Dampak peran wali kelas terhadap penanganan siswa bermasalah dalam bimbingan dan konseling.
4. Dampak peran wali kelas terhadap penanganan siswa bermasalah dalam bimbingan dan konseling.
Berdasarkan hasil temuan penelitian di lapangan, pada umumnnya wali kelas dan guru BK dalam proses penanganan siswa bermasalah lebih banyak menggunakan pendekatan disiplin, yang mengacu pada “Kitab Undang- Undang Hukum Pidana Sekolah” (selanjutnya disingkat KUHPS). Dengan pola demikian, berakibat pada tingginya jumlah siswa yang dikeluarkan dari SMAN 1 Pariangan, atau dengan kata lain direkomendasikan pindah mencari sekolah lain. Sebagaimana di ungkapkan
oleh wali kelas XI IPS.1 EL: Sebagai wali kelas, saya berusaha untuk membina siswa yang
ada di kelas saya, namun jika siswa ada yang tidak menunjukkan perubahan kearah yang lebih baik setelah kita nasehati, Terpaksa sebagai wali kelas tentu saya akan menjalankankan tugas saya ada di kelas saya, namun jika siswa ada yang tidak menunjukkan perubahan kearah yang lebih baik setelah kita nasehati, Terpaksa sebagai wali kelas tentu saya akan menjalankankan tugas saya
Senada dengan apa yang diungkapkan oleh wali kelas XI IPS.1 wali kelas X.2 juga mengungkapkan: Peran saya sebagai wali kelas, bertanggung jawab mengawasi
siswa saya di kelas dan membantu siswa jika mengalami masalah seperti bolos, nilai rendah dan lain sebagainya. Akan tetapi jika siswa di kelas saya ada melakukan pelanggaran berat, tentu saja kita akan merujuk pada peraturan tata tertib dalam penanganannya. (Wawancara, Senin 25 Februari 2013).
Begitu juga dengan ungkapan wali kelas XII IPA.2 WR yang mengemukakan bahwa: Wali kelas itu sama saja dengan orangtua siswa di sekolah, oleh
karena itulah, saya selaku wali kelas bertanggung jawab dalam membantu dan menyelasaikan masalah siswa di sekolah. Namun jika siswa telah melanggar aturan berat, dan siswa tersebut telah mendapatkan poin seratus, terpaksa saya rekomendasikan untuk menemui guru BK. (Wawancara, Senin 25 Februari 2013).
Dari penuturan wali kelas tersebut, dapat dimaknai bahwa wali kelas dalam proses penanganan siswa bermasalah di sekolah, selalu mengacu pada KUHPS. Apabila siswa mengalami masalah dalam bidang disiplin maka wali kelas akan menasehati siswa dan tetap mencatat pelanggaran siswa sesuai dengan tingkat kesalahan siswa. Kemudian peneliti juga mendapatkan keterangan dari wali XI IPS.1 sebagai berikut:
Alasan kita (guru) menerapkan peraturan tata tertib di sekolah ini bertujuan, agar para siswa yang melakukan pelanggaran tata tertib di sekolah jera dan tidak akan mengulangi kembali kesalahan yang mereka lakukan, selain itu apabila ada siswa yang telah dikeluarkan dari sekolah, hal tersebut bisa menjadi contoh bagi siswa yang lain (wawancara 21 Februari 2013)
Selanjutnya diperoleh juga keterangan dari penuturan yang dikemukakan oleh guru BK, dan kepala sekolah pada tanggal 25 Februari 2013 bahwa, penerapan KUHPS telah lama diberlakukan di sekolah SMAN
1 Pariangan. Awal mula dirumuskannya KUHPS di SMAN 1 Pariangan adalah ketika ada aturan yang menyatakan bahwa guru tidak diperkenankan untuk memukul peserta didik. Selain itu juga sering personel sekolah lihat pemberitaannya, di media cetak maupun elektronik yang menyebutkan adanya beberapa guru yang dilaporkan orangtua siswa ke polisi karena memukul siswa. Beranjak dari adanya aturan dari pemerintah dan semakin seringnya pemberitaan di media tersebut, serta melihat karakteristik siswa yang saat itu mulai kurang menghormati guru. Muncul-lah inisisatif ke empat wakil kepala yang berlatar belakang pendidikan hukum dan sosial politik (sudah mendapatkan akta mengajar) sekolah yang pada saat itu
mejabat untuk membuat suatu “acuan” tegas yang bisa diberlakukan kepada siswa apabila melanggar peraturan. Sehingga mucul lah KUHPS sebagai
acuan standar penanganan dalam siswa bermasalah yang telah diterapkan pada saat ini.
Akan tetapi melihat penerapan KUHPS di lapangan sekarang, proses penanganan siswa bermasalah yang mengacu pada pola pendekatan disiplin. Memiliki dampak pada tingginya jumlah siswa yang dikeluarkan. Keterangan yang diperoleh peneliti dari guru BK, pada kurun waktu 2011- 2012 telah terdapat lima orang siswa kelas X yang dikeluarkan, tiga orang siswa kelas XI dan tiga orang dari kelas XII. Adapun yang menyebabkan Akan tetapi melihat penerapan KUHPS di lapangan sekarang, proses penanganan siswa bermasalah yang mengacu pada pola pendekatan disiplin. Memiliki dampak pada tingginya jumlah siswa yang dikeluarkan. Keterangan yang diperoleh peneliti dari guru BK, pada kurun waktu 2011- 2012 telah terdapat lima orang siswa kelas X yang dikeluarkan, tiga orang siswa kelas XI dan tiga orang dari kelas XII. Adapun yang menyebabkan
Siswa di sekolah ini banyak yang pindah mencari sekolah lain, karena tidak betah menempuh pendidikan disini. Hal yang menyebabkan ketidak betahan tersebut adalah karena terlalu banyak aturan yang harus dijalankan oleh siswa. ( Wawancara, Kamis 28 Maret 2013).
Selanjutnya dari keterangan siswa kelas XI NV juga diperoleh informasi bahwa, NV juga merasa kurang nyaman bersekolah di SMAN 1 Pariangan ini, dikarenakan teralalu banyak aturan. Berdasarkan deskripsi wawancara dengan guru BK dan NV tersebut, dapat digambarkan bahwa, upaya penanganan siswa bermasalah dengan pola pendekatan disiplin yang diterapkan oleh SMAN 1 Pariangan. Berdampak pada tingginya jumlah siswa yang dikeluarkan dari sekolah.