Faktor persepsi kerentanan terhadap penyakit yang dirasakan (perceived Susceptibilitr)

2.10.1 Faktor persepsi kerentanan terhadap penyakit yang dirasakan (perceived Susceptibilitr)

Persepsi kerentanan adalah pandangan individu tentang penyakit hipertensi pada lanjut usia. Persepsi kerentanan penyakit dipengaruhi antara lain oleh karakteristik demografi, pengetahuan, pengalaman, pendidikan, kondisi lingkungan. Kondisi biologis atau fisik serta keluhan yang dirasakan akibat penyakit hipertensi.

1) Kelompok berisiko (vulnerable) Hipertensi merupakan salah satu penyakit kronis yang biasanya diderita

oleh lanjut usia juga berisiko meningkatkan kerentanan dan diperburuk dengan kemiskinan, kurangnya sumber-sumber, dan pelayanan yang tidak adekuat bagi lanjut usia maka dimasukkan dalam populasi vulnerable (Hitchock, Schubert, & Thomas,1999). Kelompok rentan (vulnerable population) adalah bagian populasi yang lebih mudah untuk mengalami masalah kesehatan sebagai akibat terpajan risiko atau akibat buruk dari masalah kesehatan keseluruhan populasi (Stanhope & Lancaster, 2004; Leight, 2003).

2) Faktor resiko utama penyakit stroke Hipertensi merupakan faktor risiko utama penyakit serebrovaskuler atau Stroke, kardiovaskuler ( infark miokard, angina pectoris, gagal jantung, atrial fibrilasi ), dan gagal ginjal, dementia dan gangguan arteri perifer serta retinopati. Lueckenotte (2000) menyatakan bahwa tanda dan gejala pada hipertensi berat penderita bisa mengalami kepala berdenyut- denyut, kebingungan, gangguan penglihatan, epitaksis, dan koma. Keseriusan ini meningkatkan morbiditas, disabilitas dan morthalitas dampaknya terhadap kehidupan sosial.

3) Respon berduka Kondisi penyakit kronis yang dialami seseorang dapat mengganggu penyesuaian individu terhadap masalah-masalah kesehatan kronis (Sarafino, 1994). Hipertensi sebagai penyakit kronis, membutuhkan perawatan secara terus menerus dan perubahan gaya hidup yang membuat penderitanya merasa gagal memenuhinya. Kondisi lanjut usia yang menderita hipertensi dan mengalami perasaan ketidakpastian, ketidakberdayaan, dan hambatan berhubungan sosial dengan orang lain meimbulkan respon berduka. Respon berduka yang dialami pada aspek fisik, psikososial, spiritual, ekonomi, dan stress yang berkelanjutan lanjut usia (Hitchcook, Schubert & Thomas, 1999). Berduka adalah keseluruhan respon terhadap pengalaman emosional karena kehilangan (Kozier et al.,2004). Kubler dan Ross (1969, dalam Kozier et al, 2004) menggambarkan lima tahap proses berduka sebagai respon klien yang mengalami kehilangan. Kelima tahap tersebut digambarkan pada penjelasan berikut ini :

a) Tahap pengingkaran (Denial) Pengingkaran merupakan reaksi awal pada seseorang yang mengalami kehilangan. Lajut usia tidak percaya mengalami tekanan darah tinggi, yang harus dikontrol setiap saat dengan modifikasi gaya hidup, sehingga menyebabkan kehilangan kebebasan. Tahap ini, lanjut usia dapat menolak untuk melakukan perawatan hipertensi dengan tidak mau lagi datang ke fasilitas kesehatan atau tetap mempertahankan kebiasaan hidupnya. Perubahan fisik yang dapat terjadi pada tahap ini adalah letih, lemah, pucat, mual, diare, gangguan pernafasan, detak jantung cepat, menangis, gelisah (Potter & Perry, 2005).

b) Tahap marah (Anger) Reaksi marah menunjukkan bahwa seseorang sudah mulai menyadari terjadinya kehilangan. Perasaan marah dapat diproyeksikan kepada b) Tahap marah (Anger) Reaksi marah menunjukkan bahwa seseorang sudah mulai menyadari terjadinya kehilangan. Perasaan marah dapat diproyeksikan kepada

c) Tahap tawar-menawar (Bargaining) Tahap ini seseorang mulai berupaya membuat perjanjian untuk

menghindari kehilangan. Lanjut usia bisa juga mengekspresikan perasaannya bahwa penyakitnya ini akibat kesalahan atau sebagai hukuman atas perilakunya di masa lalu. Lanjut usia mulai meminta pendapat orang lain tentang penyakitnya (Potter & Perry, 2005).

d) Tahap depresi (Depression) Tahap ini, lanjut usia mulai menyadari kehilangan-kehilangan yang

akan dialami sebagai dampak penyakit hipertensi. Perasaan tersebut memberikan kesempatan kepada lanjut usia untuk melewati tahap kehilangan dan mulai berpikir cara mengatasi agar tekanan darahnya stabil atau normotensi. Sikap yang ditunjukkan pada tahap ini dapat berupa sikap menarik diri, tidak mau bicara atau putus asa (Potter & Perry, 2005).

e) Tahap penerimaan (Acceptance) Tahap ini seseorang dapat menerima kenyataan akan kehilangan.

Lanjut usia sudah dapat menerima kenyataan atas dampak yang akan dialami dalam hidupnya akibat penyakit hipertensi. Lanjut usia sudah mulai membuat rencana-rencana untuk merawat tekanan darah tingginya, dan mencari berbagai sumber informasi.