Program I: Peran Wali Kelas dalam Penanganan Siswa Bermasalah di Kelas.
1. Program I: Peran Wali Kelas dalam Penanganan Siswa Bermasalah di Kelas.
a. Latar Belakang
Berdasarkan hasil penelitian mengenai ”Peran wali kelas dalam penyelenggaraan bimbingan dan konseling di sekolah serta
dampaknyanya terhadap penanganan siswa bermasalah di kelas binanaan”, didapatkan bahwa. Peran wali kelas belum berjalan secara
optimal sesuai dengan pedoman khusus pelayanan bimbingan dan konseling di SMA yang di keluarkan Depdikanas tahun 2004, hal tersebut disebakan karena, (1) kurangnya pemahaman wali kelas mengenai bimbingan dan konseling, (2) lemahnya komunikasi fungsional antara guru BK dan wali kelas, (3) kurangnya pemasyarakatan pelayanan bimbingan dan konseling, (4) belum optimal sesuai dengan pedoman khusus pelayanan bimbingan dan konseling di SMA yang di keluarkan Depdikanas tahun 2004, hal tersebut disebakan karena, (1) kurangnya pemahaman wali kelas mengenai bimbingan dan konseling, (2) lemahnya komunikasi fungsional antara guru BK dan wali kelas, (3) kurangnya pemasyarakatan pelayanan bimbingan dan konseling, (4) belum
Dengan terjadinya kondisi tersebut akibatnya penanganan siswa bermasalah di kelas jarang sekali terselesaikan dengan baik. Pelayanan bimbingan dan konseling yang merupakan salah satu komponen utama dari kurikulum pun kurang dimanfaatkan dengan baik dalam upaya pengentasan masalah siswa. Hal ini menunjukkan bahwa bimbingan dan konseling merupakan bagian yang integral dalam pendidikan yang menjadi tugas dan tanggung jawab guru bimbingan dan konseling dalam penanganan siswa bermasalah.
Mengacu pada penjelasan tersebut karenanya, wali kelas sebagai orang yang paling banyak berhubungan langsung dengan siswa di sekolah dari pada guru BK, memiliki peranan penting dalam membantu aktivitas guru BK di dalam kelas. Wali kelas selalu berada dalam hubungan yang erat dengan siswa dan wali kelas mempunyai banyak kesempatan untuk mempelajari diri siswa, mengawasi tingkah laku dan kegiatannya, apabila wali kelas teliti dan menaruh perhatian, maka wali kelas akan mengetahui sifat-sifat siswanya, kebutuhannya, Mengacu pada penjelasan tersebut karenanya, wali kelas sebagai orang yang paling banyak berhubungan langsung dengan siswa di sekolah dari pada guru BK, memiliki peranan penting dalam membantu aktivitas guru BK di dalam kelas. Wali kelas selalu berada dalam hubungan yang erat dengan siswa dan wali kelas mempunyai banyak kesempatan untuk mempelajari diri siswa, mengawasi tingkah laku dan kegiatannya, apabila wali kelas teliti dan menaruh perhatian, maka wali kelas akan mengetahui sifat-sifat siswanya, kebutuhannya,
Wali kelas sebagai personel sekolah yang mempunyai peran penting dalam pelayanan bimbingan dan konseling, hendaklah memberikan bantuan kepada siswa dalam mengatasi permasalahan siswa, dalam hal ini diharapkan kepada wali kelas maupun guru BK dan personel sekolah untuk tidak hanya berfokus pada pendekatan disiplin saja dalam mengatasi siswa bermasalah. Sehingga dari temuan penelitian ini, hendaknya wali kelas dan semua personil sekolah di SMAN 1 Pariangan untuk bekerjasama membantu guru BK dalam upaya penangan siswa bermasalah. Karena tidak terlepas dari peran wali kelas dalam membantu guru BK dalam penyelenggaran bimbingan dan konseling.
b. Tujuan
Wali kelas diharapkan dapat membantu guru BK dalam rangka memberikan data siswa bermasalah di kelas binaan yang memerlukan pelayanan bimbingan dan konseling.
c. Perencanaan Kegiatan
Sebelum kegiatan dilakukan, diperlukan perencanaan yang matang terlebih dahulu, di antaranya:
1) Lama kegiatan sekitar: 90 menit atau 1 jam pembelajaran (1 jam pembelajaran setara 45 menit)
2) Sasaran kegiatan adalah: wali kelas.
3) Jenis kegiatan, kegiatan dapat dilakukan dengan pemberian layanan informasi dengan menggunakan metode ceramah, diskusi, tanya jawab dan layanan bimbingan kelompok dengan menggunakan dinamika kelompok.
4) Format kegiatan, kegiatan dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa format yaitu: 1) format individual, 2) format kelompok, dan 2) format klasikal yaitu melayani sejumlah wali kelas dalam satu kelas.
5) Materi kegiatan adalah: informasi mengenai peran wali kelas dalam penyelenggaraan bimbingan dan konseling dalam upaya membantu guru BK dalam penaganan siswa bermasalah.
6) Alat bantu buku pedoman khusus pelayanan penaganan dalam jalur pendidikan formal dan buku pedoman khusus penaganan di sekolah menengah atas tahun 2004.
7) Tempat, dapat digunakan ruangan kelas, atau ruangan guru.
8) Pelaksana, dilaksanakan oleh konselor atu guru BK dengan
mengundang narasumber lainnya yang berkompeten.
d. Pelaksanaan Kegiatan
Pelaksanaan kegiatan ini mengacu pada perencanaan kegiatan. Kegiatan ini dapat dilakukan secara rutin atau insidental. Volume dan waktu untuk pelaksanaan kegiatan pelayanan konseling di dalam kelas Pelaksanaan kegiatan ini mengacu pada perencanaan kegiatan. Kegiatan ini dapat dilakukan secara rutin atau insidental. Volume dan waktu untuk pelaksanaan kegiatan pelayanan konseling di dalam kelas
e. Penilaian Kegiatan
Penilaian hasil kegiatan dapat dilakukan melalui: 1) Penilaian segera (LAISEG), yaitu penilaian untuk mengetahui perolehan siswa yang dilayani. 2) Penilaian jangka pendek (LAIJAPEN), yaitu penilaian dalam waktu tertentu (satu sampai dengan satu bulan) untuk mengetahui dampak layanan/kegiatan terhadap siswa. 3) Penilaian jangka panjang (LAIJAPANG), yaitu penilaian dalam waktu tertentu (satu bulan sampai dengan satu semester) untuk mengetahui lebih jauh dampaknya terhadap siswa.
Dari pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa, peran wali kelas dalam penanganan siswa bermasalah dengan mengunakan pendekatan penaganan secara profesional, diharapkan dapat menekan tinginya jumlah siswa yang dikeluarkan. Oleh karena itulah, guru BK seyogyanya harus mampu meyelenggarakan proses BK secara professional tanpa harus menggunakan pendekatan disiplin dalam pengambilan sanksi kepada siswa. (Model pendekatan peran wali kelas dalam mengatasi siswa bermasalah terlampir)
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
Bab ini merupakan hasil penelitian yang telah dilaksanakan oleh peneliti, yang kemudian dideskripsikan melalui kesimpulan hasil penelitian, implikasi serta saran-saran yang peneliti tujukan kepada personel sekolah serta peneliti lainnya.
A. Kesimpulan
Berdasarkan temuan dan pembahasan hasil penelitian yang telah dideskripsikan pada BAB IV dapat dikemukakan sebagai berikut:
1. Peran wali kelas dalam penyelenggaraan bimbingan dan konseling di SMAN 1 Pariangan belum berjalan secara optimal. Masih ada beberapa peran wali kelas dalam pelayanan bimbingan dan konseling yang belum mengacu pada pola Depdiknas tahun 2004. Hal ini terlihat dari lima aspek peran wali kelas sebagai berikut:
a. Peran wali kelas membantu guru BK dalam melaksanakan tugas- tugasnya di kelas yang menjadi tanggung jawab wali kelas. Pada umumnya peran ini belum berjalan sesuai dengan panduan pelaksanaan bimbingan dan konseling di SMA yang di keluarkan oleh Depdiknas tahun 2004, yang didasari karena wali kelas umumnya mempunyai pendapat guru BK lebih bertanggung jawab melaksanakan peran tersebut.
b. Membantu guru mata pelajaran melaksanakan peranannya dalam bimbingan dan konseling, khususnya kelas yang menjadi tanggung jawabnya. Peran wali kelas belum terlaksana secara penuh, kegiataan peran ini baru tertuju pada siswa yang melanggar tata tertib dan siswa yang terancam untuk dikeluarkan dari sekolah.
c. Peran wali kelas memberikan kesempatan dan kemudahan bagi siswa khususnya kelas yang menjadi tanggung-jawabnya, untuk mengikuti atau menjalani pelayanan kegiatan bimbingan dan konseling. Sebagian besar peran ini belum terlaksana secara optimal karena wali kelas kurang memahami kegiatan pelayanan bimbingan dan konseling.
d. Peran wali kelas adalah berpartisipasi aktif dalam kegiatan khusus bimbingan dan konseling seperti konferensi kasus. Peran wali kelas ini ada yang sudah terlaksana, namun kualitas penyelengaraanya masih banyak terdapat kelemahan, kelemahan tersebut antara lain kurang paham dengan tujuan dan manfaat diadakan konfrensi kasus.
e. Peran wali kelas selanjutnya mengalihtangankan siswa yang memerlukan layanan bimbingan dan konseling kepada guru BK. Peran wali kelas ini sudah terlaksana pada siswa yang melanggar tata tertib sekolah.
2. Faktor-faktor yang menyebabkan kurang optimalnya peran wali kelas dalam penyelenggaraan bimbingan dan konseling di SMAN 1 Pariangan.
Adapun faktor yang menyebabkan kurang optimalnya peran wali kelas dalam penyelengaraan bimbingan dan konseling adalah:
a) Kurangnya pemahaman wali kelas mengenai perannya dalam bimbingan dan konseling.
b) Kurang berjalannya komunikasi fungsional antara guru BK dan wali kelas.
c) Kurang optimalnya upaya pemasyarakatan yang dilakukan oleh guru BK.
d) Belum adanya upaya pembinaan yang intensif oleh kepala sekolah dalam meningkatkan kompetensi guru BK dan
e) Tidak ada jam khusus yang diberikan kepada guru BK.
f) Adanya acuan standar ”Kitab Undang-undang Hukum Pidana Sekolah” yang di tetapkan oleh pihak sekolah dalam penanganan siswa bermasalah.
3. Kurang berjalannya peran wali kelas dalam penyelenggaraan bimbingan dan konseling di SMAN 1 Pariangan yang didasari oleh wali kelas belum sepenuhnya memahami perannya dalam penyelenggaraan bimbingan dan konseling sehingga berdampak pada kerja sama antara wali kelas dan guru BK dalam penanganan siswa bermasalah belum berjalan secara optimal, hal ini mengakibatkan pada tingginya jumlah siswa yang dikeluarkan dari sekolah serta siswa kurang mengenal manfaat pelayanan konseling bagi siswa bermasalah.
B. Implikasi
Berdasarkan temuan penelitian, ada beberapa implikasi yang perlu dilakukan oleh Wali kelas, guru BK dan kepala sekolah:
1. Wali kelas
a. Meningkatkan pemahaman mengenai perannya dalam bimbingan dan konseling dengan cara mengikuti lokakarya dan seminar dalam rangka meningkatkan kompetensi. Wali kelas sebagai orangtua kedua bagi siswa di sekolah, oleh karena itu wali kelas hendaknya lebih mengenal dan memahami karakteristik siswa binaannya, agar nantinya apabila terdapat siswa yang bermasalah, wali kelas dapat melakukan proses pembimbingan kepada siswa di kelasnya
b. Meningkatkan kerja sama dengan guru BK dalam rangka pembuatan materi-materi program dan pelaksanaan program yang telah dibuat. Wali kelas bertanggung-jawab membantu kegiatan bimbingan dan konseling di kelasnya, oleh karena itulah wali kelas hendaknya mempunyai kerjasama yang baik dengan guru BK dalam rangka membantu siswa yang bermasalah
2. Guru BK
a. Berupaya meningkatkan kualitas kinerja penyelenggaraan BK, dengan cara mengikuti seminar, lokakarya dan pelatihan khusus yang di selenggarakan oleh sekolah tinggi.
Berdasarkan hasil penelitian terungkap bahwa penyelenggaran bimbingan dan konseling belum berjalan sebagaimana mestinya, salah satu penyebabnya adalah kualitas kinerja guru BK yang belum optimal. Oleh karena itu, hendaknya sudah menjadi kewajiban guru BK untuk meningkatkan kualitas kinerja penyelenggaraan bimbingan dan konseling. Adapun upaya yang sebaiknya dilakukan adalah lebih meningkatkan kembali pemahaman mengenai tugas dan tanggung jawab sebagai guru BK.
b. Meningkatkan kerja sama dengan wali kelas dan seluruh personel sekolah, yang berkaitan dengan pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah dengan cara melibatkan wali kelas, kepala sekolah dan semua personel sekolah dalam pembuatan program bimbingan dan konseling. Tugas dan tanggung jawab yang dilakukan oleh guru BK di sekolah adalah melakukan kerjasama dengan wali kelas dan seluruh personel sekolah dalam rangka mencapai perkembangan siswa yang optimal
c. Meningkatkan wawasan keilmuan dalam bidang bimbingan dan konseling, dengan cara mengikuti seminar dan menempuh pendidikan profesi konseling. Keilmuan maupun keprofesionalan diperoleh melalui pendidikan dan pelatihan yang ditempuh oleh guru BK. Adapun kegiatan yang dapat diikuti oleh guru BK dalam rangka meningkatkan keilmuan c. Meningkatkan wawasan keilmuan dalam bidang bimbingan dan konseling, dengan cara mengikuti seminar dan menempuh pendidikan profesi konseling. Keilmuan maupun keprofesionalan diperoleh melalui pendidikan dan pelatihan yang ditempuh oleh guru BK. Adapun kegiatan yang dapat diikuti oleh guru BK dalam rangka meningkatkan keilmuan
d. Memanfaatkan media publikasi yang ada di sekolah. Upaya pemasyarakatan bimbingan dan konseling di sekolah dapat dilaksanakan dengan memanfaatkan media publikasi yang ada di sekolah. Oleh karena itu guru BK hendaknya berupaya memanfaatkan papan media bimbingan dan konseling, papan media media bimbingan dan konseling ditempelkan dengan berbagai informasi mengenai bimbingan dan konseling, baik berupa buletin, foto-foto yang berkaitan dengan layanan bimbingan dan konseling.
e. Menggingat guru BK tidak mempunyai jam khusus masuk kelas. Maka guru BK hendaknya berupaya untuk membuat atau mengemas materi-materi bimbingan dan konseling dengan cara membuat modul konseling supaya materi yang telah diprogramkan dapat berjalan secara optimal.
3. Kepala sekolah
a. Meningkatkan pemahaman dan mengadakan supervisi terhadap kinerja wali kelas dan guru BK, dengan cara mengikuti pelatihan kepemimpinan kepala sekolah. Kepala sekolah merupakan penanggung jawab kegiatan pendidikan secara menyeluruh, khususnya pelayanan bimbingan dan konseling. Oleh karena itu, pemahaman kepala sekolah terhadap a. Meningkatkan pemahaman dan mengadakan supervisi terhadap kinerja wali kelas dan guru BK, dengan cara mengikuti pelatihan kepemimpinan kepala sekolah. Kepala sekolah merupakan penanggung jawab kegiatan pendidikan secara menyeluruh, khususnya pelayanan bimbingan dan konseling. Oleh karena itu, pemahaman kepala sekolah terhadap
b. Memfasilitasi sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam penyelenggaraan bimbingan dan konseling. Kepala sekolah sebagai penentu kebijakan sekolah hendaknya berusaha untuk memfasilitasi sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam penyelenggaraan bimbingan dan konseling di sekolah.
c. Mengadakan pembinaan terhadap wali kelas dan guru BK dengan cara memfasilitasi wali kelas dan guru BK dalam rangka meninggkatkan kompetensi mereka. Dalam rangka meningkatkan pemahaman wali kelas dan guru BK mengenai bimbingan dan konseling, sudah selayaknya kepala sekolah mengadakan pembinaan. Adapaun bentuk pembinaan yang dapat dilakukan adalah dengan bekerja sama dengan pihak-pihak yang berkompeten dan berwenang untuk memberikan pembinaan kepada wali kelas dan guru BK.
C. Saran
Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan, kesimpulan dan implikasi yang telah dikemukakan di atas, ada beberapa saran yang diajukan oleh peneliti yaitu:
1. Wali kelas hendaknya, meningkatkan wawasan profesional mengenai perannya dalam bimbingan dan konseling dengan cara terlibat dalam kegiatan bimbingan dan konseling, agar penanganan siswa yang bermasalah dapat dilakukan secara profesional.
2. Kepada wali kelas dan guru BK hendaknya meningkatkan wawasan mengenai tugas pokok dan fungsinya, agar nantinya tidak selalu menggunakan pendekatan disiplin dalam penanganan siswa yang bermasalah,
bekerjasama dalam menyelenggarakan pendekatan bimbingan dan konseling atau pendekatan pembelajaran dengan tujuan dapat memfasilitasi pengembangan potensi siswa.
akan tetapi
hendaknya
3. Wali kelas hendaknya dapat bekerja sama dengan guru BK dalam memasyarakatkan pelayanan bimbingan dan konseling kepada siswa. Dengan cara terlibat langsung dalam penyususnan program bimbingan dan konseling di sekolah.
4. Guru BK hendaknya, dapat menggunakan media publikasi yang ada di sekolah dalam rangka memasyarakatkan bimbingan dan konseling kepada siswa dan memberikan informasi mengenai fungsi, peran dan manfaat bimbingan dan konseling serta informasi lainnya yang 4. Guru BK hendaknya, dapat menggunakan media publikasi yang ada di sekolah dalam rangka memasyarakatkan bimbingan dan konseling kepada siswa dan memberikan informasi mengenai fungsi, peran dan manfaat bimbingan dan konseling serta informasi lainnya yang
5. Mengingat Guru BK tidak mempunyai jam khusus masuk kelas, oleh karena itu hendaknya, guru BK dapat merancang dan membuat model dan modul pendekatan bimbingan dan konseling dalam penanganan siswa bermasalah agar penyelangaraan bimbingan dan konseling dapat dirasakan oleh seluruh siswa.
6. Guru BK hendaknya, berupaya meningkatkan kinerja dan kompetensi dalam penyelenggaraan bimbingan dan konseling melalui lokakarya, seminar, pelatihan dan menempuh penddikan profesi konselor.
7. Kepala sekolah hendaknya selalu berupaya meningkatkan wawasan profesional kepemimpinannya, agar dapat memberikan dukungan penuh kepada wali kelas dan guru BK terhadap penyelenggaraan bimbingan dan konseling di sekolah yang dipimpin.
DAFTAR RUJUKAN
Akhmad Sudrajat. 2008. Penanganan Siswa-Bermasalah di Sekolah . [Online],( http://www.Akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/07/08/penang- anan sisw a bermasalah, diakses 20 Desember 2012).
A. Juntika Nurihsan. 2007. Bimbingan dan Konseling Dalam Berbagai Latar Kehidupan. Bandung: Refika Aditama.
A. Muri Yusuf. 2011. Asesmen dan Evaluasi Pendidikan:Pilar Penyedia Informasi dan Kegiatan Pengendalian Mutu Pendidikan . Padang: UNP Press.
A. Muri Yusuf. 2013. Metode Penelitian; Kuantitatif, Kualitatif dan Penelitian Gabungan . Padang: UNP Press.
Andi Mappiare. 2006. Kamus Istilah Konseling dan Terapi . Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Bogdan, Robert C. dan Jay. Steven J. 1993. Kualitatif Dasa-Dasar Penelitian.
Terjemahan oleh A. Khozin Afandi. Surabaya: Usaha Nasional.
Burhan Bungin. 2012. Analisis Data Penelitian Kualitatif; Pemahaman Filosofis dan Metodelogis ke Arah Penguasaan Model Aplikasi . Jakarta: Rajawali Press.
Chaplin, James P., 2008. Kamus Lengkap Psikologi Edisi I Cetakan 12. Terjemahan oleh Kartini Kartono. Jakarta: Rineka Cipta.
Dayat. 2001. Kinerja wali kelas dalam penyelenggaraan bimbingan dan konseling di SMAN 5 Jambi. Tesis tidak diterbitkan. Padang: Progam Pascasarjana Universitas Negeri Padang.
Depdiknas, 2004. P edoman Khusus Bimbingan dan Konseling di SMA . Jakarta: Depdiknas.
Depdiknas. 2007. Rambu-rambu Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal . Jakarta: Depdiknas.
Dewa Ketut Sukardi. 2008. Pengantar Pelaksanaan Bimbingan da Konseling di Sekolah . Jakarta: Rineka Cipta.
Dirjen Mandikdasmen, Direktorat Pembinaan SMA, 2008 . Panduan Penyelenggaran Program SMA Rintisan Bertaraf Internasional . Jakarta: Depdiknas.
Emzir. 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif; Analisis Data. Jakarta: Rajawali Press.
Gay, L.R., Mills G.E dan Airasian, P., 2009. Educational Research; Competencies for Analysis and Aplications . New Jersey: Prentice Hall Inc.
Gibson, Robert L., dan Mithcell, Mariane H. 2010 Bimbingan dan Konseling.
Terjemahan oleh Yudi Santoso. Yogyakarta. Pustaka Pelajar.
Glading, Samuel T. 2012. Konseling Profesi yang Menyeluruh. Terjemahan oleh Winarno dan Lilian Yuhono. Jakarta: PT. Indeks.
Iskandar. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif: Aplikasi Untuk Penelitian Pendidikan, Ekonomi dan Manajemen, Sosial, Humaniora, Politik, Agama dan Filsafat . Jakarta: Gaung Persada.
Kamus Besar Bahasa Indonesia. 2008. Jakarta. Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Indonesia.
Lexy J. Moleong. 1998. Metodelogi Penelitian Kualitatif . Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Mamat Supriana. 2011 . Bimbingan dan Konseling Berbasis Kompetensi Orientasi Dasar Pengembangan Profesi Konselor . Jakarta: PT. Raja Grapindo Persada.
Miles, Matthew B. dan Huberman A., Michael. 1992. Analisis Data Kualitatif. Terjemahan oleh T. Rohendi . Jakarta: Universitas Indonesia.
Moh. Surya 1988. Dasar-Dasar Konseling Pendidikan Teori dan Konsep . Yogyakarta: Kota Kembang.
Oemar Hamalik. 2009 . Psikologi Belajar. Membantu Guru dalam perencanaan, pengajaran, penilaian perilaku dan member kemudahan kepada siswa dalam belajar . Bandung: Sinar Baru Agensindo.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 28 Tahun 2010 tentang Penugasan Guru sebagai Kepala Sekolah dan Madrasah . Jakarta: Citra Utama.
Prayitno dan Erman Amti.2004. Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling .Jakarta: Rineka Cipta.
Prayitno dkk. 2004. Pedoman Khusus Bimbingan dan Konseling , Jakarta : Depdiknas.
Prayitno. 2010. Pendidik Profesional, Padang: UNP Press.
---------. 2010. Aktivasi Energi Pembelajaran , Padang: UNP Press.
---------. 2012. Seri Panduan Layanan dan Kegiatan Pendukung Konseling . Padang. UNP Press.
Prayitno, dkk. 1997. Seri Pemandu Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Buku III Pelayanan Bimbingan dan Konseling Sekolah Lanjutan Tingkat Atas . Jakarta: Depdiknas.
Program Pasca Sarjana UNP. 2011. Buku Panduan Penulisan Tesis dan Desertasi . Padang: PPs UNP.
Rochman Natawidjaja. 1988. Peranan Guru dalam Bimbingan di Sekolah . Bandung: Abardin.
Sahertian. 2000. Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan dalam Rangka
Mengembangkan Sumber Daya Manusia . Jakarta: Adi Mahasatya.
Sanapiah Faisal. 1990. Penelitian Kualitatif Dasar dan Aplikasi . Malang: YA3.
Sarlito W. Sarwono. 2007. Psikologi Remaja . Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Siti Faizah. 2011. Kerjasama Guru Bimbingan dan Konseling dan Guru Mata Pelajaran Dalam Membantu Mengatasi Kesulitan Belajar Siswa Kelas VII SMP Negeri 22 Semarang tahun pelajaran 2009/2010 . Tesis tidak diterbitkan. Semarang: Progam Pascasarjana Universitas Negeri Semarang.
Sofyan S. Willis. 2004. Konseling Individual; Teori dan Praktek . Bandung : Alfabeta.
Sugiyono. 2010. Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R dan D . Bandung: Alfabeta.
Syamsu Yusuf, LN dan A. Juntika Nurihsan. 2008. Landasan Bimbingan dan Konseling . Bandung: PT Rosda Karya.
UU No. 20 tahun 2003. Tentang Sistem Pendidikan Nasional . Jakarta: Depdiknas. Winkel. W.S. 1998. Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan . Jakarta:
PT. Gramedia.
Yin. Robert K. 2008. Studi Kasus; Desain dan Metode . Terjemahan oleh M. Djauzi Mudzakir. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.
Ruang Bimbimbgan dan Konseling yang terletak di sudut sekolah dan menyatu dengan Ruang UKS
Ruang Kerja guru bimbingan dan konseling
Tempat dilaksanakan konseling iperorangan bagi siswa yang bermasalah
Pagar sekolah yang sering diloncati oleh siswa untuk bolos dari sekolah.
Lampiran Catatan Lapangan (CL) 1 Hari
: Kepala sekolah
Keterangan
: P = Peneliti
BGK1 = Guru BK ER KS = Kepala Sekolah
Peran Wali Kelas Dalam Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling Di Sekolah Serta Implikasinya Terhadap Penanganan Siswa Bermasalah Di Kelas Binaan.
Hari ini merupakan hari pertama bagi peneliti untuk mengadakan penelitian di SMAN 1 Pariangan. Pada kesempatan ini peneliti terlebih dahulu melapor kepada satpam sekolah untuk menemui kepala sekolah untuk meminta izin melaksanakan penelitian, setelah melapor kepada satpam sekolah peneliti mengisi buku tamu dan menulis tujuan datang ke sekolah, selanjutnya setelah mengisi buku tamu sekolah peneliti ditemani oleh salah seorang guru BK yang bertugas di sekolah untuk menghadap kepada kepala sekolah. Setelah peneliti bertemu dengan kepala sekolah (selaku informan kunci) maka peneliti langsung menyampaikan maksud dan tujuan yaitu, meminta izin untuk melakukan penelitisn tentang peran wali kelas dalam penyelenggaraan bimbingan dan konselng di SMAN 1 Pariangan.
Setelah mengutarakan maksud dan tujuan kedatangan peneliti, kepala sekolah menyambut baik rencana yang akan peneliti lakukan. Pada kesempatan pertama ini pun peneliti baru menyerahkan surat izin observasi yang dibuat dalam rangka observasi tugas perkuliahan di pendidikan profesi konselor, akan tetapi walaupun peneliti baru menyerahkan surat izin observasi namun kepala sekolah tetap meyambut baik dan memberikan izin kepada peneliti untuk melakukan penelitian tesis dan surat izin penelitian pun bisa menyusul pada saat proses penelitian.
Selanjutnya pada kesempatan ini juga peneliti melakukan wawancara dengan kepala sekolah meminta informasi mengenai wali kelas yang bisa dijadikan informan penelitian nantinya, dari hasil wawancara kepala sekolah
merekomendasikan tiga orang wali kelas yaitu, wali kelas X 2 , wali kelas XI
1 2 IPS 2 dan wali Kelas XII IPA . Wali kelas X merupakan guru bidang studi bahasa Indonesia, wali kelas XI IPS 1 adalah guru ilmu pengetahuan sosial dan wali kelas XII IPA 2 adalah guru mata pelajaran matematika, pemilihan
ketiga informan ini didasarkan atas kreteria bahwa wali kelas tersebut merupakan guru senior dan telah cukup lama mengabdi di SMAN 1 Pariangan. Ditambah lagi ketiga guru tersebut adalah guru yang telah berpengalaman atau seing dipercaya oleh kepala sekolah sebelumnya menjadi wali kelas. Adapun secara terperinci wawancara yang dilakukan oleh peneliti, kepada kepala sekolah yang ditemani oleh guru BK sebagai berikut: P/GBK1 : ”Assalammualaikaum..
KS :”Waalaikummusalam, silahkan masuk pak. GBK1 : Permisi pak maaf menganggu, saya mau mengantarkan teman saya yang ingin melakukan penelitian di sekolah.
KS : Oh iya silahkan duduk pak. P
: Terimakasih pak. GBK1 : Maaf ya pak saya permisi keluar dulu..
KS : Iya silahkan, terimakasih ya pak ER. Oh iya pak ada yang bis
saya bantu bantu? Dan kalau boleh tahu bapak dari intansi mana?
P :Iya pak, perkenalkan sebelumnya nama saya Ferdi, sekarang saya
sedang menempuh pendidikan di Pasaca sarjana UNP dan sedang
berupaya menyusun pembuatan tesis, jadi saya tertarik untuk
mengadakan penelitian di sekolah bapak.
KS : Iya silahkan, bapak tidak keberatan, namun ada surat izinnya?
P : Ini suratnya pak, namun pada saat ini saya hanya membawa surat dari kampus dalam rangka tugas observasi tugas kuliah, namun kalau surat izin penelitian secara resmi sudah jadi saya akan serahkan kepada bapak, apakah bapak tidak keberatan?
KS :Oh iya tidak apa-apa, nanti kalau suratnya sudah ada bisa diantarkan kepada bapak, atau sama pak ER tadi. Lalu ada yang bisa bapak bantu lagi?
P :Begini pak saya sekarang saya sedang mengerjakan tesis yang mengambil tema tentang peran wali kelas dalam penyelenggaraan bimbingan dan konseling, namun untuk saat ini saya belum mengenal wali kelas yang ada di sekolah ini, kira-kira menurut bapak wali kelas mana yang nantinya bisa saya jadikan informan penelitian?
` KS :Yang bapak butuhkan wali kelas, kelas berapa?
P :Kalau harapan saya, wali kelas yang bisa memberikan data yang mengambarkan peran wali kelas dalam penyelenggaran bimbingan dan konseling di sekolah ini.
KS :Oh kalu begitu biar semuanya terwakili sebaiknya diambil dari kelas X, XI dan XII agar bisa mewakili gambaran peran wali kelas tersebut. Bagaimana menurut bapak?
P :Tidak apa-apa, saya pikir bagus juga itu pak. Kira-kira wali kelas berapa pak yang bisa memberikan data.?
KS :Kalau menurut bapak, bapak bisa mendapatkan data dari wali
2 1 kelas X 2 , wali kelas XI IPS dan wali kelas XII IPA
P :Maaf pak, kenapa bapak memilih ketiga wali kelas ini untuk menjadi informan penelitian?
KS :Menurut bapak, ketiganya adalah guru senior yang telah menjalani masa dinas di sekolah ini sudah lama, kalau saya tidak keliru KS :Menurut bapak, ketiganya adalah guru senior yang telah menjalani masa dinas di sekolah ini sudah lama, kalau saya tidak keliru
P :Kalau begitu terimakasih pak, nanti saya akan melakukan wawancara kepada ketiganya. Terimakasih atas waktu dan izin yang telah diberikan bapak.
KS
:Iya sama-sama, kapan rencanya mau mulai penelitian?
P :Kalau boleh sekarang saya ingin melihat dan memperkenalkan diri kepada guru disini pak, apa boleh pak?
KS : Silahkan tidak apa-apa, nanti bisa minta temani kepada guru BK. P
: Baiklah terimakasih pak, saya permisi dulu, KS
: Iya silahkan, P
: Assalammualaikum, KS
:Waalaikumussalam.
Lampiran Catatan Lapangan (CL) 2 Tanggal
: Oktober dan November 2012
Pukul
: 09.10-09.50
Informan 1 : Wali Kelas XI IPS Keterangan
: P = Peneliti
GBK1 = Guru BK ER
1 WK IPS = Wali Kelas IPS EL
Hari ini peneliti memulai untuk melakukan penelitian, dalam melakukan penelitian, peneliti dibantu oleh guru BK ER, pada kesempatan ini peneliti diantar keruang guru untuk meperkenalkan diri dan menyampaikan maksud tujuan datang ke sekolah, setelah itu saya diperkenalkan oleh guru BK ER kepada wali kelas XI
IPS 1 yang kebetulan masih nunggu waktu masuk untuk masuk kelas. selanjutnya terjdilah percakapan sebagai berikut (wawancara ini sudah peneliti reduksi dengan
mengambil bagian penting dan mengalami proses pengulangan): GBK1 dan P : Asslammualaikum WK IPS
: Waalaikummuslam, ada apa ini pak ER? GBK1
:Ini bu perkenalkan teman saya kuliah, yang mau bertanya tanya dengan ibu.
WK IPS :Teman kuliah di padang ya pak? P
:Iya bu, WK IPS
:Mau nanya apa sama ibu?
P :Begini bu tujuan saya kemari adalah untuk belajar lagi tentang penyelenggaraan bimbingan dan konseling di sekolah ini. WK IPS
:Oh iya, tapi kalau mau belajar tentang BK harusnya dengan pak ER, ibu Ms dan ibu GS.
P :Kebetulan bu pada kesempatan ini saya ingin belajar dari ibu untuk bertanya-tanya dan belajar tentang peran wali kelas dalam bimbingan dan konseling.
WK IPS :Oh begitu. GBK1
:Maaf bu saya mau ke ruang BK dulu, mau merekap kembali daftar siswa yang mau mengikuti SNPTN, silahkan lanjutkan wawancaranya.
WK IPS :Iya-iya terimakasih pak ER, oh iya apa yang ingin bapak tanyakan mengenai peran wali kelas dalam BK.
P :Iya bu, sudah berapa lama ibu mengajar di sekolah ini? WK IPS
:Ibu sudah lama sekali mengajar disini, kalau tidak salah sudah lebih dari lima belas tahun.
P :Sudah lama sekali ya bu, kalau boleh tahu ibu mengajar mata pelajaran apa? dan ibu kuliah dulu dimana bu?
WK IPS : Iya waktu sekolah ini masih belum seperti ini ibu sudah mengajar disini, Lulusan IKIP Padang, sekarang kan namanya UNP. Mengajar pelajaran mata pelajaran ilmu pengetahuan social.
P : Oh iya bu selama ibu menjadi wali kelas mungkin sering menemui siswa yang mengalami masalah ringan seperti, tidak P : Oh iya bu selama ibu menjadi wali kelas mungkin sering menemui siswa yang mengalami masalah ringan seperti, tidak
WK IPS :Pasti sering lah pak, apalagi siswa di sekolah kita ini umummnya berasal dari daerah pinggir pantai, jadi siswanya banyak yang keras dan suka melanggar tata tertib sekolah.
P :Lalau bagaimana bu tindakan yang ibu ambil dalam memantau perkembangan anak jika siswa kelas ibu yang melakukan pelanggaran tersebu?
WK IPS :Sebagai wali kelas biasanya selalu memantau perkembangan anak didik melalui guru mata pelajaran, karena saya wali kelas jadi saya selalu memanggil anak-anak yang diketahui melanggar tata tertib sekolah lebih dari dua kali, namun kalau siswa sudah diproses masih tidak berubah, maka saya meminta guru BK untuk memanggil anak tersebut.
P :Apakah tindakan yang ibu ambil tersebut pada umumnya dilakukan juga dengan wali kelas lain?
WK IPS :Pada umumnya iya pak, ya maklum saja karena siswa kita ini kalau tidak diberi tindakan demikian biasanya mengulangi lagi tindakan mereka.
P :Lalu jika ada siswa kelas ibu yang mengalami masalah seperti bolos, memiliki nilai rendah apa tindakan yang ibu lakukan? Apak ibu pernah memberitahu atau mengantarkan ke guru BK tentang masalah siswa yang ada di kelas ibu?
WK IPS :Jarang ibu mengantarkan secara langsung data siswa bermasalah kepada guru BK, karena sebagai wali kelas, bila ada siswa bermasalah, saya yang memberikan bimbingan kepada siswa, namun apabila siswa sudah mengalami rmasalah berat baru saya rekomendasikan kepada guru BK, jadi pada umumnya jika siswa sudah berurusan dengan guru BK, mereka sudah tahu kalau dirinya sudah tidak bisa dibina lagi dan terancam untuk di keluarkan dari sekolah.
P :Oh jadi begitu ya bu, dalam hal membantu pelaksanaan tugas guru BK untuk mengidentifikasi masalah siswa di kelas ibu yang mengalami masalah?
WK IPS :Dalam hal itu (identifikasi) wali kelas biasanya bekerja sama dengan guru BK mengidentifikasi dan memberikan data siswa yang kurang mampu untuk direkomendasikan mendapatkan beasiswa dari sekolah.
P : Kalau ada siswa yang mengalami nilai rendah atau jarang masuk sekolah gimana bu? Ibu bekerja sama dengan siapa?
WK IPS : biasanya ibu menganalisis daftar nilai siswa, apabila siswa banyak nilainya yang tidak tuntas, ibu bekerja sama dengan guru mata pelajaran membahas kenapa anak yang bersangkutan nilainya tidak tuntas.
P : Untuk kegiatan penempatan dan penyaluran siswa di dalam kelas dan kegiatan ekstrakulikuler apakah ibu pernah melibatkan guru BK dalam kegiatan ini?
WK IPS :Sekarang tidak pernah lagi, dulu pernah ketika ibu menjadi wali kelas di kelas X.
P : Kenapa sekarang jadi tidak pernah melibatkan guru Bk lagi bu? WK IPS
: Karena kegiatan tersebut telah dilakukan pada saat siswa duduk di kelas X. jadi ibu rasa di kelas XI tidak perlu lagi melibatkan guru BK, Karena pekerjaan guru BK juga banyak.
P :Untuk siswa yang berprestasi di kelas bagaimanakah cara ibu agar mereka tetap mempertahankan prestasi dan mengasah lagi kemampuan mereka?
WK IPS :Biasanya ibu bekerjasama dengan guru mata pelajaran, siswa yang berperstasi sering kami siapkan untuk mengikuti lomba-lomba yang diselenggarakan oleh pemerintah baik pemerintah keabupaten, provensi maupun nasional.
P :Untuk siswa yang dalam kemampuan belajarnya kurang dan mendapatkan nilai rendah bagaimana tindakan yang ibu ambil?
WK IPS :Siswa yang mendapatkan nilai rendah pun perlu ibu pantau, biasanya ibu bekerjasama dengan guru mata pelajaran untuk mengadakan proses remedial.
P : Bagaimanakah dengan siswa yang memerlukan perhatian khusus seperti, kemampuan akademik dan sosialnya rendah, apakah ibu memberikan informasi kepada guru mata pelajaran?
WK IPS :Iya ibu selalu memberikan informasi kepada guru mata pelajaran hal ini bertujuan agar nantinya, guru mata pelajaran bisa memberikan bimbingan khusus kepada siswa.
P :Setiap hari ibu mengahadapi siswa tentu ibu pernah meihat kejenuhan siswa untuk mengikuti pelajaran, ketika ibu mengahadapi siswa yang demikian apakah ibu pernah mengambil tindakan untuk memberikan semangat kepada siswa?
WK IPS : Iya tentu saja, bahkan bukan hanya di kelas iu saja, tapi disetiap kelas yang ibu masuki ibu sering memberikan semangat kepada siswa untuk mengikuti bimbingan belajar kalau.
P :Kalau untuk bimbingan konseling bu, apakah ibu pernah memberikan motivasi kepada anak untuk mengikuti kegiatan bimbingan dan konseling individu?
WK IPS :Jarang, ibu kurang paham juga tentang bimbingan dan konseling, biasanya kalau yang masuk ke ruang BK adalah siswa yang bermasalah (masalah yang dimaksud oleh wali kelas adalah masalah yang negative).
P : Lalu kalau ada siswa yang bermasalah dalam hal belajar di kelas ibu apakah ibu selalu meluangkan waktu untuk membantu siswa tersebut?
WK IPS :Sebagai wali kelas tentu itu sudah menjadi kewajiban, apalagi pada saat jam kosong saya sering menyempatkan waktu untuk berkomunikasi dengan siswa meneganai kesulitan belajar yang dialami oleh siswa.
P :Dalam hal bimbingan dan konseling apakah ibu pernah membantu mensosialisaikan fungsi dan manfaatnya kepada siswa kelas ibu?
WK IPS :Kalau itu saya tidak pernah melakukannya, karena pada saat peerimaan siswa baru (MOS) guru BK sudah mensosialisaikan BK kepada siswa jadi ibu rasa siswa sudah tahu dengan bimbingan dan konseling.
P :Menurut ibu apakah siswa sudah tahu tentang peran, fungsi bimbingan dan konseling?
WK IPS : Ibu rasa sudah tahu, karena kalau ibu menyeruh siswa menemui guru BK, siswa sudah merasa kalau sudah mengalami masalah yang berat dan sudah tidak bisa dibina lagi oleh wali kelas.
P :Lalu kalau ada siswa ibu yang ingin mengikuti kegiatan bimbingan dan konseling pada pelajaran ibu, apakah ibu mengizinkan siswa tersebut untuk mengikuti kegiatan bimbingan dan konseling?
WK IPS :Ibu melihat dulu apakah mendesak atau tidak, kalau belum terlalu mendesak ibu akan berikan izin pada saat jam istirahat, tapi kalau memang itu sangat penting tentu saja ibu mengizinkannya.
P :Dalam hal kegiatan khusus yang dilaksanakan guru BK apakah ibu sering terlibat?
WK IPS : Terlibat yang seperti apa maksudnya? P
:Membahas suatu kasus siswa dengan guru BK atau berkunjung ke rumah siswa? WK IPS
:Untuk tahun ini belum, tapi pada tahun kemarin sudah saya lakukan, karena pada saat itu siswa saya melakukan pengrusakan pada mobil kepala sekolah.
P : Lalu bagaimana hasilnya bu? WK IPS
:Ya hasilnya orangtua siswa bersedia menganganti kerusakan mobil tersebut dan anak itu akahirnya dikembalikan kepada orangtua.
P :Bagaimana Pengalaman ibu, setelah siswa ibu yang telah mengikuti pelayanan bimbingan dan konseling dari guru BK, apakah ibu memantau dan melakukan penilaian kepada siswa yang tersebut?
WK IPS :Tentu saja, ibu menyempatkan diri untuk memantau perkembangan siswa yang telah mengikuti kegiatan BK, karena apabila siswa tersebut tidak berubah, maka ibu bisa megambil tindakan kepada siswa yang bersangkutan.
P :Kemudian apakah ibu sering malakukan konsultasi kepada guru BK mengenai solusi dari permasalahan siswa?
WK IPS :Pernah tapi, ibu melihat dulu bagaimana permasalahan siswa tersebut, kalau saya tidak mampu menyelesaikannya, saya sering WK IPS :Pernah tapi, ibu melihat dulu bagaimana permasalahan siswa tersebut, kalau saya tidak mampu menyelesaikannya, saya sering
P :Jika ada kasus mendesak yang perlu penanganan oleh guru BK apakah ibu mengirimnya kepada guru BK?
WK IPS :Kalau ada masalah mendesak ibu sering mengirim siswa yang bersangkutan kepada guru BK.
P :Masalah yang mendesak yang pernah ibu kirim kepada guru BK apa saja bu?
WK IPS :Pada tahun lalu ibu pernah mengirim siswa ibu yang hamil diluar nikah.
P :Kalau boleh tahu bagaimanakah ibu pertama kali mengetahui itu? WK IPS
:Ibu melihat ada sesuatu perubahan pada siswa tersebut, lalu ibu mengajak anak ini untuk bercerita dan dari hasil cerita tersebut ternyata anak ini sudah hamil.
P :Ketika ibu berinisiatif untuk mengirim anak tersebut bagaimanakah tindakan yang diambil oleh guru BK?
WK IPS :Seingat ibu guru BK melakukan konsultasi kepada wakasek dan kepsek bagaimana tindakan yang akan diambil.
P :Bagaimana hasilnya bu? WK IPS
:Siswa tersebut dikembalikan kepada orangtuanya, karena peraturan tata tertib disini jelas melarang perbuatan tersebut. hal tersebut tersmasuk pada pelanggaran berat.
P :Kasihan sekali ya bu.
WK IPS : Iya, tapi mau bagaimana lagi itu adalah aturan sekolah yang harus di patuhu oleh setiap anggota sekolah.
P : Ya bu kita pindah dulu temanya, dari kasus ini tadi, untuk kerjasama wali kelas dengan guru mata pelajaran bagaimana kondisinya saat ini?
WK IPS : Baik, kerjasama terjalin cukup baik. P
:Bila ada laporan dari guru mata pelajaran meneganai kondisi siswa ibu bagaimana tindakan ibu?
WK IPS :Sebagai wali kelas, tentu saja ibu sangat mengaharapkan kerjasama dengan guru matapelajaran, kalau ada laporan dari guru mata pelajaran ibu selalu menindaklanjuti laparan tersebut, hal ini tentu saja demi kemajuan siswa-siswa yang saya bina, selain itu jika ada laporan dari guru mata pelajaran yang membutuhkan campur tangan guru BK ibu akan melibatkan guru BK.
P : Kalau ternyata dari laporan guru mata pelajaran tersebut ternyata ibu tidak bisa mengatasi persoalahan, apa ibu akan mengalih tangan-kan kepada ahli sesuai bidangnya dari pihak luar sekolah?
WK IPS : Alhamdulillah selama ibu menjadi wali kelas belum pernah sampai mengalih tangan-kan pada pihak luar sekolah, karena pada umumnya masih bisa diselesaikan oleh pihak sekolah.
Lampiran Catatan Lapangan (CL) 3 Tanggal
: Oktober dan November 2012
Pukul
: 09.10-09.50
Informan 2 : Wali Kelas X Keterangan
: P = Peneliti
2 WK X = Wali Kelas X
Hari ini peneliti memulai untuk melakukan penelitian, dalam melakukan penelitian, pada kesempatan ini peneliti keruang guru untuk meperkenalkan diri
dan menyampaikan maksud tujuan bertanya kepada wali kelas X 2 , Pada saat melakukan wawancara wali kelas X 2 sedang istrihat di ruangan guru. Selanjutnya
terjdilah percakapan sebagai berikut (wawancara ini sudah peneliti reduksi dengan mengambil bagian penting dan mengalami proses pengulangan): P
: Asslammualaikum WK X
: Waalaikummuslam. P
:Lagi sibuk bu? WK X
:Tidak ibu lagi memeriksa hasil latihan siswa P
:Bisa saya minta waktunya bu? WK X
:Temannya Pak ER dari pang ya? P
:Iya Bu, ibu mungkin sudah tahu dari pak ER tentang tujuan saya kemari?
WK X :Iya Pak ER tad sudah cerita.
P :Oh kalau begitu bisa saya langsung bertanya bu, nanti bel sekolah keburu berbunyi
WK X :Iya silahkan apa yang bisa ibu bantu? P
:Ibu, sudah berapa lama ibu mengajar di sekolah ini?
WK X :Wah ibu sudah lama sekali mengajar disini, ibu GS itu (Guru BK senior) seangkatan dengan saya mengajar disini. Dari sekolah ini bangunannya masih lama sampai begini ibu tetap berada di sekolah ini.
P :Sudah lama sekali ya bu, kalau boleh tahu ibu mengajar mata pelajaran apa?
WK X
:Mengajar pelajaran mata pelajaran Bahasa Indonesia.
P : Oh iya bu selama ibu menjadi wali kelas mungkin sering menemui siswa yang mengalami masalah ringan seperti, tidak memakai seragam lengkap, merokok dan lain-lainnya, lalu bagaimana sikap dan tindakan ibu ketika menemui hal tersebut?
WK X :Iya namanya juga di sekolah, Kita pasti akan banyak sekali bertemu dengan siswa yang memiliki karajteristik yang berbeda, apalagi siswa di sekolah kita ini umummnya berasal dari daerah pinggir pantai, jadi siswanya banyak yang keras dan membutuhkan tenaga ekstra untuk membinanya. Namun sebagai wali kelas, sudah menjadi tanggung jawab saya untuk memproses siswa yang melanggar aturan sekolah, hal ini menurut saya bukan saja tugas guru BK, namun tugas kami sebagai wali kelas. Karena saya telah WK X :Iya namanya juga di sekolah, Kita pasti akan banyak sekali bertemu dengan siswa yang memiliki karajteristik yang berbeda, apalagi siswa di sekolah kita ini umummnya berasal dari daerah pinggir pantai, jadi siswanya banyak yang keras dan membutuhkan tenaga ekstra untuk membinanya. Namun sebagai wali kelas, sudah menjadi tanggung jawab saya untuk memproses siswa yang melanggar aturan sekolah, hal ini menurut saya bukan saja tugas guru BK, namun tugas kami sebagai wali kelas. Karena saya telah
P :Lalau bagaimana bu tindakan yang ibu ambil dalam memantau perkembangan anak jika siswa kelas ibu yang melakukan pelanggaran tersebu?
WK X :Kalau ada yang melanggar ya tentu kita sebagai wali kelas akan menindak siswa tersebut, sesuai dengan tingkat pelanggaran yang dilakukannya.
P :Apakah tindakan yang ibu ambil tersebut pada umumnya dilakukan juga dengan wali kelas lain?
WK :Pada umumnya iy, karena siswa kita ini kalau tidak diberi tindakan demikian biasanya mengulangi lagi tindakan mereka.
P :Lalu jika ada siswa kelas ibu yang mengalami masalah seperti bolos, memiliki nilai rendah apa tindakan yang ibu lakukan? Apa ibu pernah memberitahu atau mengantarkan ke guru BK tentang masalah siswa yang ada di kelas ibu?
WK X :Pada umumnya ibu sendiri selaku wali kelas yang melakukan upaya pembinaan, tapi apabila siswa sudah mengalami rmasalah berat, saya akan rekomendasikan kepada guru BK, jadi pada umumnya jika siswa sudah berurusan dengan guru BK, meraka sudah takut.
P :Oh jadi begitu ya bu, dalam hal membantu pelaksanaan tugas guru BK untuk mengidentifikasi masalah siswa di kelas ibu yang mengalami masalah?
WK X :Dalam hal itu (identifikasi) ibu melakukan pengecekan absensi siswa dan nilai siswa, untuk hal yang lain belum sempat ibu kerjakan.
P : Kalau ada siswa yang mengalami nilai rendah atau jarang masuk sekolah gimana bu? Ibu akan bekerja sama dengan siapa?
WK X :Biasanya ibu menganalisis daftar nilai siswa, apabila siswa banyak nilainya yang tidak tuntas, ibu bekerja sama dengan guru mata pelajaran membahas penyebab kenapa anak yang bersangkutan nilainya rendah.
P :Pada kegiatan memberikan masukan dan informasi kepada guru BK yang berguna untuk pemberian informasi apakah ibu melakukan kegiatan ini
WK X :Guru BK disini tidak masuk kelas jadi, ibu tidak pernah melakukan kegiatan tersebut
P :Untuk kegiatan penempatan dan penyaluran siswa di dalam kelas dan kegiatan ekstrakulikuler apakah ibu pernah melibatkan guru BK dalam kegiatan ini?
WK X :Iya dalam kegiatan ini saya bekerja sama dengan guru BK, karena ibu mengasuh kelas X jadi siswa masih perlu diarahakan dan ditempatkan sesuai dengan kondisinya masing-masing. Untuk WK X :Iya dalam kegiatan ini saya bekerja sama dengan guru BK, karena ibu mengasuh kelas X jadi siswa masih perlu diarahakan dan ditempatkan sesuai dengan kondisinya masing-masing. Untuk
P :Untuk siswa yang berprestasi di kelas bagaimanakah cara ibu agar mereka tetap mempertahankan prestasi dan mengasah lagi kemampuan mereka?
WK X :Umumnya ibu bekerjasama dengan guru mata pelajaran, siswa yang berperstasi sering kami siapkan untuk mengikuti lomba- lomba yang diselenggarakan oleh pemerintah baik pemerintah keabupaten, provensi maupun nasional.seperti lomba ceramah, pidato bahasa inggris dan lomba fisika
P :Untuk siswa yang dalam kemampuan belajarnya kurang dan mendapatkan nilai rendah bagaimana tindakan yang ibu ambil?
WK X :Siswa yang mendapatkan nilai rendah pun perlu ibu pantau, biasanya ibu bekerjasama dengan guru mata pelajaran untuk mengadakan proses perbaikan.
P :Bagaimanakah dengan siswa yang memerlukan perhatian khusus seperti, kemampuan akademik dan sosialnya rendah, apakah ibu memberikan informasi kepada guru mata pelajaran?
WK X :Tentu saja ibu kan wali kelas jadi ibu berusaha memberikan informasi kepada guru mata pelajaran hal ini bertujuan agar nantinya, guru mata pelajaran bisa memberikan bimbingan khusus kepada siswa.
P :Setiap hari ibu mengahadapi siswa yang terdiri dari bermacam- macam karakter, tentu ibu pernah meihat kejenuhan siswa untuk mengikuti pelajaran, ketika ibu mengahadapi siswa yang demikian apakah ibu pernah mengambil tindakan untuk memberikan semangat kepada siswa?
WK X : Iya hal ini bukan saja ibu lakukan di kelas ibu bina saja, disetiap kelas yang ibu ajar, ibu sering memberikan motivasi kepada siswa untuk mengikuti bimbingan belajar.
P :Kalau untuk bimbingan konseling bu, apakah ibu pernah memberikan motivasi kepada anak untuk mengikuti kegiatan bimbingan dan konseling individu?
WK X :Jarang, ibu kurang paham juga tentang kegiatan-kegiatan bimbingan dan konseling, biasanya kalau yang masuk ke ruang BK adalah siswa yang bermasalah (masalah yang dimaksud oleh wali kelas adalah masalah yang negative).
P :Kemudian jika ada siswa yang bermasalah dalam hal belajar di kelas ibu apakah ibu selalu meluangkan waktu untuk membantu siswa tersebut?
WK X :Sebagai wali kelas tentu kegiatan ini sudah menjadi kewajiban, apalagi pada saat jam kosong saya sering menyempatkan waktu untuk berkomunikasi dengan siswa meneganai kesulitan belajar yang dialami oleh siswa.
P :Dalam hal bimbingan dan konseling apakah ibu pernah membantu mensosialisaikan fungsi dan manfaatnya kepada siswa kelas ibu?
WK X :Kalau itu saya tidak pernah melakukannya, karena pada saat peerimaan siswa baru (MOS) guru BK sudah mensosialisaikan BK kepada siswa, ibu juga kurang begitu memahami kegiatan spesifik dari bimbingan dan konseling, namun ibu rasa siswa sudah tahu dengan bimbingan dan konseling.
P :Menurut ibu apakah siswa sudah tahu tentang peran, fungsi bimbingan dan konseling?
WK X :Ibu rasa sudah tahu, karena kalau ibu menyeruh siswa menemui guru BK, siswa sudah tahu kalau ia sedang mengalami masalah yang berat dan wali kelas sudah menyerahkan mereka sepenuhnya kepada guru BK.
P :Lalu kalau ada siswa ibu yang ingin mengikuti kegiatan bimbingan dan konseling pada pelajaran ibu, apakah ibu mengizinkan siswa tersebut untuk mengikuti kegiatan bimbingan dan konseling?
WK X :Ibu melihat dulu apakah mendesak atau tidak, kalau belum terlalu mendesak ibu akan berikan izin pada saat jam istirahat, tapi kalau memang itu sangat penting tentu saja ibu mengizinkannya.
P :Dalam hal kegiatan khusus yang dilaksanakan guru BK apakah ibu sering terlibat?
WK X : Yang seperti apa maksudnya?
P :Maksud saya membahas suatu kasus siswa dengan guru BK atau berkunjung ke rumah siswa? WK X
:Untuk kegiatan tersebut belum pernah saya lakukan karena, wali kelas masih bisa mengatasi masalah tersebut di sekolah.
P :Bagaimana Pengalaman ibu, setelah siswa ibu yang telah mengikuti pelayanan bimbingan dan konseling dari guru BK, apakah ibu memantau dan melakukan penilaian kepada siswa yang tersebut?
WK X :Tentu saja, ibu menyempatkan diri untuk memantau perkembangan siswa yang telah mengikuti kegiatan BK, karena apabila siswa tersebut tidak berubah, maka ibu bisa megambil tindakan kepada siswa yang bersangkutan sesuai dengan aturan tata tertib sekolah.
P :Kemudian apakah ibu sering malakukan konsultasi kepada guru BK mengenai solusi dari permasalahan siswa?
WK X :Pernah tapi, ibu melihat dulu kondisi permasalahan siswa tersebut, kalau saya tidak mampu menyelesaikannya, saya sering berkonsultasi dengan guru BK mengenai bagaimana menyelesaikan permasalahan tersebut.
P :Jika ada kasus mendesak yang perlu penanganan oleh guru BK apakah ibu mengirimnya kepada guru BK?
WK X :Kalau ada masalah mendesak ibu sering mengirim siswa yang bersangkutan kepada guru BK.
P :Masalah yang mendesak yang pernah ibu kirim kepada guru BK apa saja bu?
WK X :Pada tahun lalu ibu pernah mengirim siswa yang berkelahi di sekolah
:Lalu tindakan apa bu yang guru BK dan ibu ambil?
WK X :Kami memangil kedua orangtua siswa yang berkelahi untuk di selesaikan dan didamaikan, agar tidak mengulanggi lagi perbuatan mereka.
P :Ketika ibu berinisiatif untuk mengirim anak tersebut bagaimanakah tindakan yang diambil oleh guru BK?
P :Untuk kegiatan kerjasama wali kelas dengan guru mata pelajaran bagaimana kondisinya saat ini?
WK X : Baik, kerjasama terjalin cukup baik. P
:Bila ada laporan dari guru mata pelajaran meneganai kondisi siswa ibu bagaimana tindakan ibu?
WK X :Sebagai wali kelas, tentu saja ibu sangat mengaharapkan kerjasama dengan guru matapelajaran, kalau ada laporan dari guru mata pelajaran ibu selalu menindaklanjuti laporan tersebut, hal ini tentu saja demi kemajuan siswa-siswa yang saya bina, selain itu jika ada laporan dari guru mata pelajaran yang membutuhkan campur tangan guru BK ibu akan melibatkan guru BK.
P : Kalau ternyata dari laporan guru mata pelajaran tersebut ternyata ibu tidak bisa mengatasi persoalahan, apa ibu akan mengalih tangan-kan kepada ahli sesuai bidangnya dari pihak luar sekolah?
WK X :Selama ibu menjadi wali kelas belum pernah sampai mengalih tangan-kan pada pihak luar sekolah, karena pada umumnya masih bisa diselesaikan oleh pihak sekolah. Alih tangan kasus masih berkisar pada guru BK, kepala sekolah, wakasek,orangtua dan guru mata pelajaran.
Lampiran Catatan Lapangan (CL) 4 Tanggal
: Oktober dan November 2012
Pukul
: 10.00-11.20
Informan 2 : Wali Kelas XII IPA Keterangan
: P = Peneliti