Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Kemiskinan merupakan salah satu masalah sosial yang tidak mudah untuk diatasi. Beragam upaya dan program dilakukan untuk mengatasinya, namun masih saja banyak kita temukan pemukiman masyarakat miskin di hampir setiap sudut kota yang disertai dengan ketidaktertiban dalam hidup bermasyarakat di perkotaan. Adanya pemukiman kumuh ini merupakan pertanda kuatnya gejala kemiskinan, yang antara lain disebabkan oleh adanya urbanisasi berlebih, di kota-kota tersebut. Kawasan yang sesungguhnya tidak diperuntukkan sebagai daerah pemukiman di banyak kota besar, oleh penduduk yang berpenghasilan rendah dan tidak tetap, diokupasi untuk dijadikan tempat tinggal, seperti bantaran sungai, di pinggir rel kereta api, tanah-tanah kosong di sekitar pabrik atau pusat kota dan di bawah jembatan. Kawasan dan lingkungan pemukiman kumuh juga dianggap sebagai bagian wilayah kota yang sangat tidak produktif, kotor, tidak memiliki potensi, tidak efisien dan mengganggu estetika serta tata ruang kota. Pemukiman kumuh sering terdapat pada daerah perkotaan khususnya kota- kota yang merupakan pusat perdagangan dan juga pusat industri khususnya seperti kota Medan. Medan sebagai salah satu kota besar di Indonesia yang berfungsi sebagai kota perdagangan dan perindustrian di Propinsi Sumatera Utara menyebabkan terjadi Universitas Sumatera Utara banyaknya urbanisasi yang terjadi di daerah Kota Medan yang menimbulkan berbagai permasalahan, misalnya semakin bertambahnya penduduk, dimana pertambahan penduduk dapat mengakibatkan kepadatan Universitas Sumatera Utara penduduk. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik BPS pada tahun 2008 penduduk kota Medan berjumlah 2.036.018 jiwa dengan jumlah pertumbuhan penduduk sebesar 7.681 jiwaKm 2 http:www.pemkomedan.go.idselayangkependudukan, diakses 20 April 2011, pukul 15.32 WIB. Dapat dimengerti bahwa masyarakat yang memiliki kepadatan penduduk tinggi dengan kebudayaan kemiskinan dan sangat minim fasilitas fisiknya, ditambah dengan kasus penyakit dan penganguran dapat memberikan tekanan-tekanan tertentu yang juga dapat memberikan rangsangan kuat kepada masyarakat dan terutama anak-anak untuk melakukan pelanggaran norma- norma yang ada, kehidupan di wilayah-wilayah yang padat penduduk biasanya ditandai dengan hubungan saling pengaruh-mempengaruhi. Pengaruh yang buruk inilah yang dapat mengakibatkan masyarakat dan khususnya anak remaja menjadi mudah untuk berprilaku menyimpangSoekanto, 1990 : 69 . Data dari Badan Pemberdayaan Nasional Sumatera Utara BAPEMNAS SUMUT 2007, menyatakan bahwa sedikitnya terdapat penduduk miskin di Sumatera Utara yang berjumlah 1.980.000 jiwa dari jumlah penduduk di Sumatera Utara 12.061.032 jiwa pada bulan Mei 2007 dan data Survei Sosial Ekonomi Nasional SUSENAS memperkirakan penduduk miskin di kota Medan berjumlah 143.037 jiwa. Sedangkan data BAPEMNAS kota Medan tahun 2005 menyatakan bahwa 12 kecamatan dari 21 kecamatan yang ada di kota Medan yang mempunyai lingkungan kumuh. Dari 12 kecamatan yang memiliki lingkungan kumuh tersebut terdapat 28 kelurahan yang memiliki lingkungan kumuh. Sedangkan lingkungan kumuh yang terdapat di ke-28 kelurahan tersebut berjumlah 62 lingkungan. Universitas Sumatera Utara Pemukiman kumuh slum area sering dipandang sebagai masalah perkotaan, karena dapat merupakan sumber timbulnya berbagai perilaku menyimpang, seperti kejahatan dan sumber penyakit sosial lainnya. Ditambah dengan tingginya jumlah pengangguran di pemukiman kumuh sehingga memudahkan terjadinya aktivitas kejahatan dan sumber penyakit sosial lainnya. Bagi kalangan masyarakat, pengangguran dan terutama anak-anak misalnya, biasanya penyimpangan perilakunya dapat berupa mabuk-mabukan, minum obat terlarang, pelacuran, adu ayam, bercumbu di depan umum, memutar VCD porno, mencorat-coret tembokbangunan fasilitas umum dan lain-lain. Akibat lebih lanjut perilaku menyimpang tersebut dapat mengarah kepada tindakan kejahatan kriminal seperti pencurian, pemerkosaan, penipuan, penodongan, pembunuhan, pengerusakan fasilitas umum, perkelahian, melakukan pungutan liar, mencopet dan perbuatan kekerasan lainnya. Hal ini dapat dibuktikan dari hasil penelitian Jhoni Sadri 2009 bahwa anak remaja yang tinggal di pemukiman kumuh di kota Medan khususnya di kecamatan Medan Polonia sarat dengan perilaku menyimpang. Perilaku menyimpang yang pernah dilakukan oleh 45 orang responden yang diteliti menyatakan bahwa sebanyak 45 responden 100 pernah melakukan pencurian, yang pernah berkelahi sebanyak 31 orang 68,89, yang pernah berjudi sebanyak 29 orang 64,44, pernah membaca buku-buku cabul dan pornografi sebanyak 42 orang 93,33, pernah menonton vcd porno sebanyak 45 orang100, pernah menghisap ganja sebanyak 29 orang 64,44, pernah minum-minuman keras sebanyak 30 orang 66,67, pernah melakukan seks diluar nikah sebanyak 18 orang 40, pernah mencium pasangannya di depan umum sebanyak 45 orang 100. Penyimpangan Universitas Sumatera Utara yang terjadi juga dapat dilihat dari data bahwa pada tahun 2005 yang menyatakan bahwa, 6 dari anak-anak SMP dan SMA menjadi pemakai narkoba. Pada tahun 2006, jumlah tersebut naik 80. Pada tahun 2005, 7 tahanan dan narapidana adalah pemakai dan pengedar narkoba. Hal itu dikatakan Kepala Seksi Badan Narkotika BPN DKI Jakarta, A. Kasandra Oemardji, dalam acara seminar yang diselenggarakan oleh Polisi Republik Indonesia POLRI DKI Jakarta SuaraPembaruan,2006,http:www.suarapembaruan.comnews20060901jabotabej ab17.htm, diakses 20 April 2011,pukul 17:21 WIB. Sedangkan di wilayah Sumatera Utara sendiri juga terdapat banyak kasus penyimpangan. Berdasarkan data selama periode Januari - Mei 2008 terdapat 6867 kasus tindak pidana yang terjadi di wilayah hukum Polda Sumatera Utara yang didominasi kasus pencurian sebanyak 2.810 kasus, kasus penganiayaan 2.031 kasus, dan kasus narkoba 1267 kasus, mengamankan sebanyak 717 preman, 23 diantaranya masih tergolong anak remaja Waspada online, Polda Sumut amankan 717 preman, www.waspada.com , diakes 15 maret 2011, pukul 18:17 WIB Masyarakat yang tinggal di pemukiman kumuh digambarkan sebagai masyarakat yang berpenghasilan rendah yang sulit memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidup utama dan membawa indikasi pada rendahnya derajat kesejahteraan sosial masyarakat di sekitar mereka. Dan pada umumnya kondisi keluarga yang tingkat pendapatannya rendah seperti ini terkadang menyebabkan orangtua memiliki waktu yang lebih sedikit berada di dalam lingkungan keluarga dan berinteraksi dengan anak mereka sehingga tidak jarang orangtua memperlakukan anak mereka dengan kurang Universitas Sumatera Utara perhatian, penghargaan, pujian untuk berbuat baik yang mengikuti aturan, kurang dalam penanaman moral Gunarsa dan Gunarsa, 1991. Memperlakukan anak dengan kurang perhatian, penghargaan,pujian untuk berbuat baik yang mengikuti aturan, kurang dalam penanaman moral biasanya dikarenakan oleh orangtua yang terlalu sibuk dengan pekerjaan untuk memenuhi konsumsi kolektif, kesibukan atau urusan lain yang akhirnya lupa untuk mendidik dan mengasuh anak dengan baik. Anak yang diasuh orangtuanya dengan metode semacam ini nantinya bisa berkembang menjadi anak yang merasa tidak berarti, rendah diri, nakal, memiliki kemampuan sosialisasi yang buruk, kontrol diri buruk, salah bergaul, kurang menghargai orang lain, dan lain sebagainya baik ketika kecil maupun sudah dewasa, ketika anak merasa kurang diberi penghargaan di setiap perbuatan baik si anak, maka anak akan merasa tidak dihargai dalam setiap tingkah lakunya dan memilih hal lain yang dapat memberikan penghargaan kepadanya dan cenderung melakukan hal-hal yang menyimpang sebagai pelampiasan dari perhatian yang tidak didapatnya didalam lingkungan keluarganya. Faktor lain yang mempengaruhi adalah faktor yang berasal dari lingkungan di mana keluarga tersebut bermukim. Lingkungan pemukiman kumuh jelas tidak mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak secara positif. Di dalam lingkungan ini terjadi saling pengaruh dan mempengaruhi hingga terkadang menyebabkan remaja-remaja dan pengangguran cenderung terpengaruh melakukan tindakan menyimpang. Di pemukiman padat, individu umumnya akan dihadapkan pada keadaan yang tidak menyenangkan. Di samping keterbatasan ruang, individu juga mengalarni kehidupan sosial yang lebih rumit. Keadaan padat ini Universitas Sumatera Utara memungkinkan individu tidak ingin mengetahui kebutuhan individu lain di sekitarnya tetapi lebih memperhatikan hal-hal yang berhubungan dengan kepentingannya serta kurang memperhatikan isyarat-isyarat sosial yang muncul. Salah satu akibat negatif yang terjadi sebagai respon individu terhadap stresor lingkungan seperti lingkungan padat yaitu menurunnya intensi prososial individu dan juga dapat mengakibatkan perubahan prilaku sosial kearah yang negatif. Melihat uraian mengenai banyaknya penyimpangan dan penerapan pola asuh yang terjadi di daerah pemukiman kumuh seperti pada kasus-kasus diatas membuat peneliti tertarik untuk meneliti tentang kajian tersebut. Penelitian ini akan melihat hubungan antara ruang tempat tinggal yang terbatas dalam keluarga yang tinggal di kawasan pemukiman kumuh slum area terhadap pola asuh anak yang diterapkan yang kemudian berujung pada kualitas anak yang terbentuk. 1.2.Perumusan Masalah Penerapan pola pengasuhan anak terkait dengan hal-hal yang secara tidak langsung mempengaruhinya. Misalnya saja dengan keadaan ruang tempat tinggal serta lingkungan daerah tempat tinggal. Berdasarkan hasil penelitian mengatakan bahwa semakin padat jumlah populasi dalam suatu ruangan dapat mengakibatkan hal- hal yang berdampak negatif pada prilaku dan psikis pada populasi didalamnya. Penelitian tentang kepadatan pada manusia berawal dari penelitian terhadap hewan yang dilakukan oleh John Calhoun. Penelitian Calhoun ini bertujuan untuk mengetahui dampak negatif kepadatan dengan menggunakan hewan percobaan tikus. Universitas Sumatera Utara Hasil penelitian ini menunjukkan adanya perilaku kanibal pada hewan tikus seiring dengan bertambahnya jumlah tikus. Ketika di dalam suatu ruang berisi beberapa tikus dalam jumlah yang tidak padat kepadatan rendah, kondisi fisik dan perilaku tikus berjalan normal. Tikus-tikus tersebut dapat melaksanakan perkawinan, membuat sarang, melahirkan, dan membesarkan anaknya seperti halnya kehidupan alamiah, dan ketika tikus berada dalam kondisi kepadatan tinggi dengan pertumbuhan populasi yang tak terkendali, ternyata memberikan dampak negatif terhadap tikus-tikus tersebut. Terjadi penurunan fisik pada ginjal, otak, hati, dan jaringan kelenjar, serta penyimpangan perilaku seperti hiperaktif, homoseksual, dan kanibal. Akibat keseluruhan dampak negatif tersebut menyebabkan penurunan kesehatan dan fertilitas, sakit, mati, dan penurunan populasi. Penelitian terhadap manusia juga pernah dilakukan oleh Bell dalam Setiadi, 1991 Hasilnya memperlihatkan ternyata banyak hal-hal yang negatif akibat dari kepadatan. Pertama, ketidaknyamanan dan kecemasan, peningkatan denyut jantung dan tekanan darah, hingga terjadi penurunan kesehatan atau peningkatan pada kelompok manusia tertentu. Kedua, peningkatan agresivitas pada anak-anak dan orang dewasa mengikuti kurva linear atau menjadi sangat menurun berdiam dirimurung bila kepadatan tinggi sekali high spatial density. Juga kehilangan minat berkomunikasi, kerjasama, dan tolong-rnenolong sesama anggota kelompok. Ketiga, terjadi penurunan ketekunan dalam pemecahan persoalan atau pekerjaan. Juga penurunan hasil kerja terutama pada pekerjaan yang menuntut hasil kerja yang kompleks. Kawasan padat penduduk ini pastinya memiliki keluarga-keluarga yang Universitas Sumatera Utara menetap dan mendiami kawasan tersebut. Penerapan pola pengasuhan yang diterapkan pada setiap keluarga tentu saja berbeda- beda tergantung pada faktor- faktor yang mempengaruhinya. Faktor internal disini adalah seperti budaya dalam penerapan pola pengasuhan dan faktor eksternal yaitu lingkungan yang dapat mempengaruhi penerapan pola pengasuhan terhadap anak. Pola pengasuhan di aerah pemukiman kumuh memiliki cerita tersendiri. Penelitian Salioso 2003 menyebutkan bahwa lingkungan keluarga di pemukiman kumuh tidak dapat mengembangkan pola sosialisasi karena tidak ada kepastian memperoleh pekerjaan yang layak bagi memenuhi kebutuhan sehari-hari. Selain keadaan ruang tempat tinggal dan lingkungan daerah tempat tinggal, pada umumnya untuk memenuhi kebutuhan kolektif pada keluarga di daerah pemukiman kumuh ini terkadang mengharuskan mereka untuk bekerja dan berada di luar rumah lebih lama daripada berada di dalam rumah sehingga tidak jarang membuat kontrol terhadap anak sangat minim dan menyebabkan prilaku yang menyimpang pada anak. Biasanya anak-anak di daerah pemukiman kumuh ini memiliki karakteristik yang menyimpang dalam prilakunya, seperti prilaku yang kasar, acuh tak acuh, melanggar norma-norma dan tata susila, melakukan sikap anti sosial dan malas bekerja, hal ini bisa disebabkan karena penerapan pola pengasuhan yang tidak sesuai yang dilakukan oleh orang tua. Melihat dari hasil kedua penelitian tersebut membuat peneliti tertarik mengangkat tema permasalahan yaitu Apakah ada korelasi antara ruang tempat tinggal yang terbatas di daerah pemukiman kumuh terhadap pola pengasuhan anak. Universitas Sumatera Utara

1.3. Tujuan Penelitian