BAB V PEMBAHASAN
5.1. Hasil Pengukuran SO
2
Kadar gas Sulfur Dioksida SO
2
tertinggi terdapat pada jarak 100 m dari industri yang berada pada dusun 1, yaitu sebesar 53,38
μgm
3
. Sedangkan yang terendah terdapat pada jarak 100 meter dari dusun 2, yaitu sebesar 50,85
μgm
3
. Kadar sulfur dioksida yang diukur pada empat lokasi penelitian masih memenuhi
syarat pada baku mutu menurut PP No.41 tahun 1999. Menurut Darmono 2001, Berat atau ringannya suatu pencemaran udara di suatu daerah bergantung pada iklim
lokal, topografi, banyaknya industri yang berlokasi di daerah tersebut, penggunaan bahan bakar dalam industti, suhu udara di lokasi.
Meskipun masih berada di bawah ambang batas, dalam jangka waktu tertentu dapat menyebabkan mencemari lingkungan dan menganggu kesehatan masyarakat di
sekitar industri tersebut. Menurut Sunu 2001, udara sangat dibutuhkan oleh manusia, udara digunakan untuk pernafasan, menghirup gas oksigen ke paru-paru
yang kemudian diserap oleh darah yang mengandung Hb protein sel darah merah yang memungkinkan darah mengangkut oksigen, lalu diangkut ke seluruh tubuh
sebagai pemasok oksigen bagi sel-sel tubuh. Menurut Slamet 2009, manusia setiap detik, selama hidupnya akan membutuhkan udara. Udara berbentuk gas, ia terdapat
dimana-mana, sebagai akibatnya manusia tidak pernah memikirkannya ataupun memperhatikannya. Udara memasuki tubuh lewat saluran pernafasan. Jadi,
pencemaran udara memperberat keadaan penyakit ataupun membuat saluran pernafasan menjadi lebih peka terhadap penyebab penyakit yang telah ada.
Universitas Sumatera Utara
Dari hasil pengukuran bahwa kecepatan angin di sekitar industri makanan ringan di desa Bakaran Batu berada pada rentang 0,4 ms - 0,7 ms dengan nilai rata-
rata dari keempat titik pengukuran adalah 0,6 ms. Menurut Darmono 2001, disamping curah hujan yang dapat membantu proses pembersihan udara. Angin yang
kencang dapat pula menyapu polutan udara ke daerah lain yang lebih jauh. Adapun suhu di desa tersebut berada pada rentang 32,4
C – 35,2 C dengan nilai rata-rata dari
keempat titik adalah 34,1 C. Sedangkan untuk kelembaban berada pada rentang 50
- 60 dengan rata-rata dari keempat titik adalah 54,3. Menurut Soedomo 2001, suhu udara secara langsung mempengaruhi kestabilan atmosfer. Dalam kondisi stabil,
yaitu pada suhu udara yang lebih rendah dari lingkungan, maka massa udara polutan tidak dapat naik, tetapi tetap berada di atmosfer dan terakumulasi, sehingga akan
menaikkan konsentrasi polutan. Sebaliknya, pada saat suhu udara lebih tinggi daripada suhu udara lingkungan, maka massa udara polutan akan naik dan menyebar
sehingga tidak terjadi pengendapan di permukaan dan akan meminimalkan konsentrasi polutan.
Menurut Depkes dalam Junaidi 2002, suhu udara dapat mempengaruhi konsentrasi pencemar udara. Suhu udara yang tinggi menyebabkan udara makin
renggang sehingga, konsentrasi pencemar menjadi semakin rendah. Sebaliknya pada suhu yang dingin keadaan udara makin padat, sehingga konsentrasi pencemar di
udara tampaknya makin tinggi. Kecepatan angin mempengaruhi distribusi pencemar akan berkurang jika
angin kencang dan membagikan pencemar secara mendatar dan tegak lurus. Kecepatan angin yang kuat akan membawa polutan terbang kemana-mana.
Kelembaban udara juga dapat mempengaruhi konsentrasi pencemar di udara. Pada
Universitas Sumatera Utara
kelembaban yang tinggi maka kadar uap air di udara dapat bereaksi dengan pencemar udara, menjadi zat lain yang tak berbahaya atau menjadi pencemar sekunder Depkes
dalam Junaidi, 2002. Selain itu, uap air mampu mengubah SO
2
menjadi sulfat dan sulfit, karena life time SO
2
di udara pendek. Life time SO
2
di atmosfer kira-kira sampai empat hari Sarudji, 2010.
Polusi dengan udara panas dapat menimbulkan beberapa jenis penyakit dan manusia tidak dapat mentoleransi suhu udara diatas 50
o
C. Kelembaban udara mengandung kadar uap air melebihi normal akan mempercepat pertumbuhan
bakteri. Udara yang tercemar oleh SO
x
yang mudah menjadi asam akan menyerang selaput lendir pada hidung, tenggorokan dan saluran nafas sampai ke paru-paru.
Serangan gas SO
x
akan menyebabkan iritasi pada bagian tubuh yang terkena. Daya iritasi SO
2
pada setiap orang tidak sama, ada yang sensitif dan ada yang lebih tahan pada konsentrasi lebih tinggi Sunu, 2001.
Pengaruh pengotoran udara terhadap kesehatan masyarakat dan berakibat segera dan yang tidak berakibat segera. Akibat yang segera, pengotoran dapat
menyebabkan sakit mendadak bahkan menimbulkan kematian. Sedangkan akibat- akibat yang tidak segera, ketika udara kotor yang terhirup pada pernafasan akan
menyebabkan daya tahan tubuh menurun sehingga memudahkan terserang penyakit, misalnya TBC, bronchitis, pneumonia Entjang, 2000.
5.4. Keluhan Saluran Pernafasan