Faktor-faktor yang menyebabkan lemahnya peran wali kelas dalam penyelenggaraan bimbingan dan konseling di SMAN 1 Pariangan.
2. Faktor-faktor yang menyebabkan lemahnya peran wali kelas dalam penyelenggaraan bimbingan dan konseling di SMAN 1 Pariangan.
Menurut A. Juntika Nurihsan (2007: 56) bimbingan dan konseling sebagai bagian dari proses pendidikan sekolah, tidak akan mungkin mencapai sasarannya apabila tidak memiliki program yang bermutu, dalam artian tersusun secara jelas, sistematis, dan terarah. Oleh karena itu, maka seyogyanya dalam program tersebut harus terdapat unsur-unsur pokok personel, yang terlibat di dalam kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan. Salah satu personel yang termasuk di dalamnya adalah wali kelas, wali kelas sebagai sumber utama rujukan siswa bagi guru BK, sangat diharapkan memiliki pemahaman yang baik terhadap perannya dan kegiatannya dalam penyelenggaraan bimbingan untuk menunjang keberhasilan program yang akan dijalankan.
Untuk itu maka, hendaknya komunikasi fungsional antara wali kelas dan guru BK harus berjalan secara baik, guna membangun kerjasama atau memberikan pemahaman kepada wali kelas mengenai perannya dalam kegiatan bimbingan dan konseling. Sehingga wali kelas dapat ikut membantu memasyarakatkan bimbingan dan konseling kepada siswa di kelas, karena wali kelas mempunyai intensitas pertemuan yang lebih banyak daripada guru mata pelajaran dan guru BK. Apalagi di sekolah SMAN 1 Pariangan guru BK tidak mempunyai jam khusus masuk kelas, maka sebisa Untuk itu maka, hendaknya komunikasi fungsional antara wali kelas dan guru BK harus berjalan secara baik, guna membangun kerjasama atau memberikan pemahaman kepada wali kelas mengenai perannya dalam kegiatan bimbingan dan konseling. Sehingga wali kelas dapat ikut membantu memasyarakatkan bimbingan dan konseling kepada siswa di kelas, karena wali kelas mempunyai intensitas pertemuan yang lebih banyak daripada guru mata pelajaran dan guru BK. Apalagi di sekolah SMAN 1 Pariangan guru BK tidak mempunyai jam khusus masuk kelas, maka sebisa
Salah satu faktor penghambat lainnya yang adalah kurangnya pembinaan yang dilakukan oleh kepala sekolah terhadap peningkatan komptensi guru BK. Hal ini tercermin pada ungkapan guru BK GS yang mengatakan bahwa:
Pengetahuan saya tentang bimbingan dan konseling sudah banyak yang ketinggalan, mungkin sekarang ilmu bimbingan dan konseling sudah berkembang tapi saya tidak mengikutinya lagi, ya maklum saya sudah tua dua tahun lagi saya akan memasuki masa pensiun. (Wawancara, Senin 28 Januari 2013).
Dari penuturan di atas dapat dimaknai bahwa pemahaman guru BK sendiri tentang bimbingan dan konseling sudah berkurang. Sehingga guru BK sendiri menyadari bahwa dirinya kurang memahami secara benar tugas dan tanggung jawabnya sebagai guru BK. Oleh karena itulah peneliti sering melihat guru BK menggunakan pendekatan disiplin terhadap siswa yang melanggar tata tertib sekolah.
Pembinaan merupakan kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh hasil yang lebih baik dengan adanya upaya berupa bimbingan, pengawasan dan dorongan. Sahertian (2009: 19) menjelaskan tujuan pembinaan adalah Pembinaan merupakan kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh hasil yang lebih baik dengan adanya upaya berupa bimbingan, pengawasan dan dorongan. Sahertian (2009: 19) menjelaskan tujuan pembinaan adalah
Dari hasil penelitian, terungkap bahwa, ada beberapa faktor yang menyebabkan lemahmya peran wali kelas dalam penyelenggaraan bimbingan dan konseling, yaitu: (1) kurangnya pemahaman wali kelas mengenai bimbingan dan konseling, (2) lemahnya komunikasi fungsional antara guru BK dan wali kelas, (3) kurangnya pemasyarakatan pelayanan bimbingan dan konseling, (4) belum adanya upaya pembinaan yang dilakukan kepala sekolah dalam meningkatkan kompetensi guru BK, (5) tidak ada jam masuk kelas yang diberikan oleh kepada guru BK dan (6) adanya acuan Kitab Undang-undang Hukum Pidana Sekolah sebagai acuan standar penanganan siswa bermasalah, yang merupakan faktor pengambat penyelenggaraan BK di SMAN 1 Pariangan.
Dari pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa kepala sekolah sangat dituntut untuk mampu melakukan pembinaan kepada para personel sekolah dalam upaya untuk meningkatkan mutu sekolah yang dipimpinnya. Supaya semua personel sekolah dapat meningkatkan kompetensi yang sangat berguna dalam rangka mencapai tujuan pendidikan dan tujuan sekolah.