Dari Saripati Tanah

2. Dari Saripati Tanah

Berbeda dengan proses penciptaan manusia seperti yang disebutkan dalam al-Qur'ân surat al-Nisâ/4 ayat ke-1, min nafs wâhidah yang penuh dengan penafsiran kontroversial, proses penciptaan manusia dari saripati tanah Berbeda dengan proses penciptaan manusia seperti yang disebutkan dalam al-Qur'ân surat al-Nisâ/4 ayat ke-1, min nafs wâhidah yang penuh dengan penafsiran kontroversial, proses penciptaan manusia dari saripati tanah

Ayat tersebut di atas menjelaskan fase-fase penciptaan manusia, Ibn Jarîr al-Thabarî (175-264 H/792-878 M) mengatakan bahwa ayat-ayat yang berkisar tentang penciptaan manusia di dalam al-Qur'ân sangat lengkap dan sempurna. Di sana diungkapkan berbagai fase perkembangan manusia sejak janin sampai lahir ke dunia ini. Kemudian, dia memasuki kehidupan dunia dan berakhir dengan memasuki pintu kematian. Setelah itu, dia memasuki alam barzakh, hari kebangkitan, hari mahsyar, dan selanjutnya, memasuki surga dengan

kenikmatannya atau neraka dengan segala kepedihannya. 66 Pada surat al-Mu'minûn ayat ke-12 disebutkan, bahwa manusia diciptakan

dari suatu saripati yang berasal dari tanah (sulâlah min al-thîn). Dalam memahami ayat ini terdapat dua pendapat. Pertama, kata insân pada ayat tersebut berarti Âdam, dan dikatakan sulâlah karena ia berasal dari tanah. Pendapat ini berdasarkan madzhab Salmân al-Fârisî dan Ibn Abbâs dalam riwayat Qatâdah. Kedua, kata insân berarti anak Âdam, sedangkan sulâlah berarti nuthfah yang berasal dari tanah, dan yang berasal dari tanah adalah Âdam. Pendapat ini didasarkan pada pendapat Abû Shâlih dari Ibn Abbâs. 67

Pemilik pendapat pertama mengatakan bahwa kata thîn dalam al-Qur'ân kebanyakan digunakan untuk Âdam, sedangkan pemilik pendapat kedua mengatakan bahwa lafal insân dimaksudkan untuk menunjukkan jenis. Jadi, ketika bermakna anak Âdam, kalimat itu memakai athaf (Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani) sehingga berbeda kalau lafal itu bermakna Âdam karena taqdirnya tidak disebutkan, seperti dikatakan (Kemudian kami jadikan ia). Oleh

65 Bunyi ayat tersebut adalah:

ﺎـ ﻨ ﹾ ﻘ ﹶ ﻠ  ﺨﹶ ﻓ ﹰ ﺔ  ﻐ ﻀ  ﻣ ﹶ ﺔ ﹶ ﻘ ﹶ ﻠ  ﻌ ﹾ ﻟ ﺍ ﺎ ﻨ ﻘ ﹾ ﻠ ﹶ  ﺨﹶ ﻓ ﹰ ﺔ ﹶ ﻘ ﹶ ﻠ  ﻋﹶ ﺔ ﹶ ﻔ ﻄﻨ ﹾ ﻟ ﺍ ﺎ ﻨ ﹾ ﻘ ﻠ ﹶ  ﺧ ﻢﹸﺛ ،ٍ ﲔِ ﻜ ﻣ ﺭ ٍ ﺍ  ﺮ ﹶ ﻗ ﻲِ ﻓ ﺔ ﹰ ﹶ ﻔ ﹾ ﻄ ﻧ ﻩ  ﺎ ﻨ ﹾ ﻠ  ﻌ  ﺟ ﻢﹸﺛ ،ٍ ﲔِ ﻃ ﻦِ ﻣ ﺔ ٍ ﹶ ﻟ ﺎﹶ ﻠ  ﺳ ﻦِ ﻣ ﻥﺎ ﹶ ﺴ ﻧ ِ ﺈﹾ ﻟ ﺍ ﺎ ﻨ ﹾ ﻘ ﹶ ﻠ  ﺧ ﺪﹶ ﻘ ﹶ ﻟ  ﻭ ( ١٤ - ١٢ : ٢٣ / ﻥﻮﻨ ﻣ ﺆﳌ ﺍ )  ﲔِ ﻘ ِ ﻟ ﺎ ﺨﹾ ﻟ ﺍ  ﻦ ﺴ ﺣﹶ ﺃ  ﻪ ﱠﻠ ﻟ ﺍ  ﻙ ﺭ ﺎ ﺒ  ﺘ ﻓ ﹶ  ﺮ  ﺧﺍ َﺀ ﺎﹰ ﻘ ﹾ ﻠ  ﺧ ﻩ ﺎ ﻧ ﹾ ﺄ ﺸ  ﻧ ﹶ ﺃ ﻢﹸﺛ ﺎﻤ ﺤﹶ ﻟ  ﻡ ﺎﹶ ﻈِ ﻌ ﹾ ﻟ ﺍ ﺎ ﻧ  ﻮ ﺴﹶ ﻜﹶ ﻓ ﺎﻣ ﺎﹶ ﻈِ ﻋﹶ ﺔ ﻐ  ﻀ  ﻤﹾ ﻟ ﺍ

66 Lihat Ibn Jarîr al-Thabarî, Jâmi' al-Bayân fî Tafsîr al-Qur'ân, jil. ke-19, h. 14-18 67 Lihat Ibn Jarîr al-Thabarî, Jâmi' al-Bayân fî Tafsîr al-Qur'ân, jil. ke-19, h. 14 66 Lihat Ibn Jarîr al-Thabarî, Jâmi' al-Bayân fî Tafsîr al-Qur'ân, jil. ke-19, h. 14-18 67 Lihat Ibn Jarîr al-Thabarî, Jâmi' al-Bayân fî Tafsîr al-Qur'ân, jil. ke-19, h. 14

Ada pendapat lain (ketiga) yang menyatakan bahwa sulâlah min thîn menunjukkan sperma laki-laki dan ovum perempuan. Keduanya berasal dari makanan dan makanan berasal dari tanah. Inilah makna yang benar dan menunjukkan kepada kenyataan.

Dengan ketiga makna ini, ayat tersebut menunjukkan pada asal manusia pertama dan asal manusia secara langsung (setelah Âdam). Âdam dari tanah, sedangkan sperma (pertama) berasal dari Âdam, dan sperama merupakan sari dari makanan, sedangkan makanan berasal dari tanah. Jadi, yang dikatakan dalam ayat surat al-Mu'minûn, "(Dia yang menciptakan kamu daari tanah) atau menciptakan kamu dari Âdam, sedangkan Âdam dari tanah, atau menciptakan kamu dari sperma yang asalnya dari makanan, dan makanan itu berasal dari tanah".

Dari pemaparan di atas, dipahami bahwa proses penciptaan makhluk perempuan selain Hawa adalah dilahirkan secara biologis, dari air mani orang tuanya yang tercipta dari sari-sari makanan yang diambil dari sari pati tanah. Jadi sebenarnya tidak ada masalah bahwa Hawa itu tercipta dari tulang rusuk Âdam, karena semua perempuan selain Hawa tercipta dari unsur yang sama dengan laki- laki, yaitu dari air mani kedua orang tuanya yang diserap dari sari-sari makanan yang berasal dari saripati tanah (Q., S. al-Mu'minûn/23: 12).