Tabel 1. Komposisi Udara bersih dan kering Unsur
Volume Kandungan ppm
Nitrogen 78.09
780.900 Oksigen
20.94 209.400
Argon 0.93
9.300 Karbondioksida
0.00318 318
Neon 0.0018
18 Helium
0.00052 5.2
Krepton 0.0001
1 Xenon
0.000008 0.008
Nitrogen Oksida 0.000025
0.25 Hidrogen
0.00005 0.5
Metana 0.00015
1.5 Nitrogen Dioksida
0.0000001 0.001
Ozon 0.000002
0.02 Belerang Dioksida
0.00000002 0.0002
Karbon Monoksida 0.00001
0.1 Ammonia
0.000001 0.01
Sumber Wardhana, 1995 Apabila susunan udara mengalami perubahan dari susunan keadaan normal
seperti tersebut diatas dan kemudian mengganggu kehidupan manusia, hewan dan binatang, maka berarti udara telah tercemar Wardhana, 1995.
2.1.2. Pencemar Udara dan Sumbernya
Menurut Kristanto 2002, berdasarkan asal dan kelanjutan perkembangannya di udara, pencemar udara dapat dibedakan menjadi :
1. Pencemar udara primer
Pencemar udara primer yaitu semua pencemar di udara yang ada dalam bentuk yang hampir tidak berubah, sama seperti pada saat dibebaskan dari sumbernya
sebagai hasil dari suatu proses tertentu. Pencemar udara primer, yang mencakup 90 dari jumlah pencemar udara seluruhnya, umumya berasal dari aktivitas manusia,
seperti dari industri cerobong asap industri dimana dalam industri tersebut terdapat
Universitas Sumatera Utara
proses pembakaran yang menggunakan bahan bakar minyakbatubara, proses peleburanpemurnian logam, dan juga dihasilkan dari sektor transportasi mobil, bus,
sepeda motor, dan lainnya. Dari seluruh pencemar primer tersebut, sumber pencemar yang utama berasal
dari sektor transportasi, yang memberikan andil sebesar 60 dari pencemaran udara total. Pencemar udara primer dapat digolongkan menjadi lima kelompok berikut :
a. Karbonmonoksida CO
b. Nitrogen oksida NO
x
c. Hidrokarbon HC
d. Sulfur oksida SO
x
e. Partikel lain
Komponen pencemar udara tersebut di atas bisa mencemari udara secara sendiri-sendiri atau dapat pula mencemari udara secara bersama-sama. Jumlah
komponen pencemar udara tergantung pada sumbernya. Sumber pencemar udara di Indonesia pada saat ini masih terus diteliti Wardhana, 1995.
2. Pencemar Udara Sekunder
Polutan sekunder biasanya terjadi karena reaksi dari dua atau lebih bahan kimia di udara, misalnya reaksi foto kimia. Sebagai contoh adalah disosiasi NO
2
yang menghasilkan NO dan O radikal. Proses kecepatan dan arah reaksinya dipengaruhi
oleh berbagai faktor, antara lain: a.
Konsentrasi reaktif dari bahan reaktan b.
Derajat fotoaktivasi c.
Kondisi iklim
Universitas Sumatera Utara
d. Topografi lokal dan adanya embun
Polutan sekunder ini mempunyai sifat fisik dan sifat kimia yang tidak stabil. Termasuk dalam polutan sekunder ini adalah ozon, Peroxy Acyl Nitrat PAN, dan
formaldehid Mukono, 2011. Menurut Chandra 2006, jika Nitrogen dioksida bereaksi dengan
Hidrokarbon disertai bantuan sinar ultraviolet akan membentuk peroksi asetil nitrat dan ozon yang sangat berbahaya bagi kesehatan. Berikut reaksi kimianya :
N
2
O + Hidrokarbon —› Peroksi asetil nitrat + O
3
Sinar matahari Polutan ini akan menimbulkan kabut di permukaan bumi dikenal sebagai
kabut fotokimia photochemical smog atau senyawa pembentuk kabut pengiritasi irritating smog forming compound. Kabut tersebut menyebabkan mata menjadi
berair dan disters pernafasan pada manusia serta menimbulkan hill reaction dan mengganggu proses fotosintesis tumbuh-tumbuhan. Ozon sendiri akan meningkatkan
proses respirasi daun-daunan dan mengurangi makanannya sehingga tumbuhan menjadi layu dan mati. Jenis polutan dapat dibagi berdasarkan struktur kimia dan
penampang partikelnya, seperti berikut. 1.
Struktur kimia a.
Partikel : debu, abu, dan logam seperti Pb, nikel, kadmium dan berilium. b.
Gas anorganik seperti NO, CO, SO
2
, ammonia dan hidrogen. c.
Gas organik seperti hidrokarbon, benzene, etilen, asetilen aldehida, keton, alkohol, dan asam-asam organik.
2. Penampang partikel
Universitas Sumatera Utara
Partikel dalam udara dapat melekat pada saluran pernafasan manusia yang tentunya dapat menyebabkan bahaya bagi kesehatan manusia seperti pada tabel 2 di
bawah ini :
Tabel 2. Ukuran partikel debu dalam saluran pernafasan Ukuran
Saluran Pernafasan
8 – 25 mikron Melekat di hidung dan tenggorokan
2 – 8 mikron Melekat di saluran bronchial
0.5 – 2 mikron Deposit pada alveoli
0.5 mikron Bebas keluar masuk melalui pernafasan
Sumber : Chandra, 2006
2.1.3. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Pencemaran Udara