dan dibuatkan presentase dengan menghitung jawaban benar responden dibagi 28 dikalikan 4. Pada analisa bivariat nilai tersebut dilakukan kode ulang menjadi 4 bagian dengan standar interkuartil menjadi skala ordinal sehingga didapat empat kategori yaitu 0 kurang nilai 28-42, 1: cukup nilai 46-52 kuat nilai 56-74, dan 3: sangat kuat nilai 74-112. Hasil analisis uji normalitas kuisioner kepatuhan dalam perawatan hipertensi ditemukan sebaran data yang normal p value =0,019 yaitu lebih besar dari 0,05; α 0,05. Nilai mean kepatuhan dalam perawatan hipertensi 89,09, median 89,50. Untuk kebutuhan analisis data selanjutnya, maka dilakukan Kuisioner kepatuhan dalam perawatan hipertensi terdiri dari 28 butir pertanyaan, manfaat terapi farmakologi terdiri dari 9 butir pertanyaan dan terapi non farmakologi terdiri dari 19 butir pertanyaan. Kuisioner kepatuhan pengelolaan perawatan hipertensi dibuat dengan skala Likert dengan jawaban tidak pernah, jarang, sering dan selalu. Total skor selanjutnya diakumulasikan dan dibuatkan presentase dengan menghitung jawaban benar responden dibagi 28 dikalikan 4. Pada analisa bivariat nilai tersebut dilakukan kode ulang menjadi 4 bagian dengan standar interkuartil menjadi skala ordinal sehingga didapat empat kategori yaitu 0 kurang nilai 28-42, 1: cukup nilai 46-52 kuat nilai 56-74, dan 3: sangat kuat nilai 74-112. Hasil analisis uji normalitas kuisioner kepatuhan dalam perawatan hipertensi ditemukan sebaran data yang normal p value =0,019 yaitu lebih besar dari 0,05; α 0,05. Nilai mean kepatuhan dalam perawatan hipertensi 89,09, median 89,50. Untuk kebutuhan analisis data selanjutnya, maka dilakukan

Untuk kepentingan uji multivariat berupa regresi logistik sederhana, selanjutnya data yang didapat dilakukan kode ulang menjadi data nominal dengan sistem cut off point menjadi 2 kategori, yakni tidak ada kepatuhan dan ada kepatuhan.